13. Lose

615 97 21
                                    

Manusia adalah makhluk paling lemah namun selalu merasa yang paling berkuasa. Mereka mudah diperdaya, mereka mudah terpancing amarah, mereka terlalu bodoh untuk mengontrol perasaannya.

Sai mengusap surai hitamnya, jemari yang berselimut darah itu juga mengotori surai hitamnya, iris hitam itu bergulir tidak tentu arah.

Ia kalut.

Otak pintarnya bahkan tidak mampu ia gunakan saat ini. Hanya ada rasa takut hingga membuatnya tidak dapat berpikir dengan jernih.

"Hinata, Hinata."

Hanya nama itu yang keluar dari bibirnya sejak tadi. Hanya wanita itu yang ada di otaknya hingga membuatnya gila. Karena setiap pemikiran jahat akan ada iblis yang menyertainya. Dan Sai sadar jika keputusannya sepenuhnya adalah kesalahan.

Ia diselimuti amarah, ia dibutakan dendam hingga ia tidak sadar jika Hinata mencintai dan menyayanginya dengan caranya yang unik. Ia menyayangi Hinata namun ia tidak cukup mampu mengerti seperti apa wanita itu, ia tidak cukup mengerti jalan pikirannya, Sai tidak mampu memahaminya.

Hingga ia melupakan satu hal, Hinata adalah bagian yang paling penting dihidupnya bahkan Ino tidak cukup kuat untuk menghilangkan posisi wanita itu dihidupnya. Hanya karena rasa cinta pada orang baru, hanya karena perasaan membuncah yang baru ia temukan ia melupakan orang yang berarti dihidupnya. Orang yang selama ini mau menampungnya, orang yang memberi kehidupan dan orang yang peduli dengannya tanpa ia sadari.

Hinata menyayanginya, namun Sai tidak menyadari hal itu, bahkan ia mempertanyakan hal yang sudah jelas tidak akan diberikan jawaban oleh wanita itu.

Harusnya Sai tau tanpa harus bertanya, harusnya ia sadar tanpa harus meragukan. Mendapatkan jawabannya tanpa harus Hinata menjawab dengan kata-kata.

"Shimura-san."

Sai mendongakan wajahnya untuk melihat siapa yang telah memangil namanya. Dan ia dapat melihat pria bersurai coklat panjang menghampirinya dengan beberapa pengawal yang berada di belakangnya.

Iris hitam itu bergetar, rasa sesak seakan melilit tubuhnya mengikat tepat di depan dadanya. Ia tidak mampu berkata bahkan menatap pria yang berada didepannya saat ini. Ia tidak pantas bahkan untuk berada di ruangan yang sama dengan pria itu.

Namun rasa takutnya lebih besar, takut kehilangan.

"Hinata, Hinata?"

Pria bersurai coklat itu mengarahkan tangannya untuk mengusap surai hitam itu, memberikan ketenangan untuk pria yang saat ini terlihat sangat kacau.

"Hinata adalah tanggung jawabku, Shimura-san tidak perlu lagi memikirkannya dan maaf jika putri saya telah membuat anda menderita selama ini."

Ya, Hiashi sadar jika pria yang ada dihadapannya saat ini adalah seorang yang berusaha merenggut nyawa putrinya. Ia tau jika pria yang selama ini menemani Hinata telah membuat putrinya itu terbaring di ruang operasi dan bertaruh kehidupan. Namun Hiashi tidak bisa membenci pria itu, ia tau apa yang selama ini Hinata lakukan pada pria itu bahkan Hiashi tau apa yang dilakukan Hinata pada seseorang yang pria itu sayangi.

Jadi Hiashi harus bagaimana jika malapetaka yang Hinata alami semua atas perbuatannya.

Setelah mengatakan hal tersebut, Hiashi pergi dari hadapan Sai. Ia harus kembali menunggu bagaimana sang putri berjuang agar tetap hidup.

"Lakukan sesuai rencana, Kou." Ujar Hiashi pada asisten pribadi putri bungsunya tersebut.

"Baik, Hyuga-sama."

Ia adalah seorang kaisar yang memimpin negeri ini, namun ia juga seorang Ayah. Ia tidak bisa untuk tidak melindungi putrinya. Dan terkadang seorang Ayah dapat melakukan hal gila hanya untuk menyelamatkan anak tersayangnya.

Psycho [[Slow Up]]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant