Six

22 4 0
                                    

Kring kring

Alarm berbunyi mengisi kesunyian kamar

"Eungh.."

Zea yang sedang tertidur pun, ter usik debgan suara nyaring alarm yang sedang berbunyi, setelah membuka mata Zea mendudukkan dirinya sejenak dan menyandarkan punggunya pada ranjang, setelah beberapa saat terdiam untuk mengumpulkan tenaga, Zea lekas beranjak untuk pergi ke kamar mandi dan mulai bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Setelah selesai bersiap, Zea beranjak untuk keluar kamar, dan pergi untuk turun.

"Ze, lo ga sarapan dulu?", tanya Zion yang sedang berada di ruang makan.

Tanpa menghiraukan pertanyaan Zion, Zea meneruskan langkahnya untuk menuju keluar rumah, setelah sesampainya Zea di depan gerbang Zea segera memesan ojol untuk berangkat ke sekolah, selama sepuluh menit Zea tak kunjung mendapatkan ojol dan jam pada ponsel Zea telah menunjukkan pukul 06.45.

"Ckk.. Bisa telat gue kalo kek gini."

Tak lama kemudian muncul Zion dengan motor nya.

"Belom berangkat Ze?, sini bareng gue aja, daripada lo telat ntar."Ajak Zion sembari menyodorkan helm untuk Zea pakai.

"Gak, apaan sih lo sok asik!"

"Lah, yaudah kalo gamau, gue duluan ya Ze, awas telat hari ini piketnya Pak Djoko, biasanya sih disuruh keliling lapangan lima kali." Ucap Zion sambil bersiap untuk menancapkan gas pada motornya.

"Eehh... tunggu! yaudah gue bareng, gak gentle banget sih lo, harusnya lo ngeyakinin gue dong biar mau bareng sama lo!"

Zea pun lekas memakai helm yang Zion sodorkan, kemudian menaiki motor Zion.

****

"Ze, kapan sih kita baikan lagi kayak dulu?, gue kangen lo Ze gue ngerasa sendiri gue kangen sama kita yang bareng - bareng terus tiap hari."

"Gak akan bisa lagi Zi, semua itu udah jadi kenangan masalalu."

"Tapi kenapa Ze? apakah se parah itu kesalahan gue sama lo?"

"Gak, lo nggak salah dari awal, kita emang gabisa aja Zi, lo terlalu patuh sama ayah sedangkan gue akan tetap menjadi pembangkang di mata lo sama ayah."

"Cukup Ze, cukup nurut sama ayah dan semuanya selesai oke?"

"Enak ya lo ngomong begitu? gue nurut sama ayah dan gue bakal jadi gila karena ekspektasi tingginya itu."

Obrolan singkat tersebut mengawali pagi kedua saudara tersebut, setelah ima belas menit perjalanan Zea dan Zion pun akhirnya sampai, Zea segera turun dari motor kemudian melangkah menuju kelasnya tanpa berpamitan atau bahkan sekedar mengucapkan kata terimakaih kepada Zion.

Sementara itu suasana di kelas Zea telah ramai mengingat jam telah menunjukkan pukul 06.56, dimana artinya empat menit lagi bel pelajaran pertama akan segera dimulai

"Wihhh Ze selamat ya lo hebat banget asli bisa nembus lima besar", ucap Kara sembari mendudukkan diri di samping Zea

"Hm.. thanks Kar"

"Kok lo keliatan gak seneng gitu sih Ze, lo harusnya senneg dong! lo udah berhasil masuk lima besar par<alel Arzea Bagaskara", sahut Wilka

"Percuma sih Wil gue ranking lima besar, ayah gue gak tetep nggak bakalan ngerespect gue keculai gue menduduki poisi pertama."

"Alay lo Ze!", sahut salah satu teman Zea yang ada di kelas

"Tau! harusnya lo tuh bersyukur!", sambung teman Zea yang lain

"Terserah sih lo mau ngomong apa! yang jelas lo gak tau dan gak akan pernah ngerti gimana jadi gue!" balas Zea dengan lugas

"Udah - udah apaan sih kok malah pada ribut" lerai Wilka

Obrolan mereka pun terhenti ketika guru matematika memasuki kelas untuk memulai pembelajaran, pelajaran berlangsung selama kurang lebih tiga jam, kemudian bel istirahat pun terdengar

kring king kring

Zea pun beranjak untuk melangkah ke kantin, setelah sesampainya di kantin Zea melihat Dean, tanpa berlama - lama Zea segera melangkah untuk menghampiri Dean

"Dean! Tunggu!", Teriak Zea sambil berlari untuk menghampiri Dean

Namun Dean justru mempercepat langkahnya, seolah - olah menghindar akan keberadaan Zea, namun akhirnya Zea dapat mensejajarkan dirinya dengan Dean

"Dean stop!, gue mau ngomong sama lo!", tukas Zea

Namun, Dean mengabaikanya, ia justru berbelok arah menuju taman belakang sekolah dan meninggalkan Zea yang sedang berdiri di lorong.

"Ck.. Kenapa sih tu anak, apa iya dia masih marah gara - gara Zion kemaren? tapi yakali itu kan udah lama", gumamZea sambil berjalan untuk menyusul Dean

"Dean! lo kenapa si?, kalo lo ada masalah sama gue please ngomong, dengan diemnya lo kayak gini gak akan ngerubah situasi, gue juga ga faham lo kenapa, lo udah dewasa kan? selesein masalahnya jangan cuma gedein ego!"

"Udah deh Ze, mendingan lo pergi, karena percuma Ze semuanya gak bakal bisa balik kaya dulu", jawab Dean yang akhirnya mau untuk membuka suara

"Ya tapi kenapa? kasih gue alasan yang logis biar gue gampang mahamin situasinya"

"Selama Zion masih ada di hubungan ini, semunya bakal sama gaakan ada yang pernah berubah, bahkan sekuat apapun lo ngerubah itu"

"Jadi bener? lo masih kesinggung sama Zion waktu di kantin itu?"

"Gak! gue gak pernah kesinggung sedikitpun sama kembaran lo itu, karna nyatanya gue emang nggak manfaatin lo, jadi buat apa gue kesinggung sama perkataan Zion?"

"Trus kalo gitu kenapa Dean? kenapa lo ngehindarin gue akhir - akhir ini?"

"Udahlah Ze, gue capek mending kita udahan aja!"

"Apa lo bilang? lo mau udahan? cuma gara - gara hal sepela yang Zion perbuat di kantin waktu itu?, oh atau jangan - jangan bener lagi kata Zion kalo lo cuma mau manfaatin otak gue ini? Hh", sarkas Zea sembari menaikkan satu oktaf nada bicaranya

"Terserahlah lo mau ngomong apa gue udah ga peduli, dan satu hal yang perlu lo tau, gue pacarin lo atas dasar kasihan ngelihat lo kalah saing sama saudara kembar lo! udah kan?, selamat tiggal Arzea Bagaskara"

"SIALAN LO DEAN! dan asal lo tau gue sama sekali gak butuh rasa kasian dari lo!"Teriak Zea dengan lantang kepada Dean yang mulai pergi dari taman belakang

Setelah radar Dean benar - benar hilang dari taman belakang Zea lekas mendudukkan diri di atas rumput hijau sambil mendongakkan wajahnya ke arah langit, masalah di hidupnya bagaikan air yang senantiasa mengalir tanpa bsa di bendung olehnya, ayahnya dengan segala ekspektasinya, Zion dengan segala sikapnya, dan terakhir Dean dengan segala kepalsuannya

Dean di mata Zea adalah tempat ternyaman untuk sekedar bercerita remeh - temeh, Dean adlah sosok yang hangat dengan senyumnya yang manis, Dean adlah laki - laki yang paling nyaman untuk Zea jadikan tempat berpulang, namun mulai hari ini semuanya berubah Dean bagaikan boomerang yang berhasil menusuknya seorang yang Zea percayai sebagai tempat ternyaman tak lain hanya seorang yang merasa kasian akan keadaan Zea.

"Makasih Dean,setidaknya lo pernah norehin warna di hari gue, walau akhirnya warna itu sama - sama jadi hitam"

Zea bangkit dan melangkah untuk kembali menuju kelasnya, ya mulai hari ini kisah Arzea dengan Dean telah selesai di bawah terangnya langit biru dan di atas hjaunya rumput yang tumbuh di perkarangan taman belakang sekolah.

________

Read, vote, comment, and support, Will be appreciated. Happy reading....

TBC

Double ZWhere stories live. Discover now