Chapter 7

20 10 0
                                    

Happy Reading

_________________________________________



"Umur lo udah 21 tahun, tapi masih suka main hujan ya"

Jelas Kiara ter kejut saat mendapati Bintang yang kini setia berdiri memayungi nya, reflek gadis itu segera bangkit dari jongkok nya.

"Kok lo tau gue di sini" tanya Kiara keheranan.

"Ya lo ngapain di sini sendirian, pake segala hujan-hujanan lagi keren lo begitu" bukannya Bintang menjawab ia malah melontarkan pertanyaan yang membuat nya emosi.

"terserah gue lah" jawab Kiara dengan nada ketus nya.

"Pulang, lo di cariin nyokap lo"

Cowok itu tadi memang di hubungi oleh Winda, Winda khawatir karena Kiara belum pulang sedangkan keadaan nya tengah turun hujan.

Kiara terdiam sejenak lalu mulai memandangi nisan Aksa kembali.

Pulang ra...

Deg!

Bisikan itu terdengar jelas di indra pendengaran nya, hingga tangan besar yang menyentuh lengan nya berhasil membuyarkan lamunan Kiara.

"Malah ngalamun" tegur Bintang.

"Hah.. Kenapa?"

"Pulang, hujan gak baik buat lo" tunggu mengapa dirinya peduli pada Kiara, kemana sifat tidak pedulian Bintang yang dulu.

Kiara hanya mengangguk saja, sebelum mereka pergi dari situ, Bintang memandangi nisan Aksa sejenak lalu pergi menuju mobilnya bersama Kiara.

Kini mereka telah berada di dalam mobil, tak ada percakapan di antara mereka.

Bintang yang masih fokus ke arah jalanan, dan Kiara yang masih setia memandangi hujan dari kaca mobil.

"Heh mak Lampir" panggil Bintang.

"Manggil siapa lo" tanya Kiara dengan nada ketus nya.

"Elo lah" jawab Bintang kelewat santai.

Tunggu!! Kiara di panggil dengan sebutan mak Lampir, jelas gadis itu tak terima enak saja menyamakan dirinya dengan mak Lampir.

"Mata lo kelilipan badak ya, main nyama-nyamain gue sama mak lampir!" ujar Kiara dengan nada yang mulai meninggi.

Bintang mulai terkekeh pelan melihat tingkah gadis itu, dia fikir Kiara itu anak nya kelem.

Mengingat saat kali pertama mereka bertemu, gadis itu jarang bersuara bahkan sedikit tertutup.

Namun siapa sangka di balik sifat nya yang pendiam, masih ada sifat kekanak-kanakan nya.

"Apa lo ketawa!!" Kiara memutar bola matanya malas.

"Iya.. Iya gue minta maaf deh"

Keadaan menjadi hening kembali, tanpa gadis itu sadari bahwa Bintang mulai mencuri-curi pandang, seperti sekarang cowok itu tengah menatap Kiara lewat ekor matanya.

"Gue janji bakal jagain dia, sa" monolog Bintang dalam hati, ia mulai meng fokus kan pandangan ke arah jalanan kembali.

*
*
*
*
*

Gadis itu tengah menjalani rutinitas nya yaitu mandi, mengingat ia tadi baru kehujanan.

Setelah selesai dengan ritual mandi nya, Kiara mulai membaringkan tubuh nya di atas kasur.

"Pulang ra.. "

Sial lagi-lagi bisikan lembut itu mulai mengusik isi pikiran gadis itu, suara yang sangat familiar, suara yang akhir-akir ini menganggu fikiran nya.

Kiara bangkit dari kasur nya, ia mulai berdiri di balkon kamar nya memandangi setiap bulir hujan yang menghantam kan dirinya di atas tanah.

"Lo tadi di sana kan, sa" monolog gadis itu lirih, saat di tengah-tengah lamunannya, tiba-tiba saja HP gadis itu berbunyi.

Dertt! dertt!

"Halo?"

"Halo ra, bisa bukain pintu lo ga" jeda sosok itu di iringi dengan suara hujan "Gue di depan rumah lo" lanjut sosok itu dengan nada yang sedikit bergetar.

Mendengar itu Kiara langsung berlari ke arah pintu, ia mulai membuka pintu dapat gadis itu lihat ada sosok Hana yang kini tengah memandangi nya.

Dengan tatapan seperti ketakutan dan baju nya yang basah kuyup padahal ia membawa payung, dapat Kiara lihat bahwa Hana ini tengah menangis.

"Astagfirullah, Hana!" Kiara panik saat melihat keadaan sahabat nya yang seperti ini.

"Ra, to-tolong gue"

"Ya-yaudah, lo masuk dulu"

Kiara membawa Hana masuk ke dalam rumah, ia menuntun sahabat nya untuk masuk ke dalam kamarnya.

Sesampainya di dalam kamar Kiara, gadis itu menyuruh Hana untuk mandi terlebih dahulu, tak lupa Kiara meminjamkan bajunya untuk Hana pakai.

"Ini cemilan nya non, dan segelas teh hangat nya" ujar bi Lila sopan.

"Maksih bi" jawab Kiara ramah.

"Sama-sama non, bibi pamit turun dulu ya non"

Kiara hanya mengangguk saja, tepat saat bi Lila pergi Hana yang sendiri dari hanya diam pun kini mulai terisak kembali.

"Gue takut, ra" ujar Hana di sela-sela is aisakan nya.

Kiara dengan sigap memeluk tubuh Hana, ia menyalurkan kekuatan untuk Hana dan mencoba menenangkan gadis itu.

"Pe-pembunuh.. Sosok itu"

Tunggu apa maksud dari perkataan Hana, siapa yang pembunuh dan siapa yang di bilang sosok itu.

"Tenang dulu okey, baru cerita ke gue"

Kiara semakin memeluk tubuh Hana erat, seperti nya ada hal buruk yang telah menimpa sahabat nya ini, tapi hal buruk apa itu.

Akhir-akir ini banyak kejadian aneh yang terjadi, ntahlah gadis itu hanya bisa berharap agar tak terjadi apa-apa untuk ke depan nya.






Jangan lupa

Votmen

Bye ٩(ര̀ᴗര́)ᵇʸᵉ

Kiara's story 2Where stories live. Discover now