BAB 5 • FRUSTASI

6.2K 230 0
                                    

5. FRUSTASI

Keesokan harinya, Luna yang masih frustasi dengan kejadian kemarin malam tampak masih berbaring di atas kasurnya sambil terus menangis.

Luna tidak menyangka bahwa Xavier akan menciumnya seperti itu, bahkan sampai tega menamparnya.

"Luna!" panggil seseorang yang membuat Luna menyibak selimutnya. Luna akhirnya kembali mendengar suara itu setelah beberapa hari.

Luna pun segera bangun dari kasurnya. Sebelum keluar dari kamar, ia sempat menatap penampilannya di cermin yang terlihat menyedihkan. Bibirnya pun tampak bengkak karena ciuman Xavier semalam yang sangat beringas. Pipinya juga bengkak karena tamparan Xavier.

"Luna!"

"Iya, Ma," sahut Luna yang kemudian keluar dari kamar.

Luna kemudian berjalan menuju ruang tengah. Luna melihat seorang wanita cantik yang masih tampak muda meski diusianya yang tidak muda lagi. Wanita dengan lipstik merah menyala, dan wanita dengan pakaiannya yang terbuka.

Wajah Luna sangat mirip dengan mamanya.

"Kenapa muka kamu bengkak?" Nanda Naira bintang, wanita itu pun memperhatikan wajah Luna dengan tajam.

Luna sedikit meringis. "Nggak apa-apa, kok, Ma,"

Nanda mendengus pelan. Wanita itu kemudian memasukkan berbagai barang-barang ke dalam tasnya. Pagi-pagi begini ia sudah terlihat sangat rapi dan cantik.

"Mama mau pergi lagi? Mama, kan, baru pulang semalam."

"Bukan urusan kamu," ujar Nanda dengan galak, membuat Luna meremas jemarinya.

Nanda kemudian meraih dompetnya di dalam tasnya dan mengambil uang 500 ribu dari sana. "Nih." Nanda menyodorkan uang senilai 500 ribuan itu kepada Luna.

"Mama kapan pulang?" tanya Luna setelah mengambil uang itu.

"Nggak tahu," jawab Nanda singkat sambil kembali memasukkan dompetnya ke dalam tasnya, membuat Luna tersenyum miris.

"Tapi, Ma, soal Aidan-"

"Udah, deh, Mama nggak ada waktu. Mama mau pergi."

"Tapi, Ma-"

"Mama sibuk, Luna! Kamu bisa ngerti nggak, sih? Kamu urus aja sana adik kamu!" Setelah mengatakan itu, Nanda pun bergegas keluar dari rumahnya dengan gaun hitam yang ia kenakan.

Luna mengikuti langkah mamanya. Saat ia berdiri di depan pintu, ia melihat mamanya yang kembali dijemput oleh sebuah mobil mewah. Berbeda dengan mobil yang ia lihat semalam.

Luna menatap nanar mobil mewah itu yang perlahan mulai menjauh.

Banyak anak yang kehilangan dirinya sendiri karena orang tua, banyak anak juga yang mentalnya hancur karena orang tua. Orang tua selalu ingin dimengerti, namun kadang mereka sendiri nggak bisa ngertiin anaknya.

Beberapa jam kemudian setelah mamanya pergi, Luna terlihat membawakan nampan yang berisi semangkok bubur dan air putih untuk adiknya. Ia pun membuka pelan pintu kamar Aidan yang tertutup.

XAVIERWhere stories live. Discover now