(Ice)

129 14 5
                                    

[Follow with you]
.
.
.
.
.
.
.
.
[Ice/Blaze]

'aku mempunyai kembaran, ya kami hanya berbeda beberapa menit tapi ntah kenapa aku dengannya berbeda sekalii'

'kembaranku itu memiliki tubuh yang kuat dan sehat-'

'sedangkan aku?-'

'diriku penyakitan, berbeda sekali dengannya-'

'walaupun ia memiliki tubuh yang sehat malah ia yang cepat sekali menyusul bunda dan ayah'

'ga adil sekali!'

'sekarang aku tersiksa dengan perasaan kehilangan di tambah tubuh yang penyakitan ini!'

'di tambah lagi adik adikku yang tak akur selalu saja berkelahi itu membuatku sedikit muak'

'kak- apakah aku boleh menyusul?'

============================

Seperti biasa, Ice harus di rawat inap kembali di rumah sakit dikarenakan kondisinya makin memburuk. Terakhir kali ia ngedrop 2 hari yang lalu dan yang menemukan dirinya adalah sepupunya yaitu Gempa ketika hendak ingin mengunjungi mereka.

Jujur saja Ice tak menyukai terus menerus di rumah sakit, ia sedikit muak dengan infus yang kini menempel di tangannya di tambah lagi obat yang harus di minum.

Hari menunjukan mau Sore, kini Ice sedang membaca novel favoritnya. Wajah pucat pasi itu menunjukan senyum yang terukir, namun tak lama kemudian pintu kamarnya di ketuk.

"Iya? Siapa?"

"Kak- Duri datang" ternyata itu adalah adiknya, Ice sedikit senang mengingat ia masih mempunyai anggota keluarga yang amat di sayangi. Tapi tetap saja ia selalu melihat kondisi adiknya yang kian mengurus dan penuh luka, ia langsung teringat dengan adik bungsunya.

"Wah dek, oh ya mana Solar?"

Duri tampak diam sembari memainkan jemarinya, "eum katanya nyusul" jawabnya, Ice hanya menatap lesu ke arah adik di depannya.

"Baiklah- seperti kalian belum berbaikan ya" seperti biasa Ice sudah memahami adik di depannya itu. Duri mengangguk dan menundukkan kepalanya, sebagaimana kakak yang menyayangi adiknya Ice memeluk adiknya.

"Maaf kak- Duri memang payah dalam meminta maaf-" terdengar suara lirihan, ya itu dari Duri ternyata sedang menangis.

"Shhh sudahlah gapapa dek, suatu hari nanti Solar akan menerimamu sebagai kakak kok"

Perasaan Ice tercampur aduk, keluarga mereka memang sedikit berantakkan semenjak kematian orang tua mereka yang mana juga hubungan Duri dan Solar yang makin kacau. Ice selalu saja mendengar suara racauan Duri dari kamarnya, ia tau bahwa Duri memiliki penyakit yang sama dengan bunda dan dirinya.

"Duri mau apa? Hem? Nanti saat kakak pulang dari rumah sakit kita wujudkan"

"Duri mau mati aja kayak kak Blaze!"

"Duri!!"

Sang empu tersentak, genggaman di tangannya mengeras, Duri menatap kakaknya yang berada di depan, ia melihat mata Ice yang sudah memanas.

"Jangan bicara seperti itu!"

"A-ah ma-maaf-"

"Kumohon Duri, jangan putus asa dengan namanya hidup bagaimanapun hidupmu itu berharga! Jadi anggap saja hidupmu itu demi Kakak dan Solar ya"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

-oneshoot (element)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang