Eight

30 4 0
                                    

Namun sang ayah yang mendengar hal tersebut tidak menghiraukan semua ucapan Zea.

"Udah cuma itu? Ayah nggak ada waktu buat ngeladenin ocehan kamu Zea," tukas ayah sembari berlalu pergi.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki lain yang ingin memasuki ruangan itu.

Tap tap tap

Kemudian datanglah seorang laki - laki muda yang berperawakan tinggi tegap yang tak lain adalah kembaran Arzea.

"Ze, ngapain lo disini?" tanya Zion
"Harusnya gue yang tanya, kenapa lo ada disini?" sahut Zea balik

"Gue kesini mau nganterin berkas ini ke ayah" timpal Zion, sembari berjalan masuk ke ruangan sang ayah

Setelah meletakkan berkas tersebut Zion menghampiri Zea yang sedang duduk di ruang tunggu ayahnya, Zea yang sedang melamun memikirkan gimana caranya keluar dan terbebas dari aturan - aturan ayahnya namun lamunannya itu buyar ketika Zea dikagetkan dengan Zion yang tiba - tiba duduk disampingnya

"Udah ze cukup, percuma" ucap Zion
"Itu menurut lo karena lo sejatinya pengecut" ucap Zea kesal

"Nggak gitu Ze, percuma lihatkan selama ini lo ngebangkang ke ayah, selama ini lo udah pakai cara apapun buat ngeyakinin ayah."

"Lo udah pake cara halus, lo udah pake cara kasar tapi terbuktikan ayah sama sekali nggak goyah dengan pendiriannya."

"Sama aja lo bakal capek, lo bakalan ngebuang - buang tenaga lo buat ngelawan ayah, karena sejatinya ayah itu nggak bakal bisa digoyahin gitu aja Ze, kalo dia udah punya tekad dan kemauan dia bakal nggapai itu dengan gimana pun caranya termasuk masukin kita berdua ke Universitas Indonesia Kedokteran." ucap Zion

"Tapi gue nggak mau, gue mau berjuang sampai akhir, gue nggak suka di kedokteran UI " ucap Zea

Setelah perdebatan yang panjang itu, Zea berdiri lalu pergi ninggalin Zion sendirian

Zion kemudian menyusul Zea hingga sampai di parkiran.

Waktu Zea mau pesan taxi, dari arah belakang datanglah Zion
"Ze percuma, sekali lagi gue tekenin semua hal yang lo lakukin percuma, cukup turutin apa kemauan ayah, setelah itu lo bakal bebas, setelah gelar doktor lo raih lo bakal bebas dari kendali ayah."

Namun Zea nggak menghiraukan sedikit pun ocehan Zion, kemudian Zea melanjutkan naik taksi yang ada di dekat rumah sakit dan pulang, begitu pula dengan Zion.

*****

Dikamar, Zea menatap kosong ke arah langit - langit
di kamarnya, merenung sambil memikirkan perkataan Zion tadi.

"Kalo emang bener, kalo semisal Zea nurutin kemauan ayah yang terakhir ini dia bakalan bebas dari jeratan ayahnya selanjutnya atau nggak, atau justru malah makin parah"

Zea diam menimang - nimang

Hingga sampai beberapa hari sebelum pengumuman SNB, waktu Zea mau sekolah.

Tap tap tap

Suara langkah kaki Zea waktu turun menuruni tangga,
Zea melangkah menuju ke meja makan, ternyata mereka semua ada disana

Hanya ada derit suara gesekan sendok garpu yang menghiasi ruangan itu tiba - tiba Zea

"Oke fine, aku bakal nurutin kemauan ayah, aku bakal masuk Kedokteran Universitas Indonesia dengan cara apapun tapi ayah janji 1 hal kalau aku berhasil masuk kesitu ayah berhenti ngatur aku di kehidupan selanjutnya"

Ayahnya setuju
"Buktikan ucapanmu Zea"

Kemudian Zea lekas menuju ke sekolah dengan angkutan umum, setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih lima belas menit Zea akhirnya sampai di sekolah, hari - hari Zea terlalui dengan seperti biasa sampai tak terasa lima belas hari kemudian telah tiba, hari yang ditunggu-tunggu hari yang menentukan nasib Zea kedepannya telah tiba.

Suasana di ruang keluarga Bagaskara kini terasa tegang dan mencekam semua anggota keluarga berkumpul.

"Cepat buka laman web nya segera" titah Yudha

Dengan perasaan gugup Zion mengarahkan krusor untuk membuka laman web pengumuman SNBP, dengan hati - hati ia mulai mengetik rentetan nomor sebelum masuk pada pengumuman yang telah keluar.

"Selamat Zion good boy", sanjung sang Ayah sambil menepuk pundak Zion dengan bangga

"Congrat's boy, bunda proud of you", ucap sang Bunda dengan tersenyum lembut ke arah putranya

Keberadaan Zea seolah terlupakan dan tersingkirkan, kemudian Zea mengambil alih laptop tersebut dan mengerahkan sendiri krusor laptop tersebut, ia segera menuliskan rentetan nomor dan dengan tangan yang gemetar ia lekas membuka laman pengumuman tersebut

"It's okay Ze" tenang Zion dengan tangan yang akan meraih pundak Zea

Namun sebelum tangan Zion meraih pindah Zea, Zea segera bangkit untuk meninggalkan ruang keluarga, namun saat ia akan beranjak melangkah menuju tangga sebuah suara tegas mengintrupsi

"Ze, kesepakatan kita masih berlaku, silahkan berjuang mati - matian di Medan tempur selanjutnya, jika kamu masih mengharapkan kebebasan, hapus semua keinginan dan impian kamu tentang Seni."

Zea hanya mendengarkan lontaran - lontaran kata yang dikatakan oleh ayahnya, namun ia sama sekali tidak merespon atau bahkan sekedar menengok ke belakang, ia terus melangkahkan kakinya ke kamar.

Setelah sesampainya Zea di kamarnya, ia segera merebahkan tubuhnya ke tas ranjang sembari menatap langit - langit kamarnya sambil menenangkan pikiran di kepalanya yang tengah berkecamuk, akan bagaimanakah nasib ia setelah ini, apa yang harus ia lakukan, akankah bisa ia menepati kesepakatan yang telah ia ajukan kepada ayahnya, semua pikiran - pikiran tersebut mulai bermunculan

Tok tok tok

"Ze!"

Suara teriakan dari luar kamar Zea terdengar, Zea yang sedang melamun pun terjengit kaget, dengan langkah gontai ia membuka pintu kamarnya, Zion tengah berdiri tegap di depan pintu kamarnya

"Apa?"

"Gue bakal bantuin lo berjuang di SNBT, dengan begitu kita berdua bisa lepas dari kekangan ayah, gimana deal?", ucap Zion dengan meyakinkan

"Nggak, thanks gue nggak butuh bantuan dari lo!"

" Ini bukan saatnya kita berantem Ze, inget tujuan lo cuma masuk kedokteran UI dan setelah itu lo bakalan bebas? bukan kah itu yang lo mau? jadi penawaran ini akan sangat menguntungkan buat lo"

"Atas dasar apa lo nawarin penawaran ini ke gue?", ucap Zea sembari melipatkan tangan di depan dadanya sembari menyandarkan punggungnya di pintu

"Karna gue juga mau lo ngerasa bahagia."

"Pikirin itu baik - bik Ze, gue bakalan selalu nunggu jawaban setuju dari mulut lo"

"Dengan lo berlarut - larut sama emosi yang ada di dalam diri lo semua hal yang lo rencanain bakal rusak terbakar sama api ego diri lo itu, coba terima Ze, dan semuanya bakal berjalan baik - baik aja"

Zea pun mendongak melihat wajah Zion yang memancarkan ketulusan dari ucapan yang dia ucapkan

"Dari awal, emang nggak ada yang berjalan baik Zi, percuma" ucap Zea dengan wajah lelah

Percakapan tersebut berakhir dengan Zion yang melenggang pergi menuju kamarnya, dan Zea yang tengah berdiri mematung memikirkan tawaran yang Zion sampaikan.

_________

Read, vote, comment, and support, Will be appreciated. Happy reading....

TBC

Double ZWhere stories live. Discover now