Toko oleh-oleh.

41 6 9
                                    

Aku kembali melihat foto Arvian yang aku dapatkan dari Abang UKM itu, namun aku melihat Baskara

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Aku kembali melihat foto Arvian yang aku dapatkan dari Abang UKM itu, namun aku melihat Baskara. Aku zoom foto itu hanya pada wajah Baskara saja.

"Baskara, lihat deh!" Panggilku sambil menunjuk fotonya.

Baskara menoleh ke arah ku, dan membelalakkan matanya. "Eh kok lu punya fotonya? Dapat dari mana?"

"Haha ada deh!" jawab ku sambil kembali menyimpan ponselku.

Perjalanan menuju toko oleh-oleh sangat menyenangkan menurutku, beda lagi kalau menurut orang-orang nolep. Kanaya, Widya, dan Lina berkaraoke lagu-lagu koplo, dangdut dan sebagainnya.

"Liv, aku ke belakang ya?" Livia hanya menganggukkan kepalanya.

Akupun berjalan susah payah menuju kursi Elina, karena Elina mabuk jadi harus duduk di depan. Jadilah aku duduk bersama Zellin dan Cyla.

Aku melihat Zellin menutup matanya seperti orang yang menahan sakit, "Zellin kenapa?" tanyaku pada Cyla.

"Sakit perut, lagi haid." Jawab Cyla.

Kasihan Zellin, dibelakang sangat berisik sekali, ia harus menahan sakit juga menahan emosi sepertinya. Kalau aku jadi Zellin, mungkin aku sudah marah-marah.

Lagu yang diputar adalah lagu Bete - Manis Manja. Lagunya memang sangat asik jika diputar saat perjalanan seperti ini. Saking asiknya aku juga ikut bernyanyi.

Pak Herman menghampiri kami, tiba-tiba mengarahkan tangannya kepadaku yang digerakkan seperti trend tiktok saat ini, mau tak mau aku membalasnya. Jadilah aku dan Pak Herman join trend tiktok.

"Pak pegel Pak!" ucap ku.

Lalu pak Herman beralih pada Lina, aku berdiri untuk meregangkan pinggangku. Namun, mataku malah menangkap Devon yang duduk di kursi ku.

"Dih kerajaan aku ada penyusup!" ucapku sedikit berteriak karena suara musik yang lumayan besar volumenya.

"Siapa?" tanya Cyla.

"Tuh! Singgasana aku diambil alih sama makhluk aneh!!" jawabku sambil menunjuk ke arah Devon.

Orang-orang yang melihatnya langsung menutup mulut tak percaya. Akupun bergegas kembali ke kursi ku.

"Lina, kursi kamu lepas!!" teriak Arin mengalihkan pandanganku.

"Ya Allah aya aya wae!!" ucap Lina tercengang melihat kursinya lepas. (Ada ada saja).

Aku kembali ke tempat dudukku, "ekhm!"

Devon melihat ke arahku, lalu beranjak dari duduknya.

"Ngapain kalian?" tanyaku sambil menatap nyelang pada Devon dan Livia, namun keduanya hanya diam.

Keadaan yang tadinya asik sempat dibuat panik karena bau hangit yang tercium didalam bis. Baunya membuat kepala pusing dan perut mual. Namun, Pak Soleh bilang itu hanya bau kampas rem yang basah karena hujan. Lalu keadaan kembali seperti biasa.

Kini kamu sudah sampai di toko oleh-oleh, seingatku nama tokonya adalah Komar. Seperti biasa, saat turun dari bis. Aku dan Livia mencari toilet. Aku bertemu dengan Arvian, seperti biasa kita hanya eye contact saja.

Setelah menemukan toilet, aku segera memasukinya. Setelah itu, ternyata harus bayar 3.000 ribu per orang. Untung yang ke toilet hanya aku, Livia hanya menemani saja.

Kami pun memasuki toko oleh-oleh itu, sangat banyak sekali aneka makan khas Bandung. Mulai dari bolu, tahu, peyeum Bandung, basreng, keripik kaca dan banyak lagi.

"Eh bingung mau beli apa, takut mahal." Ucap ku sambil memilih-milih makanan.

"Iya ih, kebanyakan ini." Jawab Livia.

"Kanaya, mau beli apa?" tanya ku pada Kanaya.

"Naya mau beli peyeum, Al. Mamah Naya titip soalnya." Jawab Kanaya.

"Ah anak baik!" ujarku terharu.

"Hehe, kamu Mau beli apa?" tanya Kanaya.

"Gak tau, barieukeun euy!" (Terlalu banyak pilihan, sulit memilih) jawabku sambil mengerutkan kening.

Aku melihat orang-orang sangat lincah memilih oleh-oleh, apa tidak takut kemahalan ya? Aku saja mengambil satu makanan harus berpikir dua kali.

Hingga pada akhirnya aku hanya membeli basreng dan kue jagung. Saat mengantri di kasi, aku tidak sengaja menginjak kaki laki-laki yang ada di belakang ku.

"Maaf!" ucapku rasa bersalah, laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya. Untung saja dia ganteng.

"Ayo!" Livia sudah selesai membayar, kami pun kembali bergegas memasuki bis.

"Cyla, kok sendiri aja?" Tanya ku pada Cyla ketika menaruh oleh-oleh yang aku beli.

"Ini mau keluar, antar aku beli tahu Sumedang yuk, Al?" ucap Cyla sambil menghampiriku.

"Ayo. Liv, aku antar Cyla dulu ya?" Livia menganggukkan kepalanya.

Aku pun kembali keluar dari bis untuk mengantar Cyla membeli Tahu Sumedang, sekalian aku juga beli. Setelah itu kami langsung kembali ke bis.

Di dalam bis terdengar lagu Tipe-X, lagu yang di sukai oleh Livia. Sekarang anak itu sedang tersenyum bahagia karena playlist nya di putar oleh Devon tentunya.

Aku memutuskan untuk duduk di kursi pak Herman terlebih dahulu daripada harus duduk diantara Livia dan Devon.

Alan berjalan menghampiri kami lalu duduk di kursi Yoshiko, di ikuti oleh Arvian.

"Lu mau duduk di sini, Lan?" tanya Arvian pada Alan, seketika aku menoleh.

"Gak lah." Jawab Alan.

"Gue mau duduk di pojok dong, mau tidur. Berisik banget tadi!" ujar Arvian sedikit menekan kata berisik.

Mendengar ucapan Arvian, aku langsung menutup mulutku rapat-rapat. Sial, tadi aku juga ikut berisik. Ih dasar anak nolep!

BANDUNG BERCERITADove le storie prendono vita. Scoprilo ora