Ayah Pergi

560 48 1
                                    

“Hari ini Ayah akan pergi keluar negeri sama Ibu kalian. Jadi, kalian baik-baik dirumah. Jangan bertengkar! Rumah jangan dihancurkan seperti bulan lalu. Mengerti?!” Angkasa memperingati anak kembarnya sebelum akan pergi keluar negeri. Mereka yang diperingati oleh Angkasa mengangguk.

“Halilintar, sebagai kembaran yang tertua, Ayah minta tolong jaga mereka berlima biar tidak dihancurkan. Kasihan Ibu kalian repot membersihkan semuanya.” Angkasa memberi Halilintar amanah agar menjaga Adik kembarnya.

“Iya, Ayah.”

Halilintar menerima amanah yang sang ayah berikan dan melanjutkan memakan sarapannya. Yang lain memakan sarapannya dalam hening.

“Bye, Ayah!”  Duri melambaikan tangannya mengucapkan selamat tinggal sebelum mobil sang ayah meninggalkan pekarangan rumahnya. Yang lain juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Duri.

“Yes! Ayah pergi, kita bebas!” Seru Blaze semangat menatap saudara kembarnya dengan mata berbinar. “Yeah, kita bebas!” Semangat Taufan yang diikuti teriakan semangat oleh Duri.

Solar yang melihatnya ikut tertawa melihat kelakuan trio pembuat masalah ini.

“Berhenti. Jangan banyak tingkah! Kita harus kuliah sebentar lagi!” Halilintar memperingati saudara kembarnya agar cepat bersiap-siap sebelum berangkat kuliah.

Blaze, Taufan dan Duri berhenti berteriak semangat saat mendengar perintah dari Halilitar dan membuat gestur hormat tanda akan mengikuti perintah. Halilitar menggelengkan kepalanya melihat kelakuan saudaranya yang lain.

Atensi Halilintar beralih pada kembarannya yang sedang tertidur disofa. Ais, si tukang tidur. Halilintar mengguncangkan tubuh Ais namun sang empunya hanya menggeliatkan tubuhnya saja.

“Ais, bangun. Sebentar lagi bakal ada kelas, kan?” Halilintar tetap berusaha membangunkan Ais hingga kembarannya itu terbangun.

“Ayo cepetan, Solar! Yang lain udah pergi! Gimana kalau kita terlambat? Kamu mau kita tidak masuk kelas lagi seperti beberapa minggu lalu?" Panggil Taufan berteriak pada Solar.

“Duh, iya! Tunggu sebentar. Aku sedang merapikan buku." Jawab Solar sembari berlari keluar rumah menuju kearah Kakak kembar keduanya itu.

“Lama sekali siap-siapnya, yang lain udah berangkat dari tadi tau tidak?” Taufan mendelik pada Solar. “Sudah cukup, Fan. Berhenti mengomel. Aku sudah siap.” Solar mengacungkan telunjuknya menghentikan Taufan yang sedari tadi sedang mengomel.

“Dasar kutu buku!” Ejek Taufan pada Solar.

---

“Hai saudara ku yang akhlakless, I’m here!” Sapa Solar kepada para saudaranya yang sedang berkumpul di warung dekat kampus. Mereka selalu berkumpul setiap jadwal kuliahnya sudah berakhir. Solar duduk di dekat Duri yang sedang memakan makanan pencuci mulut.

Saudaranya yang lain menatap Solar horor. Pasalnya, Solar yang juga akhlakless malah mengatai saudaranya akhlakless.

“Yang akhlakless itu sepertinya cuma kamu aja,” sahut Blaze sembari mencomot keripik milik Taufan.

“Hei! Keripik ku tinggal sedikit!” Taufan menjauhkan keripiknya dari jangkauan Blaze agar Blaze tidak mengambilnya. Blaze yang melihat itu hanya memanyunkan bibirnya kesal karena Taufan tidak ingin berbagi dengannya.

"Tuh, disana masih banyak keripiknya. Beli sendiri jangan ambil punya orang!” Taufan menunjuk kearah keripik yang masih terbungkus dan tergantung didekat kasir dengan dagunya.

“Uang ku habis, Fan. Berbagi lah!” Rengek Blaze kepada Taufan yang dihadiahi gelengan kepala sebagai jawaban.

“Eh, gimana tadi?” Tanya Duri. Duri menyahut setelah selesai memakan salad buah yang ia beli. Lebih tepatnya dibelikan oleh Halilintar setelah mau membantunya membersihkan rumah.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now