Museum Monpera.

46 6 0
                                    

Sekarang kami dalam perjalanan menuju Museum Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat)  yang berada di kota Bandung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekarang kami dalam perjalanan menuju Museum Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat)  yang berada di kota Bandung. Namun, tiba-tiba aku mengingat belum sholat Dzuhur.

"Pak, kita gak sholat dulu gitu?" Tanya ku pada Pak Herman.

"Sholat lah, nanti di Museum ada masjid, kita sholat di sana." Jawab pak Herman.

"Oh oke deh!" Lalu beralih memainkan ponsel ku, lalu membuka WhatsApp, Bu Yuni baru saja membagikan link lembar kerja observasi siswa yang seharusnya di isi saat di Unpad.

"Kamu di kasih link gak?" Tanya ku pada Livia.

"Hah? Link apa?" Tanya Livia bingung.

"Link observasi, emang gak di kasih di grup kelas?" Ucapku

"Gak, coba bagi!" Aku pun membagikan link tersebut pada Livia.

Aku pun menoleh pada Yoshiko yang duduk di belakang Devon, "Yoshi, kamu isi belum link observasi?" Tanya ku

"Belum, harusnya di isi waktu di Unpad gak sih?" Jawab Yoshiko.

"Iya, tapi Bu Yuni baru kasih tadi." Ucapku

"Terus gimana ini?" Tanya Yoshiko

"Elah cari jawaban di google aja!" Ujar Devon ikut nimbrung.

"Emang boleh?" Tanya ku.

Tiba-tiba saja hujan turun lumayan deras, padahal tadi langit sangat cerah sekali.

"Pak, masih jauh kah?" Tanya ku pada Pak Herman

"Gak, sebentar lagi sampai." Jawab Pak Herman

Kepalaku terasa pusing, perutku juga seperti diaduk-aduk, mual sekali rasanya. Aku beralih mengambil earphone ku yang di saku almamater, lalu memasangnya pada telingaku, dan memutar playlist galau dari Spotify.

Perjalanan semakin membuat aku mual, macet, hujan yang semakin deras, dan supir bis yang tidak berhenti membunyikan klakson. Padahal kota Bandung terkenal dengan anti klakson nya.

"Aduh kenapa klakson Mulu sih? Kan udah tahu macet!" Ucapku pelan pada Livia.

"Bapak gak tau apa, orang Bandung liatin kita udah kaya makhluk paling aneh? Pak, Bandung anti klakson, jangan klakson Mulu!" Lanjut ku bergerutu.

"Gak tahu atuh ih, mana marah-marah, gak jelas!" Jawab Livia.

Memang, supir bis kami sempat memarahi mobil yang berada tepat di sebelah bis kami, kata-kata kasar saja sampai keluar dari mulut pak supir. Parahnya ketika akan berbelok, namun di depan ada sebuah angkot yang terus berjalan, pak supir membunyikan klakson sangat panjang dan nyaring. Kepalaku semakin pusing.

BANDUNG BERCERITAWhere stories live. Discover now