[11] - Korban Selanjutnya?

163 19 8
                                    

Halo-haloo, aku kembali lagiii
I hope you enjoy this story

•••

~Happy Reading~

Pagi ini, kelima remaja tersebut sedang membicarakan tentang kejadian kemarin. Sulit untuk memecahkan kasus tersebut, tetapi mereka akan berusaha agar kasus tersebut benar-benar berakhir. Mengingat pembunuh tersebut mengincar salah satu sahabatnya saat ini.

"Udah dua bulan sejak meninggalnya Xavier, dia muncul lagi. Dan sekarang dia ngincer Linzy, tapi kenapa?" tanya Moura membuka pembicaraan tersebut.

Mereka semua terdiam, bingung harus mengatakan apa. Karena sebenarnya mereka belum menemukan apa-apa, tidak ada petunjuk.

Calesthine menggeleng, "Gue bingung. Gue ga punya ide," ucapnya sambil menunduk lesu. Mereka semua sontak mengangguk. Apa yang harus mereka lakukan sekarang?

"Kita cuma anak SMA. Kita gak bakal bisa mecahin kasus ini sendirian, kecuali kalo kita emang pinter. Tapi nyatanya enggak." Harka berujar membuat semua sahabatnya menatapnya.

"Jadi, lo mau berhenti? Linzya dalam baha—" Gara bersuara.

"Gue tau! Gue belum selesai ngomong!" Harka menatap sinis ke arah Gara, begitupun sebaliknya.

"Bukan waktunya." Breland yang tidak enak melihatnya pun mencoba untuk memutuskan tatapan sinis mereka dengan mengayunkan lengannya pada tali transparan tatapan keduanya.

Breland memberikan kode agar Harka melanjutkan ucapannya.

"Kita butuh bantuan kepala sekolah buat lanjut selidikin kasus ini." Harka mendengus, ia berpikir mungkin ini akan sia-sia. Namun, tidak ada cara lain, ia harus mencobanya.

"Apa? Bukannya lo yang dari awal bilang bakal sia-sia? Kenapa tiba-tiba?" tanya Calesthine, ia menatap Harka jengah.

"Gue terpaksa, gak ada cara lain."

"Tapi gimana caranya? Lo tau ini bakal sia-sia 'kan?" ucap Moura. Bahkan jika seluruh siswa menyuruh kepala sekolah untuk menyelidiki kasus tersebut, kepala sekolah tetap pada pendiriannya.

"Emang lo yakin kali ini bakal berhasil? Lo punya ide?" tanya Breland pada Harka.

Harka mengangguk pelan, "Gue bakal minta bantuan Revan buat sampein hal ini ke kepala sekolah," ucapnya. Jika ia sendiri yang meminta kepala sekolah untuk menyelidiki kasus tersebut, kemungkinan akan sama saja. Namun, kali ini ia akan meminta bantuan Revan untuk menyampaikan apa yang sudah terjadi pada salah satu sahabatnya. Yah, walaupun dirinya belum yakin akan berhasil, tapi setidaknya ia sudah mencoba.

Jika tidak, ia akan mencari cara lain.

•••

"Van, gue mau minta bantuan lo," ujar Harka.

Saat ini Harka, Gara, dan Revan sedang berada di taman sekolah untuk membicarakan sesuatu. Kenapa hanya Harka dan Gara? Karena jika semuanya, mereka takut rencana mereka untuk menyelidiki kasus tersebut diketahui.

Revan masih menunggu Harka melanjutkan ucapannya, karena ia tidak bisa merespons.

"Kemarin, waktu kita ada kelas tambahan, sempet ada tragedi." Revan melotot mendengar pernyataan Harka.

"Linzya hampir kehilangan nyawa kalo aja nggak ada Harka di sana, dia didorong ke kolam sama seseorang yang dia gatau itu siapa. Kata Linzya, gerakan dia cepet, Linzya hampir gak ngeliat apa-apa. Dia cuma liat pakaiannya serba hitam. Gue yakin, dia pembunuh yang selama ini buat resah di sekolah ini." Mendengar penjelasan Gara, tangan Revan tiba-tiba bergetar. Harka menyadari itu, ia mengernyit bingung.

Month of Death  [24679]Where stories live. Discover now