Rest Area.

71 6 1
                                    

Setengah perjalanan, Bu Ovi dan Bu Éisa membagikan snack pada kami semua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setengah perjalanan, Bu Ovi dan Bu Éisa membagikan snack pada kami semua. Aku menerima snack ku, namun aku tidak langsung memakannya.

Pak Herman mulai menyalakan mic, "ayo karaoke, siapa yang bisa nyanyi? Kanaya, kamu bisa kan?"

Aku menengok ke belakang, alih-alih melihat pada Kanaya padahal tujuan utamanya untuk melihat Arvian. Kadang aku bingung pada diri ku sendiri, bagaimana bisa aku menyukai Arvian, padahal kita akrab saja tidak.

"Gak bisa Pak, Bapak aja gapapa hehe." jawab Kanaya.

Bermacam-macam lagu di putar, mulai dari genre lagu dangdut, koplo, dan jaipong, di iringi suara Pak Herman yang lumayan juga.

"Kita akan berhenti di rest area ya, yang mau ke toilet, mangga!" ucap Pak Herman, aku bernapas lega, bisa sedikit aku mengalihkan pikiran ku.

Setelah sampai di rest area hampir semua turun dari bis, "mau ke toilet gak?" tanya ku pada Livia.

"Ayo!" jawab Livia.

Kami pun bergegas menuruni bis, bisa aku rasakan kehangatan dari lingkungan tersebut, karena di bis AC tetap menyala membuat suhu tubuhku menurun.

"Cyla, halo! Ketemu kitaa hahaha!" ucap ku saat melihat Cyla bersama Zellin.

"Dih padahal kan satu bis!" jawab Cyla.

"Hehe di sini hangat banget ya?" ujar ku sambil mengangkat tanganku ke atas.

"Iya, kan kita tadi full AC," jawab Cyla

"Kamu mau ke toilet?" tanya ku

"Gak, aku nganter Zellin, dia mau pipis katanya!" jawab Cyla sambil melihat Zellin yang sudah di depan.

"Oalah seperti ituu?" ucapku lalu mengikuti Livia begitupun Cyla, ia menyusul Zellin yang sudah jauh.

Ketika memasuki toilet ramai sekali, aku dan Livia saling bertatapan, "jadi gak? Ngantri banget." Tanya ku pada Livia.

"Ayo, gapapa!"

Kami pun memasuki toilet yang sangat ramai, bukan hanya dari sekolah kami, namun ada juga rombongan ibu-ibu bermake-up tebal.

Setelah itu kami keluar, lalu duduk di kursi stand jajanan seperti nya, aku tidak tahu namanya. "Liv, foto yuk?" ajak ku pada Livia, pemandangan nya lumayan bagus.

"Ayo!" Livia pun bergegas membuka aplikasi kamera, lalu kami pun berfoto bersama. Sudah di rasa cukup, kami pun pergi menuju kembali ke bis.

Namun, mataku melihat pada Arvian yang sedang berjalan-jalan, mungkin mencari udara segar bersama Alan dan Wistara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namun, mataku melihat pada Arvian yang sedang berjalan-jalan, mungkin mencari udara segar bersama Alan dan Wistara. Aku melihat Arvian dan Wistara akrab, sangat menyentuh hati, bayangkan jika aku berhasil mendapatkan Arvian, sepertinya menyenangkan. Wistara adalah kakak sepupuku.

Aku dan Livia memasuki bis, ternyata masih banyak yang di luar. Lalu pak Herman menghampiri kami, "masih banyak yang di toilet, neng?"

"Masih pak, tadi penuh banget toilet," jawab ku, netra mataku mengarah pada kursi di depan ku. Pak Soleh? Guru PKN yang diminati banyak murid SMA Negeri 1 Bojongmaung, bukanya beliau di bis 1?

"Di chat temen nya, cepat sebentar lagi kita berangkat, jangan di anggap seperti di desa sendiri!"

"Iya pak."

Setelah beberapa lama, akhirnya bis kembali terisi penuh, di tambah dengan Pak Soleh.

"Sudah masuk bis semua?" tanya Pak Herman memastikan kembali.

"Sudah pak!" jawab kami.

"Oke, kita ada kedatangan penumpang baru ya, Pak Soleh!" ucap Pak Herman membuat seisi bis bersorak.

"Pak Soleh udah kasih kabar sama yang di bis 1? Takutnya malah di kira hilang!" gurau Pak Herman.

"Biarin, nanti pada repot sendiri!" jawab Pak Soleh sambil tertawa, kami pun ikut tertawa.

***

Perjalanan kembali di lanjutkan, kini lagu-lagu galau yang di putar, dengan artis kw namun tidak diragukan, Davi, Ryan dan Wistara lah yang bernyanyi. Salah satu lagu yang di putar adalah lagu Sial dari Mahalini.

"Tak akan ku terima cinta sesaat mu!" suara Wistara menggelegar, bagus namun terlalu memaksakan. Hingga mengundang gelak tawa seisi bis.

"Kalau gak kuat jangan maksain, Tar!" ucapku tapi tidak sampai terdengar pada Wistara.

Aku pun menoleh kebelakang, melihat pada Wistara yang masih melanjutkan bernyanyi, namun tatapan ku bertemu dengan tatapan Arvian, dengan cepat Arvian mengalihkan pandangannya.

Aku menghela napas, lalu kembali melihat kedepan, namun tiba-tiba bis kami berhenti, bukan hanya bis kami, bis 3 juga berhenti.

"Kenapa berhenti, Pak?" tanya ku pada Pak Herman.

"Bis 1 mogok di rest area, jadi kita tunggu dulu, karena kita sampai ke Unpad Jatinangor harus bareng-bareng." jelas Pak Herman.

Bis 1 adalah bis yang ditumpangi oleh kelas 11 IPS 1 dan 2, aku pun berdiri untuk meluruskan pinggangku yang sedikit pegal.

"Kenapa katanya, Al?" tanya Kanaya.

"Bis 1 mogok di rest area tadi." jawabku

"Lho jauh banget dong?" ujar Kanaya sedikit terkejut.

"Iya, makanya kita berhenti dulu."

Mata ku kembali menatap sekilas Arvian yang sedang mengobrol dengan Alan, tak lupa dengan telinga yang terpasang earphone.

Kadang aku berpikir, boleh tidak aku bertukar posisi dengan Alan sehari saja? Ingin sekali aku mengobrol banyak dengan Arvian, tapi semua itu hanya sebatas ingin.

BANDUNG BERCERITAWhere stories live. Discover now