02-Siapa Singto?

62 12 0
                                    

Paras tampan dan tutur kata yang manis, serta aura dominan alpha yang menguar itu menjadi daya tarik utama yang menguntungkan bagi seorang Singto. Mahasiswa tahun ketiga itu sangat disukai banyak dosen omega sehingga nilai akademiknya menjadi baik, meskipun karena kepintarannya juga. Namun jelas nilai yang selalu nyaris sempurna itu membuat siapapun iri terhadap alpha satu ini.

Namun siapa sangka? Alpha yang nampak saleh dan pintar di dalam kelas itu sangat liar. Singto seorang pemain omega, tak hanya itu, bahkan beta juga menjadi korban kata manis dan buaian menggairahkan darinya. Singto begitu menikmati dunia malamnya.

Sebagai keluarga yang terpandang di klannya sendiri, mengharuskan Singto bersikap sopan dan tidak berlaku macam-macam yang dapat mencoreng nama baik keluarganya. Sehingga saat Singto pergi merantau untuk berkuliah, Singto terlena dengan dunia luar dan mencoreng habis nama keluarganya tanpa mereka tahu.

Seperti malam ini, Singto berhasil menggaet satu omega cantik sang putri kampus. Nutcha Jeka dari tahun kedua, ia berhasil masuk kedalam pelukan hangat Singto malam ini di kondominium alpha tersebut. Tentu saja karena ajakan manis dari sang pemilik kondo. Omega terpanas itu menghabiskan malam panas dengan alpha terpanas juga dari fakultas mereka.

"Next time kalo mau main lagi bilang aja, ya?" Ujar Singto di ambang pintu pagi-pagi buta, mengantarkan si tamu cantik yang telah semalaman menghangatkan sisi kosong ranjangnya.

Gadis itu tersenyum, "Pasti, nanti kita atur aja,"

Begitulah cara Singto menjalani malam hari saat besok hari sabtu. Tidur dengan seseorang dan mengusirnya dengan lembut di pagi hari, agar ia bisa beristirahat.

***

"Krist, ada camp kebersihan, di pantai, mau ikut nggak?" Tanya seorang teman sekelasnya dengan membawa selebaran poster.

Omega tersebut menggeleng abai, "Udah nggak minat gue, males," Komentar Krist lalu kembali larut mengerjakan tugasnya.

Namun gadis yang membawa selebaran itu belum menyerah, ia tetap berusaha membujuk Krist, "Ayolah, biasanya lo juga rajin ikut beginian? Lagian ini acara punya BEM Bahasa dan Sastra, lo nggak tau? Anak BEM sana tuh cakep-"

"Oke, gue ikut!"

Gadis itu tersenyum puas, "Cakep! Nama lo gue masukin daftar!"

Dan Krist hanya tersenyum tanpa arti.

Entahlah, sepertinya hidup Krist saat ini hanya untuk belajar di uni dan bertemu alpha tampan. Hasrat untuk bersosialisasi dengan mahluk jenis lain dalam konteks kegiatan positif itu nampaknya sudah lenyap di hantam trauma.

Krist tak menyalahkan siapapun atas trauma yang ia alami, namun hal ini merubah separuh kehidupannya. Omega itu menjadi lebih berani dan selalu waspada terhadap orang baru yang mendekatinya. Aura yang dikeluarkan Krist juga terasa lebih tegas dan tak tersentuh, meskipun lelaki itu masih tetap menyapa semua orang.

"Lusa lo ikut gue, sosialisasi di ruang serbaguna,"

Krist menuruti titahan teman sekelasnya yang begitu semangat mengikuti kegiatan ini. Entah mungkin karena temannya itu menyukai seseorang di dalam organisasi tersebut, atau mungkin alasan yang paling masuk akal bagi Krist.

Semua lelaki di dalam organisasi di sana memang tampan. Apalagi para alpha dengan sagala maskulinitasnya. Sore ini, Krist mengakui bahwa apa yang temannya katakan itu benar. Dan mengikuti sosialisasi ini seperti tempat cuci mata sehabis kelas filsafat komunikasi yang melelahkan.

Mata Krist dimanjakan, lalu ia berpikir, kemana saja ia selama ini? Jauh-jauh ia pergi ke bar, ternyata di lingkungan universitasnya banyak alpha berparas tampan.

Terutama yang satu itu.

"Selamat datang temen-temen, terima kasih udah mau join ke proker kami..."

Lelaki yang tengah berbicara di depan, dengan Pakaian Dinas Harian organisasinya begitu tampan dengan lengan baju yang ditekuk, kulit tan yang eksotis, serta aura pemimpin yang menggugah hati Krist. Lelaki malam itu.

"Ren, siapa dia?" Tanya Krist setengah berbisik pada temannya.

Karen pun mendekatkan bibirnya ke wajah Krist, "Kak Singto, ketupel acara ini, ganteng, kan? Itu salah satu alesan kenapa rame banget yang mau ikutan acara ini! Hampir semua pesertanya itu fans dia!"

Omega manis itu mengerutkan keningnya, "Siapa kak Singto? Emang sebanyak itu fans dia?" Lalu ia mengedarkan matanya, lebih banyak omega lelaki dan perempuan yang bergabung di ruang serbaguna ini. Krist tersenyum getir, "Iya Ren, sebanyak itu fans nya,"

Oh, jadi namanya Singto, ganteng namanya- batin Krist kagum.

Memang tampan, apalagi saat alpha itu berbicara di muka umum. Air wajahnya tenang dan terkesan ramah, senyumnya hampir membuat Krist meleleh, "Ren, kayaknya gue nggak bakal jadi fans dia, deh..." ujar Krist tiba-tiba.

Omega itu menyeringai, menatap Singto lapar, "Because he'll be mine,"

***

Bukan tipikal Krist yang menghabiskan waktu berlama-lama di dalam perpustakaan kampus. Ia lebih memilih untuk membaca buku di kamarnya daripada di dalam gedung tersebut. Namun kali ini berbeda, omega itu nampak sibuk di bagian majalah yang diterbitkan oleh salah satu unit kegiatan mahasiswa.

Dalam majalah yang ia cari selama satu hari itu, Krist mendapatkan sebuah biografi seorang mahasiswa teladan dari fakultas Bahasa dan Sastra, lebih tepatnya program studi Sastra Jepang. Orang yang selama satu minggu ini mengganggu pikiran Krist.

"Singto Prachaya, mahasiswa tahun ketiga, anggota Badan Eksekutif Mahasiswa yang telah meraih banyak prestasi... bodoh lo, Krist! Mau dapet apa dari majalah kampus?!" Rutuk Krist setelah bergumam membaca biografi singkat tersebut.

Lagipula, sejak kapan ia mencaritahu informasi seseorang melalui majalah seperti ini? Majalah kampus hanya akan memberikan informasi singkat saja. Biasanya Krist akan bertanya langsung pada yang bersangkutan, "Kenapa lo mendadak bodoh gini sih, Krist?!" Rutuk Krist sekali lagi












Bersambung, maaf ya lamaa, Vee masih berusaha nulisnya, pelan-pelan aja ya kita

(Sebelum) Rumah Cemara [SingtoKrist]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt