Bab 16 - Balasan

89 5 0
                                    

''Kau tahu tidak kalau ternyata Florencia suka dipuji olehmu,"

"Lalu?"

"Boleh aku minta tolong padamu? Tolong berpura-puralah membenci Florencia, dia kalau sudah suka seseorang pasti akan bertingkah aneh!"

"Bagaimana?"

"Dia akan mengikutimu kemanapun kau pergi, itu mengerikan,"

Demian berjalan lebih dulu lalu mengacungkan jempol nya pada Erion. Erion tersenyum puas, tidak disangka Demia akan mengiyakannya.

Rencana pertama; membuat Florencia mengejar Demian dan membuat Demian risih dengan Florencia lalu mempermalukan Florencia ditempat umum.

"Florencia itu egois, walau sepertinya sudah tidak begitu tapi aku yakin dia masih menyimpan sosok egoisnya." pikir Erion.

Tujuan; membuat Florencia dibenci rakyat saat Florencia dipermalukan.

"Ren, pangeran Demian menyukaimu!"

Gagal, jiwa Florencia sudah berbeda.

—###—

"Tolong, ya, paman!"

"Oke.. Aku akan memberitahukan ini pada ayahmu, bayarannya?"

Erion memberikan sekarung kecil koin emas pada seorang paman di depannya. Yang ia suruh membahas masalah palsu pada ayah nya sehingga membuat Florencia kabur.

Rencana pertama bagian dua; membuat Florencia ditangkap dan diperk**a oleh penculik mendatang.

Tujuan; membuat Florencia menghilang dari hidupnya.

Gagal, Florencia meminta kabur.

—###—

"Bagaimana dengan Tiuma? Di sana juga sama, sebuah kota biasa. Letak nya tidak jauh, kok. Mungkin akan sampai dengan menggunakan kereta gerobak, daripada harus menggunakan kapal ke Garnelio," saran Erion pada Florencia. Mendengar nya, ia mengacungkan jempolnya untuk menanggapi.

Rencana kedua; pergi ke tanah yang akan punah untuk membunuh Florencia tanpa menyentuhnya.

Tujuan; sama seperti sebelumnya.

Gagal, Florencia kabur entah kemana.

—###—

"Adik bangs*t !!!"

"Tenangkan dirimu, Hen— Erion!" Cerios mencoba menahan pergerakan tangan Erion (Hendra) yang akan memukul kaca. "Kau pikir dengan kau menghancurkan kaca ini Florencia akan kembali dengan sendirinya !?"

Erion pasrah. Ia duduk dikursi, mengacak rambutnya frustrasi. "Dia itu bisa menebak atau bagaimana, sih ..!?" gumam Erion.

"Erion, sebaiknya kau juga pergi, tanah ini akan diledakkan," ujar Cerios sembari duduk dikursi depan Erion.

"Hah!" Erion tersenyum sinis pada Cerios, "Memang kau tau kapan ledakkan itu mendarat kemari?"

"Bisa saja besok."

"Jangan sok meramal, kau bukan peramal ataupun pendeta!" cetus Erion menatap sinis pada Cerios yang memandangnya dengan tatapan tak ada harapan.

Cerios bangkit dari duduk nya, "Aku pergi malam ini." kata Cerios membalikkan badannya membelakangi Erion.

"HOI !!!"

Erion melempar benda kaca ke arah Cerios, nasib baik Cerios masih bisa menghindar.

"AKU SUDAH MEMBAYARMU YA, KEP*R*T !!!!" bentak Erion dengan kemarahannya yang meluap.

Cerios merogoh sakunya, "Aku tidak peduli, nyawaku lebih penting, takdir tidak ada yang tahu selain sang Dewi." mengambil sekantong koin emas yang Erion berikan lalu dan melemparkannya ke belakang. Kepada Erion.

Kantong berisi koin emas itu terjatuh, melihatnya membuat Erion makin marah. Segera Erion melangkah mendekati Cerios. Erion menarik kerah baju belakang orang itu.

"Brengs*ek ..."

Erion memukul wajah Cerios dengan keras dari samping sehingga Cerios terjatuh. Cerios memegang pipi nya yang sudah bengkak.

"Pukulan yang bagus," puji Cerios.

"Kau lupa," Cerios berdiri. "Aku ini pendekar."

Cerios melayangkan pukulan yang tak kalah keras dari pukulan Erion sebelumnya. Membuat Erion terjatuh, menimbulkan suara tumbrukan yang tinggi.

"Tangan kosong." kata Cerios.

Cerios menendang punggung Erion yang terjatuh layaknya bola. Erion meringis pelan.

"Aku tau aku ini tak sebanding dengan kedudukanmu yang tinggi itu,"

"Tapi,"

"Apa gunanya kedudukan tinggi jika melindungi diri saja masih modal bicara dan bukan tindakan?"

"Yah, kau bertindak sih, bertindak menyogok, dan itu bukan tindakan yang jantan,"

"Florencia adikmu, dia perempuan, kakak macam apa kau ingin menghabisi adik perempuanmu sendiri."

"Oh, kakak sampah, ya?"

Cerios menarik kerah baju Erion, mengankat tingi Erion. Lalu, membanting Erion dengan keras ke lantai. Itu membuat Erion menjerit kesakitan. Dia bisa menjaga diri, tapi dengan pedang. Payah.

"Tempat bersih akan selalu bersih tanpa sampah, aku bersyukur adikmu kabur,"

"Segera bangun, kau jantan seharusnya masih bisa berdiri sendiri."

Terakhir, Cerios langsung bergegas pergi dari rumah itu dan meninggalkan Erion sendiri. Tidak mempedulikan bagaimana keadaan Erion saat ini sampai besok hari.

"Mau mati pun yang namanya sampah ya tetap sampah.." gumam Cerios menghela napas kasar dan meraup wajahnya.

Sementara itu, beberapa jam lama setelahnya dirumah Erion masih setia membaringkan tubuh dilantai. "Sial ..." ia meringis kasar.

"CERIOS BEDEB*H !!!"

Suara ledakan besar terdengar. Membuat Erion panik, "Bukan ledaka—"

Bom!

Dari bawah tanah rumah Erion awalnya bergetar dan menghasilkan ledakan dari bawah tanah itu.

Erion terpental ke atas, terjatuh dan mendarat lagi ke tanah. Namun, bukan tanah rumahnya, tanah yang sudah hancur karena ledakan.

"Semua .... B-b*jing*n ..." lemasnya.

-oOo-

:)

Aku Menjadi si Antagonis di Sebuah Novel!Kde žijí příběhy. Začni objevovat