[14] - Kartu Undangan

136 15 1
                                    

Haloo readers
gimana kabar kalian?
semoga sehat selalu yaa

mohon tinggalkan jejak💗

••

~Happy Reading~

Saat ini, Breland dan Harka sedang menunggu Gara di gerbang sekolah. Gara mengatakan akan selesai sebentar lagi.

"Lan, menurut lo, kita semua bakal bertahan sampe akhir?" tanya Harka tiba-tiba.

Breland langsung menatap Harka dengan dahi yang mengerut, ia kemudian menggeplak lengan Harka.

"Maksud lo? Ya iyalah! Kita pasti bisa lewatin ini!" tukas Breland. Harka hanya menghela napas.

"Tapi... sampe sekarang kita masih belum nemu apa-apa, gue gak—"

"Ka, lo pemimpin kita. Kita semua percaya sama lo, tapi kenapa lo jadi gini?" Breland memegang kedua bahu Harka, ia menatap Harka dengan wajah serius.

Breland tidak ingin menuntut dan membebankan Harka hanya karena dirinya ketua, ia hanya tidak suka jika orang yang mereka percayai mudah menyerah seperti ini. Ia benar-benar tidak suka sifat Harka yang satu ini.

Harka menepis tangan Breland. "Gue bukan pemimpin kalian. Sebutan itu gak cocok buat gue, gue cuma anak kecil di antara kalian. Lo lebih cocok," ucap Harka. Memang para sahabatnya sepakat untuk memilih Harka sebagai pemimpin, mereka memiliki alasan tersendiri kenapa memilih Harka. Namun, Harka yang merasa tidak pantas selalu menolak hal tersebut. Karena ia merasa dirinya masih labil.

Breland menghela napasnya. "Lupain. Gue minta buang sifat lo yang satu itu. Intinya kita harus yakin, dan yang paling penting itu usaha. Emang lo bisa diem aja setelah ngeliat kejadian waktu itu?" tanya Breland yang mengingatkan Harka saat kejadian tenggelamnya Linzya tempo hari.

Harka hanya bisa menggeleng, ia bisa saja menyerah. Namun, ketakutan kehilangan sahabat-sahabatnya lebih besar daripada keinginannya untuk menyerah. Apalagi ia menyaksikan secara langsung bagaimana sahabatnya hampir kehilangan nyawanya. Ia tidak ingin hal itu terjadi lagi.

Kedua sahabatnya hampir menjadi korban. Bersyukurnya mereka terhindar dari maut. Ia berharap tidak ada lagi kejadian seperti ini.

Memang serba salah. Bergerak salah, diam pun juga salah. Keduanya sama-sama tidak aman. Pilihannya hanya 2, mati tanpa usaha atau mati karena berusaha.

Namun, mereka tidak akan memilih opsi itu, keinginan mereka saat ini adalah berusaha menyelesaikan misi ini tanpa mati, tanpa ada yang gugur.

Breland menepuk pelan pundak Harka. "Kita pasti bisa," ucapnya.

Mereka tahu hal ini mungkin berbahaya, dan mereka tidak tahu akhirnya bagaimana. Tapi tidak ada salahnya mencoba, bisa saja keberuntungan menghampiri mereka.

"Sorry lama," ucap seseorang yang membuat keduanya mendongak. Sudah bisa ditebak, itu Gara.

"Santai. Yaudah, ayo pulang," ajak Breland.

Mereka pun berjalan santai menuju rumah Breland diiringi dengan obrolan seru versi mereka. Namun, saat melewati gang kecil di samping sekolah, mereka mendengar suara yang sangat familiar.

"Linzy?" gumam Harka.

"Kalian juga denger 'kan? Itu suara Linzya." Breland dan Gara mengangguk.

"Kayaknya suaranya dari arah sana," ucap Gara sambil menunjuk gang tersebut.

Month of Death  [24679]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang