KeduaPuluhDelapan

1.1K 50 7
                                    

Zane duduk di kursinya, tenggelam dalam lamunan yang mendalam. Di ruang itu, di antara tumpukan kertas dan benda-benda yang berserakan, hanya ada dia dan kenangan yang tak pernah bisa ia lupakan.

Seringai dan senyum jahatnya tetap menguar, seolah memuji dirinya sendiri dan keputusan-keputusan yang telah ia buat. Di tengah keheningan ruangan itu, Zane teringat beberapa tahun silam, saat dia masih dikelilingi oleh dua teman yang sangat ia hargai. Mereka berbagi tawa, mimpi, dan bahkan kesulitan bersama. Namun, semua itu berubah karena satu kesalahan fatal yang Zane buat: pengkhianatan.

Motivasi Zane kala itu murni kerakusan. Dia tergoda oleh janji kekayaan dan kekuasaan yang pada akhirnya hanya ilusi semata. Dengan pikiran yang terbutakan oleh ambisi, Zane mengkhianati dua temannya tanpa ragu, menjual kepercayaan yang telah dibangun bertahun-tahun hanya dalam hitungan hari. Dia berpikir dia bisa lolos dengan semua itu, berpikir bahwa apa yang ia kejar lebih berharga daripada apa pun.

Keputusan Zane untuk mengkhianati teman-temannya tidak hanya didasari oleh kerakusannya, tetapi juga oleh sebuah rahasia besar yang ia simpan rapat-rapat: fakta bahwa Apex, usaha yang ia banggakan dan sering ia klaim sebagai pencapaian terbesar keluarga Wirans, sejatinya bukan milik mereka seutuhnya. Ini adalah informasi yang hanya diketahui oleh Zane sendiri, sebuah rahasia gelap yang ia jaga ketat, seolah-olah itu adalah harta karun yang tidak boleh terungkap.

Apex, di mata dunia, adalah simbol kesuksesan dan kekayaan keluarga Wirans. Namun, kenyataannya, fondasi dari semua itu dibangun atas dasar penipuan dan pengkhianatan. Zane, dalam upayanya untuk mempercepat jalan menuju puncak, telah melakukan kesepakatan terlarang dengan pihak-pihak yang sangat ingin memiliki pengaruh atas Apex, tanpa sepengetahuan siapa pun, termasuk keluarganya sendiri.

Zane tahu bahwa jika rahasia ini terungkap, bukan hanya reputasi keluarga Wirans yang akan hancur, tetapi juga segala sesuatu yang ia bangun—termasuk kepercayaan dan hubungan dengan orang-orang terdekatnya.

Dengan berat, Zane menyimpan rahasia ini, mengubur dalam-dalam fakta yang bisa meruntuhkan semuanya yang ia dan keluarganya miliki. Dia bermain dengan api, menyadari sepenuhnya risiko yang terlibat. Dalam keheningan ruangannya, di tengah pengkhianatan terhadap teman-temannya, Zane juga bergulat dengan ketakutan akan kemungkinan rahasia besar ini terungkap.

Kenyataan pahit bahwa Apex bukan sepenuhnya milik keluarga Wirans menjadi beban pikiran yang konstan bagi Zane, menyadarkannya bahwa kesuksesan yang dibanggakan itu sebenarnya hanyalah ilusi yang rapuh. Dalam kesendirian dan penyesalan, Zane mulai mempertanyakan segala keputusannya, menghadapi kenyataan bahwa semua yang ia banggakan—kekuasaan, kekayaan, dan reputasi—mungkin akan hilang dalam sekejap jika kebenaran tentang Apex terungkap.

"Jasper, kau sudah mati di tanganku."

"Dan itu nyata! kekasihmu, anak semata wayangmu, telah lenyap"

Pada awalnya Zane hanya memiliki nama Zane Wirans. Bukanlah Zane Apex — Wirans.

Flashback On.

Zane, yang berusia dua puluh lima tahun, tertawa riang sambil berjalan bersama kedua temannya, atau lebih tepatnya, sahabat karibnya, di sepanjang jalanan yang dipenuhi dengan cahaya lampu kota yang berkelap-kelip. Cerita dan tawa mereka mengudara, menambah kehangatan pada malam yang sejuk. Mereka berbagi cerita tentang pengalaman, harapan, dan mimpi-mimpi yang ingin mereka capai bersama di masa depan, sambil sesekali menghentikan langkah untuk mengagumi pemandangan kota yang hidup.

Temannya : Jasper dan Kasiel.

Ia mereka berdua sepasang kekasih.

Ketiganya bersahabat dari kecil.

"Childish-Boy" [ PoohPavel ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang