KeduaPuluhEnam

801 72 13
                                    

Precious Mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Precious Mama

***

Dalam keheningan dan kegelapan yang menyelimuti, dia berusaha mencari pegangan, mencari sesuatu yang bisa memberinya sedikit orientasi dalam ruangan tanpa sisi itu. Namun, semua usaha tampak sia-sia ketika kegelapan semakin mendalam, seolah-olah menelan setiap harapan untuk menemukan jalan keluar.

"Elly-Sian!" suara itu kembali terdengar, kali ini lebih dekat, lebih mendesak. Suara itu tidak hanya membingungkan tapi juga mengintimidasi, membuatnya merasa tak berdaya dan terisolasi. Dalam keputusasaan, dia mencoba untuk merespons, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya terbata-bata, "El— Sian, s..siapa?"

Ketidakjelasan identitas "Elly-Sian" menambah ketakutan dan kebingungan yang dia rasakan. Siapa pun atau apapun yang memanggilnya dengan nama itu sepertinya memiliki kekuatan atas keadaan yang dia alami saat ini, sebuah kekuatan yang dia tidak mengerti dan tidak bisa melawan.

Ketika suara itu terus mengulang-ulang, kepala yang sudah berputar menjadi semakin tidak tertahankan, dan dia terjatuh, terhuyung tanpa bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Kejatuhan itu tidak seperti jatuh dalam realita yang dia kenal; itu lebih mirip tergelincir ke dalam jurang tanpa dasar, di mana kegelapan semakin menelan seluruh eksistensinya.

Sakit yang dia rasakan ketika "warna pekat" itu semakin menguasai pandangannya adalah sesuatu yang sulit untuk dijelaskan. Itu bukan hanya rasa sakit fisik; itu lebih mendalam, seolah-olah menyerang esensi dari siapa dia. Setiap serat dari keberadaannya merasakan invasi dari kegelapan itu, sebuah perasaan yang begitu asing namun sangat personal pada saat yang sama.

Dalam keputusasaan dan kebingungannya, dia mulai mempertanyakan realitas dari situasi yang dia alami. Apakah ini hanya mimpi buruk? Ataukah dia terperangkap dalam suatu dimensi yang jauh dari pemahaman manusia? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar dalam pikirannya, namun tanpa titik terang atau jawaban.

Ketika dia semakin tenggelam dalam ketidakpastian dan ketakutan, suara itu tiba-tiba mereda, memberinya sedikit ketenangan dalam kekacauan. Namun, ketenangan itu tidak membawa kelegaan; itu lebih seperti tenang sebelum badai, sebuah momen singkat sebelum dia harus menghadapi apa pun yang menantinya di dalam kegelapan yang tak berujung.

Sensasi tenggelam dalam warna pekat itu bukan hanya sekedar perasaan fisik; itu adalah pengalaman yang merenggut setiap serpihan kekuatan dari dalam dirinya. Rasa sakit yang dia alami tidak hanya datang dari luar, tapi juga dari dalam, seolah-olah kegelapan itu mengisi setiap ruang kosong dalam dirinya, menekan, menghimpit, hingga membuatnya merasa seolah kekuatannya perlahan direnggut.

Dia berusaha untuk bertahan, untuk menemukan semacam titik terang dalam kegelapan yang menindas itu, tetapi semakin dia mencoba, semakin dia merasa tenggelam. Kekuatan yang pada awalnya dia kira bisa menjadi sumber perlindungan, kini berubah menjadi beban yang mendorongnya lebih dalam lagi ke dalam abis keputusasaan.

Setiap napas terasa seperti berjuang melawan pasir hisap, setiap usaha untuk bergerak hanya membuatnya semakin terikat oleh kekuatan tak terlihat yang membelenggunya. Rasa lemah itu bukan hanya kehilangan kekuatan fisik; itu adalah pengikisan kehendak dan harapan, penghapusan setiap kenangan tentang kekuatan dan ketangguhan yang pernah dia miliki.

"Childish-Boy" [ PoohPavel ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang