Masa Lalu

142 21 12
                                    

"CEO Pashaka's Company dikabarkan telah terjerat sebuah kasus kecurangan dalam berbisnis. Diduga, CEO Pashaka's Company, Palung Pashaka telah menghancurkan alat dan melakukan pencurian bahan mentah serta penggelapan dana yang dilakukan oleh pekerja perusahaan Raenggae Company sebagai orang bayaran milik Tn. Palung Pashaka." Suara pembawa berita terdengar ditelevisi.

Berbagai media sekarang tengah gempar membahas berita yang masih hangat dibicarakan saat ini. Termasuk dengan beberapa anak yang sedang berkumpul untuk menikmati waktu bersantai bersama dengan menonton acara di-TV. Sayangnya, berbagai media televisi tengah mengulas berita ini.

"Tak ada tontonan lain apa?" Seru Blaze mengganti-ganti acara TV yang semuanya sedang menampilkan berita hangat.

"Kayanya tidak ada, deh, Blaze. Semuanya cuma berita itu," kata Taufan yang mulai bosan. Dia menguap menahan kantuk karena bosan.

"Itu berita perusahaan ayah. Mungkin kita lihat sebentar dulu," kata Hali menyaut remote TV ditangan Blaze. "Berita apa si? Penggelapan dana? Kan, cuma 10 Trilliun?" Tanya Blaze kesal.

"Cuma? Tapi bisa buat perusahaan ayah bangkrut! Kalau begitu, berarti ada yang lain selain 10 Trilliun. Lagi pula, itu ada sangkut pautnya sama Pashaka's Company," oceh Solar.

"Kenapa harus Pashaka's Company? Lagi-lagi keluarga Pashaka," celoteh Blaze. "Karena, Pashaka's Company musuh terberat ayah. Ya, walaupun mereka tampak akrab, tapi tersirat tali permusuhan yang erat." Ujar Hali.

"Cih, keluarga bermasalah! Kenapa si keluarga Pashaka itu pada bermasalah semua? Dilihat-lihat Laut kayanya masih paling waras dari keluarganya yang lain," Blaze kesal. Kenapa gitu loh?

"Huh, keluarga Pashaka itu keluarga paling tinggi dari keluarga bangsawan lainnya setelah keluarga Carson. Jadi, tak ayal mereka selalu merasa tersaingi jika posisi mereka terancam." Jelas Nala tiba-tiba yang baru datang menyiapkan teh dan camilan pendamping untuk siang santai.

"Jadi, Palung itu merasa tersaingi dengan ayah?" Tanya Duri yang sedari tadi hanya menyimak perdebatan dihadapannya. Nala mengangguk membenarkan.

"Dulu, keluarga Raenggae bukan keluarga bangsawan. Bahkan jauh dibawah," Nala merilekskan tubuhnya. Biar dikata mereka sudah tampak terbiasa dengannya, tapi mata mereka seakan menyudutkan Nala.

"Nenek kakek buyut kalian, adalah seorang perintis. Mereka berhasil mencapai kejayaannya dengan membuka kebun coklat terbesar di Asia. Mereka memiliki 2 anak. Namanya Abi dan Aba, kakek kalian.

"Abi ini awalnya dijadikan sebagai pewaris. Tapi sayangnya, Abi selalu terjerat kasus tindak kriminal, sering bolak-balik masuk penjara. Dan, setelah di chek, Abi ternyata memiliki gangguan psikopat. Abi saat itu marah. Gelar calon pewaris dalam dirinya dicabut dan diserahkan kepada Aba.

"Dirinya sudah menikah dan mempunyai anak yang bernama Rena. Dan saat itu, Abi akhirnya mendirikan sebuah universitas yang kalian tempati sekarang. Abi hidup sendiri menjauh dari keluarganya, sampai akhirnya Abi terbukti melakukan pembunuhan beruntun kepada keluarga Deeparco hingga menyisahkan satu anak. Dan akhirnya, Abi dijatuhi hukuman mati atas perbuatannya.

"Universitas miliknya akhirnya dipegang oleh Rena. Rena sendiri tinggal bersama Aba setelah kematian ayahnya. Aba mempunyai satu anak yang sekarang menjadi ayah kalian. Aku mengenal Angkasa dan Palung lebih lama sebelum Mara dan Mecha datang dipertemanan mereka.

"Angkasa dan Palung memang selalu berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Angkasa melakukannya semata-mata untuk mengejar popularitas. Sedangkan Palung untuk mengejar prestasi dan menjadikannya bintang dikeluarganya sendiri.

"Angkasa dari kecil sudah dididik untuk menabung sedari kecil hingga berhasil membangun bisnisnya sendiri. Kita bertiga, tidak, berempat dengan anak Tn. Deeparco. Siapa namanya, ya? Kalau tidak salah sepertinya Hamam Deeparco, sudah bersama dari saat masih disekolah menengah.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now