8

1.8K 121 21
                                    

Handuk lembab di lempar Gemini hingga mendarat diatas ranjang, seprei Fourth lah sasarannya. Si manis hanya menghela nafas, memunguti benda itu kemudian berjalan ke balkon untuk menjemur.

Suasana mendadak jadi kikuk, kamar itu hanya ada mereka berdua. Mark latihan bola malam ini, sedangkan Winny punya acara lain bersama senior fakultas nya.

Fourth melangkah hati-hati menaiki ranjang, sekarang dia ingin istirahat. Menghabiskan beberapa jam diluar cukup melelahkan, ujung mata setajam elang melirik ke arahnya. Mencoba tetap tak terusik, Fourth membaringkan badan.

Sudah menjadi rutinitas yang tak terlewatkan, dia akan tidur dengan celana pendek serta singlet yang melekat ketat di permukaan badannya. Mata lentik itu mencoba tertutup, bersamaan dengan hawa dingin tipis-tipis dari arah balkon kantuknya semakin terasa.

Hampir tertidur, sesuatu terasa mengganjal saat seseorang menyibakkan poninya. Ada rasa aneh yang membelenggu, sedangkan matanya tak sanggup untuk terbuka lagi.

"Apa kau mencintai wanita, Fourth?"

Dia membuka mata dengan wajah termangu, dagunya mendongak. "Humm?"

"Kapan kau akan mengaku, bahwa kau gay?"

"Hah?"

Gemini mengangkat alis dengan wajah menantang, seolah tak percaya Fourth mendapatinya disana. "Eumm... Kau masih bangun?"

Perasaan hangat nafas si manis berada tepat di lehernya, disusul dengan bibir selembut kapas yang menyentuh kulit, mengirimkan sentakan hasrat mengalir di nadi Gemini. Kemaluannya berdenyut lebih keras, dan dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Dia berguling ke samping, menempatkan dirinya di antara kedua kaki Fourth yang terentang, kemudian dengan lembut mendorong kedua kaki si manis terpisah. Mencapai sesuatu di antara mereka, dia melingkarkan tangan di sekitar penis kecil itu, membelai begitu perlahan pada awalnya sebelum meningkatkan kecepatan.

"Eughh... Gem..." Fourth mendengkur, napasnya yang panas menggelitik daun telinga "eughh..."

"Saat kau tidur, atau terbangun. Sama-sama saja tetap manis" puji Gemini, suaranya penuh kepuasan melihat tubuh Fourth yang merespon sentuhannya. Dia terus menggoda titik sensitif itu, meningkatkan intensitasnya hingga si manis tidak tahan lagi.

Tanpa peringatan, dia mempercepat ritme, meregangkan sesekali genggaman tangannya dan menunggu cairan putih sedikit demi sedikit keluar, perlahan tapi pasti. "Keluarkan saja Fourth, sekarang kau melihatku tanpa harus kebingungan saat bangun nanti" erang Gemini, tangannya masih erat melingkari kemaluan lelaki manis. "Katakan padaku, apa kau menginginkan lebih?"

"Ahh... Gem... Hentikan..." tubuh itu meliuk-liuk, mencoba menggenggam tangan sang dominan bermaksud menghentikan. Namun tetap saja, dia yang kalah kuat terus terengah-engah.

Gemini menunggu dengan sabar tanggapan dari Fourth, matanya menatap mata lentik itu, mencari tanda-tanda ketidaknyamanan atau penolakan.

"Eughh... Ahh... Gemini..." Tubuhnya menggelinjang, menerka ekspresi tak sempat lagi. Matanya meremang bersamaan dengan cairan putih meluncur bebas di baju milik Gemini, sosok tampan itu hanya menyeringai puas.

"Wahh... Wahh... Itu mengacu adrenalin mu kan, Fourth?"

Dada si manis masih naik turun, keningnya yang berkeringat di usap lembut oleh Gemini.

"Istirahat lah, tidurmu akan lebih nyenyak..."

Fourth memandang lelaki tampan itu dengan tatapan syok yang samar, matanya sayup-sayup seolah tak dapat bertindak apapun. Bahkan saat Gemini berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri, dia hanya bisa menguap disertai mata mungil yang mulai menutup.

.
.
.
.
.

Fourth mengatur nafasnya dengan wajah setengah sadar, terlihat sekeliling teman-teman nya sedang bersiap untuk ke kampus. Dia menyerngitkan dahi saat segelintir ingatan muncul tentang kejadian semalam, namun disana Gemini bahkan hanya berdiri memperbaiki pakaian.

"Fourth... Kau ada kelas pagi?"

"Tidak ada..." Sesaat senyumnya bimbang kala Winny mengangguki, sedikit kerutan muncul di antara matanya.

"Aku pergi duluan yah, jam kuliahku akan mulai"

Winny dan Mark jalan beriringan meninggalkan kamar, Fourth masih berpikir. Apa ingatan pendeknya tentang kejadian semalam, benar-benar nyata atau hanya mimpi lagi?

Gemini memandang nya dengan wajah muak, bahkan pria tinggi itu sempat menendang kursi sebelum berlalu dan tak lupa membanting pintu.

Fourth mencoba tenang, tidak boleh ada sedikitpun kegugupan dalam hatinya. Dia tipe orang yang tak banyak bicara, mengisi gelas dengan air dan meneguknya cepat. Sosok manis itu mulai berpikir, memutar otak untuk mencari tempat tinggal cukup dekat dari posisi gedung kampus.

Tangannya mengusap permukaan dapur kecil di sisi ruangan, dan tak lupa membersihkan tangki penyimpanan air yang transparan. Sepanjang hari ini mungkin pikirannya akan terganggu soal kebingungan semalam, namun jika di pikir-pikir lagi, apa dia sedang bermimpi saat itu?

Setelah cukup lama membersihkan diri dan bersiap, Fourth sudah berjalan menuruni anak tangga di gedung asrama. Memutuskan untuk berjalan kaki saja sepanjang trotoar jalan utama, dia menggendong tas khas anak kuliah.

Saat itu sudah pukul sebelas lebih, dia terus berjalan menyusuri gang tempat penginapan murah di sewakan. Dia mulai kecapekan dan lumayan sengit saat memprotes tak ada penyewaan tempat tinggal yang tersisa didekat situ.

Ini menjadi sangat menjengkelkan saat dia mulai bingung memasuki ujung gang satu dengan gang lainnya, terlebih kini suasana sekitaran pemukiman kumuh mulai asing. Apa dia tersesat? Sial sekali.

Dia melafalkan arah kanan dan kiri di kepalanya seperti peta, orang-orang yang lewat melihatnya dengan wajah bingung. Namun lidahnya kelu, bahkan hanya untuk memulai pembicaraan rasanya sangat dungu.

Sebagian orang tak bisa dibaca, tidak bisa di jangkau dengan sembarangan. Dia sudah linglung dengan pemandangan di daerah itu, sebelum akhirnya pergerakan cepat menarik lengannya tak sabaran.

"Kau sudah jalan terlalu jauh"

Fourth melongo, mata tipis lelaki tampan itu menatapnya penuh kepedulian. "Gemini, kenapa kau ada disini?"

"Aku mengikuti mu" jawabnya acuh tak acuh.

"Lalu, bagaimana kelas pagi mu?"

"Kau lebih penting, bayangkan saja jika kau harus memaksakan diri menelusuri jalanan sempit disini. Ayo kembali..."

Fourth menghentakkan tangannya, menatap tak nyaman dan mencoba membuat pria itu tak menyentuhnya lagi. "Tunjukkan jalannya saja, tak usah menarik tangan ku"

Tapi pada dasarnya memang keras kepala, Gemini tak mendengarkan. Tau bahwa tenaga nya jauh lebih kuat, dia sekarang terkesan menyeret si manis penuh tuntunan.

"Gemini, sebenarnya apa yang kau mau dariku?" Fourth meneguk saliva dengan gugup, melihat dengan jelas kini wajah tampan itu nampak sengit.

"Apa yang ku mau?" Gemini menubrukkan tubuh mereka menempel ke dinding pemukiman "aku mau kau hanya menjadi milikku, aku tak mau kau dekat dengan siapapun. Bahkan jika itu teman fakultas mu yang sok cantik itu, aku tidak mau"

Dia bisa merasakan, nada suara geram mengintimidasi dari pria tampan itu. Meskipun suaranya tetap pelan tak emosi, Fourth merasa dia sudah benar-benar terpikat.

Harus tau, bahwa dia kehilangan perspektif. Disisi lain rasa waspada tetap menguasainya, ketenangannya yang terganggu, sial... Hak paten tentang rasa ingin memiliki itu hanya omong kosong.

"Kau seperti orang yang berbeda, berhenti membuatku bingung..."

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jangan lupa follow dan ninggalin jejak 💜💜💜💜

Unspoken For Love [Geminifourth]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang