01-Bukan Anak Polos

211 20 4
                                    

Menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi adalah suatu hal yang patut Krist syukuri selama masa perkuliahannya. Jam perkuliahan yang sedikit dan lingkungan yang bebas membuat Krist memiliki banyak waktu untuk mengambil aktivitas di luar perkuliahan.

Omega berparas manis itu suka sekali dunia luar, bersosialisasi, dan bertemu banyak orang. Maka tak heran, jika Krist mendapatkan nilai nyaris sempurna di semester pertama perkuliahannya. Krist adalah orang yang sangat aktif. Meskipun ia tak bergabung dengan organisasi tertentu, namun omega tersebut sering mengikuti kegiatan yang dibuka untuk umum. Seperti berkemah dan menjadi relawan untuk banyak acara.

Krist di semester pertamanya adalah sosok yang baik, pribadinya menyebarkan aura positif diantara teman-teman dan kakak tingkatnya. Siapapun akan menyukai omega tersebut.

Namun, pada akhir tahun pertamanya di dalam perkuliahan, Krist berubah perlahan, terseret dalam kesesatan. Hingar bingar dunia malam mulai menyambut Krist dan menariknya pada kesenangan sesaat.

"Krist, ayo buruan!"

Seruan itu membuat Krist mempercepat langkahnya, terburu sambil merapihkan pakaiannya yang belum rapi. Kemeja tipis berbahan jatuh yang dibelinya siang tadi bahkan belum ia cuci, namun Krist memakainya malam ini karena ia kehabisan pakaian.

Brugh!

"Aduh! Kalo jalan lihat-lihat, dong!" Seru Krist frustasi, ia terjembab ke belakang karena menabrak sosok di depannya. Krist memaki karena terburu, ia lupa bahwa dirinya sendiri yang tidak memperhatikan langkahnya.

"Eh, ganteng,"

Bokongnya sakit sekarang, tetapi ia mengesampingkan hal itu, sedikit terpana dengan tangan yang membantunya. Tangan kekar dengan warna Tan yang eksotis, sungguh menggugah jiwa nakal Krist. Jaraknya beberapa langkah lagi menuju mobil temannya, namun Krist tak peduli jika harus membuat temannya menunggu. Toh mereka tahu jika Krist menggilai pria tampan.

Omega itu mengubah ekspresinya, meski bokongnya sakit tetapi ia menahannya, pria di depannya sungguh mempesona dengan seragam universitas yang mencetak sedikit otot lengannya. Krist tersenyum menerima uluran tangan lelaki tersebut.

"Maaf, kamu gapapa? Ada yang sakit, nggak?" Tanya lelaki tampan tersebut.

Moon, suaranya aja ganteng!~Seru Krist dalam hati.

Kemudian Krist berdeham kecil, "Hm... aku gapapa, maaf tadi aku nggak liat jalan, jadi nabrak kamu, deh," Tutur Krist mendayu, kedua temannya yang menunggu di mobil itu memutar matanya malas dengan nada suara omega yang tengah mereka tunggu.

Lelaki itu lantas tersenyum kembali, "Syukurlah, kalo gitu-"

"Tapi kamu harus tetep tanggungjawab," Sergah Krist cepat, menatap lawannya memohon.

"Gimana aku harus tanggungjawab?"

Krist mengeluarkan ponselnya dengan gerakan gemulai yang menggoda, tersenyum penuh arti membalas tatapan maut si tampan, "Aku minta nomermu,"

***

"Emang gila lo Krist! Ketemu belum lima menit, udah dipepet aja!" Gerutu Jan yang tengah menyetir.

Sedangkan si tokoh yang tengah dibicarakan itu tersenyum manis, "Ya gimana? Abisnya ganteng, sih!" Gerutu omega itu.

Janhae menghela nafas, mengabaikan sifat sahabatnya yang akhir-akhir ini timbul. Seingat Janhae sudah dua atau tiga bulan ini Krist menjadi seperti ini. Mulai ikut dengannya pergi ke bar, untuk sekedar minum atau mencari teman bicara. Meskipun dunia siang Krist tak ada yang berubah, namun di saat malam, omega satu itu berubah nakal.

"Krist, kenapa kaya gini?" Tanya Janhae, yang sebenarnya tak harus Krist jawab, karena perempuan itu mengetahui jawabannya.

Ketiganya diam sampai Janhae benar-benar memarkirkan mobilnya dengan sempurna di parkiran bar. Setelah merapihkan penampilan masing-masing, ketiganya pun memasuki bar mewah di sudut kota.

Sudah tiga bulan terakhir Krist jadi sering mampir ke tempat haram ini. Menghabiskan uang yang ia dapatkan dari hasil menjadi relawan selama ini, untuk kesenangan sesaat. Mabuk, menari, mendapatkan teman bicara, tinggalkan, lalu ulangi. Lingkaran itu secara perlahan merusak Krist, namun kedua sahabatnya tak ada yang berani menghentikan omega tersebut. Krist telah melalui hal mengerikan sebelumnya.

Ceritanya berawal sejak Krist baru saja memasuki awal semester keduanya di perkuliahan. Saat itu Krist juga tengah mengikuti kemah kebersihan. Dimana para mahasiswa menginap di sebuah klan* untuk membantu masyarakat mengelola sampah di sana atas perantara universitas dan perangkat klan.

*Klan = hampir sama seperti kota, pengertiannya bisa berbeda tiap cerita.

Krist dan teman-temannya diterima baik oleh masyarakat. Didampingi oleh anak pemimpin klan, sekelompok mahasiswa itu menjalankan tugasnya dengan baik. Krist sebagai ketua kelompok saat itu, lebih banyak mengobrol dengan anak pemimpin klan, yang awalnya dari pembahasan mengenai proyek yang tengah dikerjakan, sampai akhirnya benih cinta tumbuh diantara keduanya.

Atau mungkin hanya Krist, omega itu jatuh sendirian.

Di malam terakhir Krist berada di klan itu, semuanya terbongkar. Krist tertipu oleh anak pemimpin klan, lelaki itu hanya mempermainkan dirinya dibawah taruhan bersama teman-temannya karena kepolosan Krist.

"Jan, Gun, gue bukan anak polos lagi," lirih Krist sebelum pingsan karena terlalu mabuk.










Bersambung, haiii!! Gimana nih yang minta new book sk?

Setelah sekian lama, akhirnya Vee kambek nulis SK lagi huhuhuuuu

(Sebelum) Rumah Cemara [SingtoKrist]Место, где живут истории. Откройте их для себя