Keduabelas

1.4K 117 4
                                    

Dengan langkah tergesa-gesa, Naren menuruni tangga, merasakan kegelisahan yang merayap di dalam dirinya. Perasaan ini, seperti keajaiban yang sulit ia dipahami, membuatnya merasa kesal mengurus kekasih mudanya yang tampak kekanak-kanakan

Mengurusi sebuah mobil tampaknya jauh lebih mudah dibandingkan dengan melibatkan diri dalam urusan perasaan, perasaan ini tidak bisa dicontohkan atau diperbaiki dengan kunci pas atau obeng. Dia kesal ketika dia mau tidak mau harus menuruti permintaan Anak ini.

Naren memacu mobilnya menuju lokasi yang telah disebarkan oleh Tin melalui pesan pribadi. Cafe yang menjadi tujuan tampaknya tidak terlalu jauh dari bengkel, membuatnya tiba dalam waktu beberapa menit saja.

Suara mesin mobil dan hembusan angin melalui jendela menciptakan ketenangan di dalam mobil.

Mobil berhenti tepat di depan cafe yang diinginkan. Naren menatap gedung kafe tersebut sejenak, mencoba membaca pertemuan yang akan terjadi di dalamnya. Naren memutuskan untuk memasuki cafe. Dengan nafas lega ia melihat di ujung sana, anak laki-laki kesayangannya sibuk dengan urusan belajar.

Giginya berbunyi ketika dengan mata kepalanya sendiri, ada perempuan yang sengaja ingat mencari perhatian pada kekasihnya.

Naren merasa kebingungan di cafe ini karena tidak pernah memasuki tempat seperti ini membuatnya terdiam, matanya terpaku pada Tin yang sibuk dengan kegiatan belajarnya. Meskipun hatinya ingin mendekat, kekhawatiran mengganggu Tin membuatnya memilih untuk memperhatikan dari kejauhan.

Suasana bengkel dan latihannya yang memanggil-manggil sepertinya terpudar di antara beningnya cahaya sore, sementara Naren mencoba mencari makna dari keputusan "bodoh" yang baru saja diambilnya. Apakah ini tanda-tanda perubahan atau hanya detik-detik ragu dalam rentetan rutinitasnya yang biasa?

"Aku melakukan hal bodoh ini?" tanyanya pada diri sendiri.

Tin terus sibuk dengan pekerjaannya, tetapi kepekaannya menyadari kehadiran Naren. Meskipun Naren duduk di bangku tanpa memesan, Tin merasa getaran kehadirannya. Sejenak, Tin tersenyum sendiri, menikmati perhatian yang tercuri dari sudut matanya. Di dalam hati, sebuah teriakan ceria terdengar saat Tin mengakui keinginan mendalamnya untuk mencium Naren segera.

"Kakk! aku ingin menciumimu segera!"

Tin terkejut merasakan pergelangan tangannya yang tiba-tiba dipegang oleh Luna, membuyarkan lamunannya. Naren, yang duduk dari jauh, tersentak kasar dan hampir berdiri untuk menghampiri Tin, tetapi pandangan sekitar yang memperhatikannya membuatnya tetap di tempat dengan perasaan campur aduk di dalam dirinya.

Naren memilih menahan diri di tengah sorotan penasaran orang-orang di sekitarnya.

Naren merasa terpaksa untuk mengeluarkan ponselnya, jemarinya menari di atas layar untuk menghubungi Tin.

"Tin, kapan kau selesai?" tulis pesan singkat yang mencerminkan kemarahannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Childish-Boy" [ PoohPavel ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang