Epilog

36 4 0
                                    

Kehidupan keluarga Bagaskara berubah 180 derajat setelah diumumkannya keberhasilan Zea. Rumah itu kini terasa lebih hangat daripada biasanya.

Yudha dengan tangan terbuka membawa anak - anaknya ke dalam pelukan hangatnya. Dirinya akhirnya disadarkan akan keegoisan dan ambisinya selama ini. Laki - laki paruh baya itu juga sudah tidak lagi membanding - bandingkan keduanya, bahkan sekarang terlihat ia lebih perhatian pada Zea.

Bagi Zion, tak ada hal lain yang lebih membahagiakan daripada ini. Yudha bahkan sudah tau tentang hobinya, dan dia tidak marah akan hal itu.

Ayahnya kini membebaskan semua hobi yang dilakukan oleh anak - anaknya asalkan mereka tidak lupa waktu. Zion sangat lega akan hal itu.

Untuk merayakan keberhasilan Zea, Zion mengajaknya pergi ke pantai bersama dengan dua teman Zea yang lain, yaitu Kara dan Wilka.

Zion terlalu bersemangat sambil memamerkan SIM B nya yang baru saja jadi. Cowok itu juga terlihat lebih ceria daripada biasanya.

Sementara itu, Zea sendiri menyadari apa yang menjadi penyebab keceriaan Zion selain keberhasilannya sendiri. Tentang kedekatan Zion dengan Wilka, sepertinya itu benar - benar terjadi.

Tak jarang selama perjalanan Zea menangkap basah Zion yang sedang curi - curi pandang ke arah Wilka. Sedangkan temannya itu tampak malu - malu kucing.

Zea sudah sempat menegur mereka berdua, tetapi jawaban dari masing - masing keduanya tetap sama. Tak ada yang mengakui, entah sampai kapan hal itu akan terjadi.

Jam menunjukkan pukul tiga sore ketika mereka sampai di pantai yang dituju. Mereka berempat keluar dari mobil dengan penuh semangat.

Rencananya, mereka akan menginap selama semalam di hotel yang berada tak jauh dari pantai.

Berbagai macam kegiatan mulai mereka lakukan, seperti bermain air laut, membuat istana pasir, minum kelapa muda, dan lain sebagainya.

Zion juga sudah tak merasa canggung di dekat kembaran dan dua temannya itu dikarenakan mereka yang sangat amat mudah untuk berbaur dengan orang baru. Mau tak mau Zion jadi ikut terbawa arus kesenangan.

Saat matahari sudah mulai akan tenggelam, kedua teman Zea berpamitan sebentar untuk mengambil kamera yang tertinggal di mobil Zion.

Sementara itu, Zion dan Zea menunggu mereka dengan duduk bersebelahan di atas pasir pantai.

"Gue gak tau kapan terakhir kali seneng - seneng kayak gini," celetuk Zea.

Zion mengangguk setuju, meskipun hal itu tak bisa Zea lihat karena pandangan gadis itu yang lurus ke arah pantai.

"Makasih sekali lagi Zi dan maaf untuk semuanya," ucap Zea tulus dari dalam hatinya yang terdalam.

"Mungkin kalau bukan karena lo, saat ini gue pasti udah stress parah dan ga tau masih bisa hidup atau ngga."

"Ssttttt, pamali ngomong kayak gitu," putus Zion pada ucapan yang belum diselesaikan oleh Zea.

"Gue serius, Zi."

"Iya - iya, gak usah lebay gitu deh," canda Zion.

Zea mencubit perut Zion sedikit keras membuat sang empu meringis.

"Suka banget sih cubitin gue, ampe gosong gini."

Cowok itu mengelus bagian perutnya yang baru saja dicubit oleh Zea dengan dramatis.

"Mana ada badan sekeras punya lo bisa gosong cuma gara - gara gue cubit," cibir Zea.

"Yeuyy, ga percayaan amat."

Keduanya kini terdiam sejenak, menikmati hembusan angin yang menerpa wajah masing - masing.

"Zi, kalau ada apa - apa lo mau kan cerita ke gue? Jangan dipendem sendiri, karena cuma gue yang lo punya, iya kan?"

Zion terkekeh mendengar hal itu. "Pede banget, mbaknya. Tapi ya emang bener sih."

"Kalau semisal lo punya pacar, jangan pernah lupain gue. Entar gue ngadu ke ayah kalau sampe itu terjadi," ancam Zea.

"Iya deh, yang sekarang udah jadi anak ayah banget."

"Mau peluk boleh gak, Zi?"

Zion tanpa basa - basi lagi langsung memeluk Zea yang dibalas oleh gadis itu.

Mungkin hanya sedikit kata yang keluar dari mulut keduanya, tetapi hanya dengan pelukan itulah mereka merasakan kasih sayang satu sama lain sebagai saudara.

Mereka berdua sudah berbagi kehidupan sejak berada di dalam rahim dan kini mereka hanya berharap hal itu akan terjadi juga di dalam sisa hidupnya.

Zion dan Zea adalah saudara kembar yang jauh dari kata akur. Masalah akan datang seiring berjalannya waktu, tetapi Zea selalu punya Zion yang siap untuk membantunya begitupun juga sebaliknya. Mereka selalu punya cara untuk bisa saling melengkapi satu sama lain.

The End

___________

Read, vote, comment, and support, Will be appreciated. Happy reading....

Double ZWhere stories live. Discover now