Ten

39 5 0
                                    

Hari demi hari berlalu begitu cepat. Tak terasa hari ini adalah hari yang menentukan nasib Zea setelahnya. Apakah ia akan berjuang lagi di 'Simak UI' atau berhasil lolos SNBT Kedokteran UI dengan skor tujuh ratus dua puluh tiga.

Tak ada orang lain selain dirinya di rumah sebesar ini. Orang tuanya sedang pergi untuk menghadiri Event Simposiun Seminar di luar kota, sementara Zion masih berada di luar karena ada acara mendadak. Entahlah, akhir - akhir ini camaba yang satu itu terlihat sangat sibuk, tak tahu apa yang sedang dikerjakannya.

Pagi hari ini Zea isi dengan kegiatan - kegiatan produktif yang bisa ia lakukan. Mulai dari membersihkan kamarnya sendiri, merapikan meja belajar, dan lain sebagainya.

Saking produktifnya, ia pergi ke kamar Zion untuk membantu membersihkan kamar laki - laki itu. Hitung - hitung sebagai tanda terima kasihnya karena telah membantunya belajar selama akhir - akhir ini.

Dibukanya pintu kamar Zion yang bertema serba hitam putih itu. Jarang sekali Zea menginjakkan kaki di sini, mungkin selama ia hidup masih bisa dihitung jari.

Mata Zea menelisik ke seluruh ruang kemudian tertuju pada pojok kamar Zion. Terdapat sebuah benda yang ukurannya lumayan besar di sana, tetapi dibungkus oleh sebuah kain yang membentang di atasnya. Mungkin ia bisa memulai kegiatan bersih - bersih dari sudut tersebut terlebih dahulu.

Zea membersihkan area pojok ruangan itu, tetapi rasa penasarannya akan benda yang tertutup kain itu semakin besar. Tak bermaksud buruk, Zea berniat membukanya dan berharap Zion tak akan marah dengan hal itu.

Berapa terkejutnya gadis itu ketika melihat apa yang berada di balik kain putih yang menutupinya. Sebuah teleskop bintang terlihat masih sangat bagus dan Zea menduga harga dari benda ini tak bisa dibilang murah.

Pertanyaannya adalah mengapa Zion bisa memiliki benda seperti ini di kamarnya? Ia tak pernah tahu bahwa kembarannya itu menaruh minat pada hal - hal yang berbau luar angkasa.

Ketika hendak menutup kembali benda tersebut, Zea mendengar suara menginterupsi dari arah belakangnya.

"Ze, ngapain?"

Zea seketika terkejut, dia takut jika hal yang tadi dirinya lihat tidak seharusnya dilihat olehnya.

"Eh, Zi. Lo udah balik?" Tanya Zea mencoba mengalihkan perhatian Zion.

"Gue tanya, lo ngapain?"

Zea hanya bisa pasrah, tak ada jalan lain selain menceritakan apa sedang terjadi di sini.

"Gue cuma mau bantu bersihin kamar lo, and then...." Zea menggantungkan kalimatnya sambil melirik ke arah teleskop luar angkasa yang masih belum sepenuhnya tertutup oleh kain putih.

Zion menghela napas berat kemudian menghampiri Zea dan benda itu berada. "Oh, udah ketahuan ternyata."

"Ini punya lo?" Tanya Zea hati - hati, takut jika menyinggung sesuatu mengenai diri Zion.

"Iya, gue beli bekas dua tahunan yang lalu pake tabungan gue. Bisa tolong jangan bilang ke ayah soal ini?" Pinta Zion dengan suara rendah.

Zea mengangguk mengerti, tahu apa yang akan terjadi jika sampai ayahnya mengetahui hal ini.

"Lo inget gak Ze? Dulu waktu kecil kita pernah liburan ke Tanjung Papuma<<< sama keluarga yang lain? Di sana gue bisa lihat langit malam dengan jelas, keliatan bener - bener indah buat dipandang. Sejak saat itu gue jadi suka sama yang berbau astronomi."

"Dan lo baru bilang sekarang ke gue?"

Zion terkekeh pelan, "ya gimana gue mau cerita kalau tiap hari kita berantem terus gak ada habisnya."

"Sorry, Zi."

Zea sungguh merasa bersalah atas sikapnya selama ini pada Zion.

"Udah gapapa kok, gue juga udah lumayan tertarik sama kedokteran. Cuma menjadikan astronomi sebagai hobi gue aja, pelarian di saat gue capek dengan keadaan. Sama kayak lo yang memilih ke gambar."

Akhirnya Zion memiliki keberanian untuk mengungkapkan itu, setidaknya pada Zea. Setelah selama ini dirinya berusaha secara diam - diam untuk menyembunyikan hobinya, kini ia bisa menceritakannya pada Zea dan sepertinya mendapat tanggapan positif dari gadis itu

"Udah gak usah dipikirin lagi. Sekarang yang penting adalah pengumuman SNBT lo, udah tinggal lima menit lagi nih pengumumannya."

Zion melirik arloji yang terpasang pada tangan kirinya.

"Bentar, gue mau beresin ini dulu."

Zea mengarahkan kemoceng yang sedang ia pegang ke arah tempat yang tadi ia sedang bersihkan sebelum Zion datang.

"Udah entar aja, lagian kenapa lo tiba - tiba rajin sih?" Heran Zion.

"Gabut aja, biasanya hari gini gue pacaran. Tapi karena berhubung udah putus, ga tau mau ngapain."

"Heleh, bentar lagi juga dapet pacar baru. Ga percaya gue kalau seorang Arzea betah menyandang status jomblo lama - lama."

Zea memukul Zion dengan kemoceng yang dipegangnya, membuat si laki - laki meringis kesakitan.

"Aduh, udahlah ayo ambil laptop lo. Mumpung gue ada di rumah jadi bisa lihat bareng - bareng."

Zion menarik tangan adiknya untuk pergi ke kamar sebelah. Setelah itu Zea membuka laptopnya dan log in menggunakan akun SNPMB nya.

"Duh, pasrah deh gue."

Zion hanya melirik sekilas pada Zea lalu tangannya terulur untuk mengusap lengan gadis itu, berusaha menenangkannya.

"Yuk buka!"

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Zea membuka hasil pengumuman SNBT nya.

Dan hasilnya sangat mengejutkan keduanya. Mereka berdua terdiam selama beberapa detik karena keterkejutannya.

"Zi, ini seriusan?" Tanya Zea tak menyangka.

"Wow, Ze. Selamatttt!"

Zion yang sudah tersadar akan keterkejutannya refleks memeluk Zea dari samping.

Sementara itu, Zea sendiri masih mematung di tempat, pandangannya tetap mengarah ke layar monitor yang juga sedang menampilkan kata selamat yang ditujukan untuknya.

"Gue berhasil, Zi?"

Zion menyentuh kedua pipi Zea lalu mengarahkannya untuk menatap padanya.

"Lo udah berhasil. Lo udah bisa ngebuktiin kalau lo mampu, Ze. Welcome to Universitas Indonesia," sambut Zion dengan wajah sumringahnya.

Zea lalu memeluk kembali saudara kembarnya itu dengan erat, seakan - akan tak ingin melepaskannya sampai kapan pun.

"Thank you, Zi."

Hanya dua kata itu yang bisa diucapkan Zea dan Zion tahu bahwa kata itu mengandung makna yang sangat dalam, mewakili semua kasih sayang yang diberikan saudari kembarnya.

'Semuanya udah berakhir, Ze.'

__________

Read, vote, comment, and support, Will be appreciated. Happy reading....

TBC

Double ZWhere stories live. Discover now