Chapter 3

26 10 1
                                    


Hai.. Hai, gimana kabarnya kalian baik kan

🍓Happy Reading🍓






Hari ini jadwal Kiara sangat padat, lebih banyak pasien masuk sampai membuat gadis itu kewalahan.

Seperti biasa setelah selesai mengerjakan pekerjaan nya, gadis itu selalu menyempatkan waktu untuk bertemu dengan Ellana.

"Kaka dokter!" panggil Ellana sangat ber semangat, Kiara tersenyum ke arah gadis kecil itu. Pandangannya mengarah kepada sosok laki-laki yang berdiri di samping ranjang Ellana.

"Bagaimana keadaan mu" tanya Kiara lembut.

"Biasa saja dokter" jawab Ellana dengan senyum manisnya, jujur Kiara sebenarnya tidak tega melihat keadaan Ellana.

Sampai sekarang belum ada perubahan tentang kesembuhan Ellana, semoga saja gadis kecil itu bisa bertahan.

"Kaka dokter kenalin ini bang, Bintang" ujar Ellana sembari menunjuk ke arah Bintang berdiri.

Bintang yang tadinya berdiri di samping Ellana pun mulai beranjak berdiri mendekati Kiara, Kiara yang melihat pergerakan secara tiba-tiba pun terkejut.

"Kenalin gue, Bintang" ujar Bintang sembari mengulurkan tangan nya, namun tidak di respon dengan Kiara.

Bintang menarik tangannya kembali "lo waktu itu ke rumah, harusnya udah kenal gue dong" ujar Bintang.

"Iya" ujar Kiara, gadis itu masih sedikit syok bukan sedikit lagi tapi banyak.

Bintang yang melihat ekpresi wajah Kiara yang seperti itu pun mulai terkekeh pelan.

"Mengapa anda tertawa" tanya gadis itu sedikit kesal dengan Bintang, ternyata bukan hanya wajah yang sama sikap juga tak jauh beda.

"Kaka dokter udah kenal sama bang, Bintang"

Tanya Ellana di tengah-tengah keheningan, Kiara mendekat ke arah Ellana ia mengangguk pelan.

"Emm... Baru kok, bang Bintang siapa nya kamu" tanya Kiara sembari mengecek infus Ellana.

"Bang Bintang itu, abang sepupu aku dok" ujar Ellana dengan tingkah polosnya, tingkah Ellana bahkan sangat menggemaskan.











Bintang membawa Kiara ke taman rumah sakit, katanya ada hal penting yang mau ia bicarakan. Kiara hanya ikut saja, mereka akhirnya sampai di taman.

"Lo deket kah sama saudara gue?" tanya Bintang yang memandangi langit biru yang cerah.

"Aksa?" bukan nya menjawab pertanyaan laki-laki itu, ia malah balik melontarkan pertanyaan.

"Ya iya lah, siapa lagi" jawab Bintang nyolot.

Kiara menghela nafas kasar "Saya sudah berteman dengan nya sendari kecil, jadi kita memang bisa di bilang dekat" jeda Kiara yang kini ikut serta memandangi langit "dekat sebagai sahabat dan, menjadi rumah jika salah satu dari kita ada maslah" jawab gadis itu panjang lebar.

Bintang hanya mangut-mangut "Gue juga kaget saat denger adek gue gak ada, itu semua nyata tapi kayak mimpi"

Ujar Bintang, dapat Kiara lihat ada rasa ber salah dendam dari sorot mata laki-laki itu.

"Ini semua sudah takdir, kita tidak bisa melawan takdir" Kiara kembali bersuara.

"Dan.. Kalau saya lihat anda, saya seperti melihat Aksa" ujar Kiara yang terdengar sendu, mendengar itu Bintang reflek mengalihkan pandangan ke arah Kiara.

"Maaf kalau ke hadiran gue cuma buat luka lama lo ke buka lagi" ada sedikit rasa bersalah yang di rasakan Bintang.

"Enggak kok, ini bukan salah anda"

Bintang memandangi Kiara lekat, yang di pandang pun jadi salah tingkah.

"Bisa gak, gak usah terlalu formal"

"Ini masih jam kerja saya" Kiara itu memang disiplin, dia akan mengerjakan semua pekerjaan nya dengan benar. Intinya selagi masih jam kerja, ia harus profesional.

*
*
*
*
*

Kini jam menunjukan pukul 23.30,hari ini memang sangat sibuk sampai membuat Kiara pulang larut malam. Sial nya lagi gadis itu tadi datang menggunakan taksi online, taksi tidak ada yang lewat jam segini.

Mau tidak mau gadis itu harus ber jalan kaki, kalau menghubungi mamanya, pasti Winda sudah ter tidur.

Gadis itu dengan penuh keberanian berjalan menelusuri jalanan yang sepi.

"Biasanya di saat kayak gini gue telfon lo, sa" gumam gadis itu ntah berbicara dengan siapa.

"Gue kangen sama lo, jujur gue gak bisa ngelupain lo" gadis itu masih setia berjalan dengan pandangan mata kosong, pikirannya sedang kalut sekarang.

Ia berhenti di perapatan jalan Kiara seperti melihat seseorang berdiri di sebrang jalan, sosok itu hanya diam memandangi Kiara.

"Tuh orang ngapain sih, Jangan-jangan itu orang jahat"

Monolog gadis itu dalam hati, Kiara yang berusaha menghiraukan sosok itu hanya melewati nya saja, langkah kaki gadis itu semakin cepat saat merasa ada yang mengikuti nya.

"Duh kok makin ngejar"

Kiara semakin panik, ia berlari se kencang mungkin, dan akhirnya ia sampai di rumah nya gadis itu segera masuk ke dalam dan mengunci pintu.

"Kamu ini kenapa?" kedatangan Winda yang secara tiba-tiba itu membuat Kiara kaget, rupanya mamanya ini belum tidur.

"Nggak ada apa-apa kok, mah" jawab Kiara memilih berbohong.

Kiara memasuki kamar nya dan bergegas mandi, setelah itu ia membaringkan tubuhnya dan terlelap dalam mimpi.

Di sisi lain sosok yang tadi mengikuti Kiara masih berdiri tegak di depan gerbang rumah gadis itu, ia memandangi rumah Kiara sembari menempelkan HP nya di telinga.

"Awasi gadis itu.. Jangan sampai lengah, jika tidak kau yang akan ku bunuh" ujar sosok itu mengintimidasi.

"Baik bos" panggilan pun terputus secara ter pihak, sosok itu lah yang memutuskan panggilan tersebut.

Di dalam gedung tua dan dinginnya malah, terdapat sosok misterius yang berdiri di jendela, sosok itu menatap lurus ke arah luar jendela.

"Tunggu saatnya, permainan akan di mulai" monolog sosok itu dengan di iringi senyum smirk nya.








*Kira-kira siapa ya sosok itu*

Jangan lupa vote yaa!

Tata titi tutu

Kiara's story 2Where stories live. Discover now