BAB 11 • BRENGSEK

7K 309 13
                                    

11. BRENGSEK

10.15 WITA.

Xavier terlihat sedang merokok di parkiran sambil bersandar pada mobilnya. Wajah lelaki itu tampak sangat santai dengan matanya yang menatap para teman-temannya yang sedang berkumpul di sekelilingnya.

Entah itu para mahasiswa dari semester 6, 5, dan 4, mereka semua menjadi satu di sana sebagai teman tanpa memandang senioritas. Hanya saja, mereka masih sangat sungkan kepada Xavier, Edgar, dan Kellan yang statusnya berasal dari keluarga konglomerat.

"Kak Xavier."

Mendengar panggilan seorang gadis, para cowok-cowok yang berada di sana pun lantas menoleh, menatap ke arah seorang mahasiswi baru prodi ilmu komputer yang berjalan menghampiri mereka.

Xavier menghembuskan rokoknya dan menatap mahasiswi cantik tersebut dengan tatapan datar tanpa minat.

"Halo, Kak. Nama aku Veny, maba dari prodi Kakak. Aku dengar-dengar, Kak Xavier pintar ngerjain tugas codingan algoritma, ya?" tanya mahasiswi berambut pendek itu sambil menatap Xavier dengan semangat.

Bukannya membalas, Xavier justru memalingkan wajahnya dan menatap ke arah lain.

"Kenapa emangnya?" tanya Edgar saat melihat mahasiswi cantik itu yang menjadi cemberut karena Xavier mengacuhkannya.

"Aku mau minta tolong diajarin, Kak. Soalnya aku kurang ngerti," jawab Veny.

Edgar menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia melirik Xavier di sampingnya yang tampak sangat tak peduli.

"Xavier nggak suka ngajarin orang," ujar Kellan, membantu Xavier menolak Veny. Ia meringis jijik saat melihat wajah mahasiswi itu yang semakin cemberut sambil memandangi Xavier

"Ya udah, kalau gitu aku jadi orang pertama aja yang diajarin Kak Xavier," ujar Veny keras kepala.

"Cari mati banget, tolol," gumam Kellan saat melihat mahasiswi itu yang berjalan mendekati Xavier.

"Kak Xavier, please. Bantuin aku, ya?" pinta Veny. Nada bicaranya terdengar sangat lembut.

Xavier terdiam cukup lama sambil menatap gadis itu yang masih berusaha membujuknya. Ia kemudian menghembuskan asap rokoknya di wajah Veny sampai Veny terbatuk-batuk.

"Telinga lo nggak berfungsi sampai nggak dengar tadi Kellan ngomong apa?"

Veny tampak bersusah payah meneguk salivanya. Ia cukup tertekan dengan aura Xavier yang terasa tak nyaman. "A-anu, Kak-"

"Pergi sana," usir Xavier. Mata elangnya menatap sengit mahasiswi itu.

"Tapi, Kak."

"LO NGGAK DENGAR GUE NGOMONG APA? PERLU GUE ULANG?!" bentak Xavier dengan marah, membuat semua orang di sana langsung tersentak kaget.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Veny segera beranjak pergi dari sana dan meninggalkan Xavier. Ia merasa kedua kakinya gemetaran karena takut dengan amukan Xavier barusan.

Xavier mendengus. Suasana hatinya jadi buruk karena mahasiswi itu.

"Anjing," gumam Xavier. Ia yang kesal lantas membuang rokoknya ke jalanan dan menginjaknya, sementara para teman-temannya hanya bisa diam tanpa ada yang berani membuka suara.

XAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang