Bab 20 - Tertangkap

73 1 0
                                    

Dipagi hari yang cerah, kicauan burung terdengar menenangkan bagi seseorang. Jika kemarin ia banyak memikirkan tentang kepulangan nya, maka dipagi hari ini ia sedanng pulas tertidur dengan mimpi indah nya.

Tok, tok, tok !!!

Bahkan suara ketukan pintu yang keras pun tidak dapat ia degarkan. Inilah akibat jika terlalu memikirkan banyak hal kemarin hari. Ingin memejamkan mata sehari penuh pun bisa ia lakukan.

Di luar makin keras teriakan seseorang memanggil namanya. Sayangnya Arleto bahkan tidak mendengar, mimpinya sungguh indah pagi ini.

"Arleto !!!" teriak Virgo dari luar. Ya, orang yang dari tadi memanggil nama Arleto adalah Virgo.

Saat sibuk-sibuknya meneriaki Arleto yang sedang tertidur, tetangga kamar Arleto yang risih dengan suara Virgo pun keluar. "Hei! Apa yang kau lakukan !?" tanya wanita itu. Ah, mungkin gadis, bukan wanita, tingginya saja menyamai anak berusia 8 tahun.

Virgo menatap lesu gadis itu, "Nona kecil, anda tahu kemana pergi nya penghuni kamar ini?" tanya Virgo dengan suara serak. Lelah rasanya memanggil Arleto yang tak kunjung menyahut.

Si puan mengendikkan bahunya, "Aku saja daritadi berdiam diri dikamar, mungkin anak ini sedang keluar." ujar nya. "Lalu, apa maksud mu memanggilku 'nona kecil'?" Virgo memiringkan kepalanya, terlihat bingung dengan gadis kecil yang ada di depannya. Gadis itu menghela napas, "Usia ku sudah menginjak tiga ribu tahun, anak muda." ungkap sang gadis sukses membuat Virgo menganga lebar. "Lihat telingaku, aku seorang elf." Ia memperlihatkan telinga panjang nya. Virgo mengerutkan dahi nya, masih ada ya elf hidup saat ini? pikir Virgo.

"Lupakan soal siapa dirimu, nek." cibir Virgo membuat sang gadis mengeluarkan urat di dahi. "Tolong aku memanggilkan temanku di dalam, daritadi ia tidak menyahut kala aku meneriakinya beberapa kali." pinta Virgo dengan wajah yang makin lesu.

"Apa gunanya jiwa jantan mu jika mendobrak pintu saja tidak bisa?"

"Sialan, kalau hancur aku tidak memiliki uang ganti rugi nya."

"Cih, dasar miskin."

Virgo tersenyum kaku, bisa-bisanya wanita berumur yang cebol di depannya ini mengatainya seorang miskin. Walau dia juga mengatakan sebuah fakta, sih. Tidak ada salahnya namun, membuat Virgo naik pitam. Karena elf itu seorang perempuan, maka Virgo akan mengurungkan niat nya untuk menghantam elf cebol ini.

"Anak mudaa~ Temanmu men-"

Brak!

Pintu dibuka kasar, membuat perempuan yang ada tepat di depan pintu terdorong bersamaan dengan sang pintu. Saat terbuka lebar, sosok Arleto yang baru saja bangun tidur keluar. Nampak lah seluruh tubuh Arleto. Ia menguap, "Kenapa, sih?" tanya Arleto setengah sadar, "Suara mu berisik."

Bruk!

Elf yang tadi terdorong bersamaan degan pintu kamar Arleto akhirnya menendang pintu yang telah menutupi tubuhnya. Membuat pintu itu menabrak tubuh Arleto bagian kanan. Arleto mendesah pelan, ia melihat sosok elf yang keluar dari belakang pintu kamar nya.

"Wah, elf kecil!" sery Arleto , matanya menjadi segar ketika melihat sosok elf itu.

Uh, lagi-lagi sang elf dipanggil 'kecil' oleh seseorang. "Berhenti memanggilku elf, namaku Alda." ungkap Alda sambil melipat kedua tangan di depan dada nya. "Dan, usia kuntelah menginjak tiga ribu tahun, aku bukan lagi anak kecil!" jelas nya.

"Lucu sekali.. Kau pengarang cerita, ya, Alda kecil?" tanya Arleto tersenyum gemas tidak mempercayai ucapan Alda.

"Huh! Terserah, lah!" teriak Alda, "Dasar anak muda tidak tahu diri! Miskin !!!" maki Alda kemudian membalikkan badannya dan kembali memasuki kamar.

Brak!

Virgo dan Arleto saling tatap. Mereka melongo tanpa berkata-kata. Tertampar oleh perkataan Alda sang nenek elf.

"Asal kamu tahu sebenarnya kalau aku tidak ke sini aku ini berlimpah uang."

"Uang orang tua mu, ya?"

"Ya, begitulah.."

-oOo-

Ternyata alasan Virgo memanggil Arleto adalah untuk mengajaknya ke pasar kota. Katanya, sih, untuk membeli makaanan karena persediaan makanannya sudah habis. Saat sudah sampai di pasar kota, seperti biasa suasana ramai dengan orang-orang yanga ramah. Virgo dan Arleto berjalan menuju tempat penkual buah.

Di sana, Arleto sama sekali tidaj habis pikir. Bahkan untuk memilih satu buah saja Virgo tidak bisa membedakan mana yang segar dan mana yang tidak. Karena tidak ingin temannya makan makanan tidak segar, Arleto memilihkan buah ynag baik untuk Virgo.

"Memang, ya, perempuan itu ahli memilih bahan pangan ...."

Setelah memilihkan beberapa buah-buahan segar untuk Virgo, Arleto memberikannya pada sang penjual. "Silahkan dibayar." ujar Arleto.

Virgo dengan patuh mengambil uang disaku celana nya dan membayarkannya pada sang penjual. Usai membeli, kini berganti dengan Virgo yang menemani Arleto untuk membeli pie susu.

Antreannya banyak sekali. Mungkin karena rasa pie susu yang terlalu enak dibuat, makannya banyak orang yang membeli. Disaat sudah agak sepi, Arleto akhirnya memiliki celah untuk membeli. Saat membeli pun Arleto menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan penjual pie susu di sana.

Saat sudah mendapat apa yang ia inginkan yaitu, pie susu, ada suara pria yang memanggilnya. Bukan Virgo, bahkan pria itu memanggilnya "Florencia."

Sontak Arleto menengok, "Hah?" beo nya dengan polos.

"Dia! Dia adalah Florencia Fraye yang kutemukan!" ucap seorang nenek-nenek sambil mengacungkan telunjuk nya menunjuk ke arah Arleto. Ah, nenek itu seperti tidak asing dimata nya.

"Hah?" Sekali lagi Arleto mem-beo dengan polos, bisa-bisa nya masih berpikir. "Anu.. Pakaian kalian bagus, beli dimana?" tanya Arleto dengan mimik wajah datar.

"Malah tanya soal pakaian !!!?" batin sang nenek tidak habis pikir. Sang nenek berdehem, "Aku, aku adalah orang yang menemuimu di penginapan mu kemarin hari," ujar nenek itu.

"Oh!" seru Arleto teringat kemarin hari, "Nenek aneh yang berkata kalau namaku Florencia itu, ya?"

Seketika si nenek terdiam, "Aku bukan orang aneh, apa kau pikir aku tidak tahu?"

Arleto menggeleng, "Tidak, ini saja anda masih bertanya." cibir Arleto sambil memakan satu biji pie susu.

"Huh.. Dasar anak muda petakilan." ucap wanita beruban di depan Arleto, "Jangan ragukan aku, segera tangkap dia, aku akan segera mengambil energi sihir nya dan berikan uang nya padaku." Dia mengatakannya dengan tegas.

"BERHENTI!"

Tingg!

Seorang gadis cebol dengan telinga panjang tiba-tiba datang menghentikan aksi mereka. "Aku ambil dia, ya! Hutang nya belum dibayar!"

"Ha?" Arleto menganga tidak percaya, anak sekecil ini bisa mengangkat nya dengan satu lengan!?

Swissh

Orang-orang di sana melihat kepergian Arleto bersama bocah elf itu, dan sekarang hanya ada Virgo yang menjadi alat si nenek bersama prajurit di belakang nya. Tatapan mereka yang melototi Virgo membuat Virgo sendiri merasa tidak nyaman.

"A-anu..." Langkah Virgo mundur, matanya mencari-cari celah untuk dia kabur tanpa berhenti agar tidak tertangkap. Terlihat dengan jelas bagaimana perbedaan energi nya dengan energi para prajurit itu. "Ah! Crisoletto!!!" seru Virgo berpura-pura menggunakan sihir untuk mendatangkan sesuatu dari atas.

Sontak semuanya menengok ke atas, "Apaan? Tidak ada apa-apa?" bingung si nenek kemudian menengok Virgo kembali.

Sayangnya, dengan hal yang baru saja terjadi, Virgo menggunakan kesempatan itu untuk kabur kala pandangan orang-orang tidak tertuju pada nya.

"ALDA SIALAN, BISA-BISA NYA HANYA MEMBAWA ARLETO TAPI AKU TIDAK !!!!" umpat Virgo tidak terima jika ia ditinggal sendirian.

-oOo-

Aku Menjadi si Antagonis di Sebuah Novel!Where stories live. Discover now