Bantuan Dan Bukti.

234 34 6
                                    

"Perkenalkan nama ku Palung Pashaka. Kau tau Pashaka's Company kan?" Sembari menunjukkan kartu namanya.

Gempa menatap orang dihadapannya yang sedang memperkenalkan diri. Ia tidak tahu siapa orang itu, yang pasti dari penampilannya seperti orang bangsawan.

Tatapan penuh ambisi itu lumayan mengusik relungnya. Orang itu tampak sama seperti laut tapi versi lebih tua.

"Ya aku tau. Tapi apa yang membuat mu sampai datang kesini?" Tanya Gempa. Ia mengingat Pashaka's Company, itu adalah perusahaan yang sekarang sedang di pegang oleh Laut.

"Aku datang kesini untuk menawarkan sesuatu yang menarik untuk mu." Orang itu menyandarkan punggungnya disandaran kursi dan menatap Gempa seperti menatap boneka yang menarik untuk dibeli.

"Apa itu?" Tanya Gempa. Ia sadar dengan gelagat orang dihadapannya. Palung memiliki gelagat khas seperti orang bangsawan tengik pada umumnya, Gempa sampai merasa seperti didalam dunia novel saat menghadapi orang dihadapannya.

"Aku dengar tentang kasus mu. Sayang sekali ayah mu bodoh karena menjebloskan mu kedalam penjara. Karena itu aku kesini untuk menawarkan pengacara terbaik agar kau menang dipengadilan. Bagaimana menurut mu?" Palung menawarkan sesuatu yang menarik sampai-sampai Gempa langsung menegakkan punggungnya.

"Penawaran menarik itu tidak serta merta karena kau menginginkan sesuatu dari ku, benarkan Tn. Pashaka?" Tanya Gempa mengikuti alur pembicara Palung.

"Yah, ternyata kau memang anak dari Angkasa. Kalian sama cerdiknya,"

"Langsung saja seintinya," Titah Gempa. Palung tertawa mendengar ucapan Gempa.

"Kau tau Laut bukan? Dia anak ku."

Ucapan Palung membuat Gempa kaget. Ia ingat betul dengan penjelasan Laut kala itu tentang hubungan tidak sehat antara Ayahnya dan ayah Gempa.

"Astaga, aku malu mengakuinya sebagai anak ku karena dia bodoh dan terlalu polos. Tapi bukankah kau sudah mendengar penjelasannya tentang aku dan Angkasa?" Tanya Palung. Gempa mengangguk mantap. Jelas ia pernah mendengar penjelasan Laut.

Ayah Gempa dan Ayah Laut adalah rival. Entah apa dan kenapa mereka menjadi rival.

Setelahnya Gempa sadar apa yang dimaksud dengan Palung. "Kau ingin aku melawan ayah ku sendiri?" Tebak Gempa yang dihadiahi kekehan oleh Palung.

"Tepat sasaran!" Seru Palung. "Bukankah itu menarik? Ayahmu dengan senang hati memasukkan mu kedalam sana, dan kau masih tidak bisa melawannya?" Lanjut Palung.

Mungkin itu tawaran yang baik bagi Gempa, tapi ini bukan perkara mudah. Angkasa adalah ayahnya.

"Menarik, tapi bagaimana jika kau memakan daging tubuh mu sendiri?" Tanya Gempa. Palung tersenyum miring menatap Gempa tertarik.

"Lalu, bukankah kau sudah berada diperut ayah mu? Tinggal kau gerogoti saja isinya."

"Aku tidak sekejam itu Tn. Pashaka."

"Baiklah-baiklah orang baik. Jika kau tidak mau, aku bisa pergi sekarang," ucap Palung jengah. "Silahkan." Gempa menunjuk pintu keluar yang berada didekat meja mereka mempersilahkan Palung untuk keluar.

Palung berjalan menuju pintu keluar dengan gagah, ada perasaan dongkol dalam dirinya.

"Aku terima tawaran mu, tapi ada satu hal. Aku tidak akan melawan ayah ku, aku hanya akan membuatnya kehilangan muka." Ujar Gempa saat Palung mulai membuka pintu. Palung berbalik saat mendengar kalau Gempa menerima penawarannya.

"Baiklah, kau memang cerdik! Aku akan mengutus pengacara terbaik untuk mengurus kasus mu."

"Jangan ada penghianatan sedikit pun." Gempa menatap tajam Palung yang terkekeh mendengar ucapannya.

Gempa Pembunuh? [Tamat] ✓ (Revisi) Where stories live. Discover now