14. Our Captain

53 13 3
                                    

“…jadi seperti itu ceritanya kenapa Erlan dan William berkelahi kemarin. Figh...? Fighter..? Kau mendengarkan ku tidak sih?!”

Sedari tadi mulut kecil Lino tak berhenti menceritakan kejadian kemarin saat William dan Erlan berkelahi di tengah lapangan. Tidak tidak, Fighter tidak bertanya. Ini hanya inisiatif Lino saja untuk menceritakannya. Tapi coba lihat? Fighter justru mengabaikannya dari tadi membuat Lino sangat kesal.

“H-hah? Oh, iya.” Kata Fighter.

Jawaban super singkat itu membuat Lino menganga tak percaya. Hei ayolah! Mulutnya bahkan hampir berbusa! 

Keduanya saat ini sedang berjalan beriringan. Didepan dan dibelakang keduanya ada anak-anak lain. Mereka sedang berjalan menuju pos pertama. Alvaro berjalan di barisan paling depan, coach yang satu itu sesekali menjawab pertanyaan-pertanyaan random yang dilontarkan anggotanya.

“Ngelamunin apa sih?!” Karena kesal terus diabaikan, Lino mengikuti kemana fokus mata Fighter melihat.

"Sedang melihat gadis-gadis cantik eoh?" Godanya.

“Diamlah!”

Lino tertawa mendengar itu. Ternyata menggoda Fighter cukup menyenangkan, yahh meskipun agak ngeri sebetulnya.

"Hahaha tidak apa-apa, itu normal kok." Dan Fighter hanya memutar matanya jengah.

Satu meter didepan mereka, Nara,Vivian dan Eva terlihat sedang berjalan beriringan. Ketiganya sesekali tertawa saat mendengarkan penjelasan Alvaro. Pasalnya pertanyaan-pertanyaan yang teman-temannya tanyakan terlalu random, seperti :

"Kak kenapa didepan setiap fakultas ada tangga?”

Lalu Alvaro akan menjawabnya dengan jawaban. "Ya karena kalau didepannya seluncuran, nanti orang yang memakai rok kesulitan naik."

Atau pertanyaan lain semacam.

"Kenapa jendelanya berbentuk kotak?"

Dan Alvaro akan menjawab. "Karena kalau bentuknya trapesium, itu mustahil."

Sungguh random sekali pertanyaan anak-anak itu! Untung saja kesabaran Alvaro setebal kamus KBBI.

Berbeda dengan anak-anak lain yang tertawa mendengar jawaban Alvaro, Fighter justru melamun sambil menatap ketiga orang didepannya. Fighter tidak tau mengapa didalam otaknya terus berputar kejadian dimana Vivian dan Jeff sedang makan bersama di kantin pagi tadi. Entahlah, hatinya sedikit tidak ikhlas melihatnya.

Kenapa Fighter bisa ada di kantin? Jawabannya adalah pria itu baru saja hendak kembali ke aula setelah dari toilet. Tetapi kemudisn ia tak sengaja melihat Vivian dan Jeff berada di kantin dan ternyata ada Alexa dan Hellen juga disana.

Pertemuan mereka memang hanya sebuah betulan, akan tetapi sedikit kebohongan yang Fighter lakukan jelas bukan ketidak sengajaan semata. Pria itu menebak jika Alexa sedang dalam mood yang tidak baik dan ia hanya khawatir Vivian akan mendapat masalah karena hal itu.

Merasa kesal karena terus diabaikan, Lino pun pergi meninggalkan Fighter.

“Hei ladies.” Tanpa permisi kedua tangannya merangkul bahu Nara dan Vivian di kiri kanannya.

Nara yang melihat kahadiran Lino mendelik tajam. Kedua tangannya mengayun seolah-olah sedang mengusir ayam.

“Dih, mau apa kau kesini? Hus hus jauh-jauh sana.”

“Astaga, galak sekali siluman kucing ini.” Lino terpaksa menurunkan tangannya namun masih berdiri diantara Nara dan Vivian.

“Yak! Siapa yang kau sebut siluman kucing hah?!” Omel Nara berkacak pinggang.

HAZARD Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin