Kenyataan Pahit

7 3 0
                                    

"Sakit hati anak perempuan bermula karena perilaku ayahnya."
Putri Lestari

Sesampainya di kantin, banyak siswa-siswi berlalu lalang mencari tempat duduk, ada yang sudah memesan makan. Putri dan Nisa berpisah setelah berada di kantin, Putri mencari meja untuk ia dan Nisa duduki sedangkan Nisa kebagian membeli makanan. Putri melihat celah meja yang belum ditempati, segera mengambil langkah untuk menempati meja itu.

Sembari duduk menunggu Nisa membeli makanan Putri memainkan handphone, mendengarkan musik yang diputar membuatnya terhanyut dalam melodinya, semua terdengar sedih ditelinganya.

"Yuhu, makanan datang, silakan di nikmati wahai kanjeng doro Putri," seruan Nisa mengagetkan Putri, segera ia mengambil makanan yang sudah dibeli oleh Nisa.

"Oh iya, katanya mau cerita nih?" ucap Nisa sembari makan, Putri hanya mengangguk-anggukkan kepala. Menatap Nisa lalu mulai berpikir dari mana ia akan menceritakan kejadian tadi pagi.

"Jadi tuh begini, gimana ya mau jelasin susah, ya," ucapan Putri membuat Nisa menggeram kesal, Nisa kesal dia yang ingin cerita, dia juga yang bingung mulai dari mana.

"Kamu tuh niat enggak sih ceritanya, bikin malas saja mau dengar," mendengar jawaban Jisa membuat Putri tertawa kecil, dia suka mempermainkan orang.

"Tadi aku kan lagi di taman nih, nah tiba-tiba ada cowok sok kenal datang entah datang dari mana aku enggak tahu, paling sebalnya aku tuh dia rangkul aku tahu enggak, mana kepalaku disandari ke bahunya. Ih, malas banget aku," selesai bercerita tanggapan Nisa hanya senyum tak karuan, membuat Putri kesal.

"Dia itu berarti suka sama kamu kali, Put. Begitu saja enggak ngerti," tanggapan Nisa memang ada benarnya tapi bagi Putri itu hanya modus belaka.

"Semua cowok sama saja, enggak ada yang pernah pakai hati. Semua cowok selalu pakai nafsu, enggak lebih dari itu," bantahan Putri membuat Nisa semakin yakin bahwa Putri menyembunyikan masalah tentang cowok padanya.

"Enggak semua cowok kayak gitu Put, memang ada yang brengsek tapi enggak semuanya, kamu jangan terlalu tertutup buat cowok, Put. Apa pun masalahmu jangan sama kan semua cowok."

"Sudahlah, kamu enggak akan ngerti kalau kamu belum merasakannya."

***

Bel pulang sekolah berbunyi, semua murid berhamburan untuk pulang ke rumah masing-masing, ada yang masih nongkrong di kantin ada pula yang mengikuti ekstra. Opsi pertama adalah Putri, ia ingin cepat pulang, merindukan kamarnya yang meski hanya menampung Putri saja. Beranjak dari tempat parkir, jalan ramai oleh anak sekolah, melihat sepasang kekasih yang bahagia di atas motor.

Tatapan Putri terhenti, terpaku pada sosok di depannya, iya itu ayah bersama dengan seorang wanita yang menggandeng mesra. Bukan ibu yang bersama dengan ayah tapi wanita lain. Kesadaran Putri kembali saat melihat ayah dan wanita itu pergi meninggalkan tempat itu dengan senyuman.

"Ini enggak mungkin, kan. Ayah enggak akan mengkhianati ibu," batin Putri sambil mengikuti sepasang ayah dan selingkuhannya.

Entah apa yang ingin Putri sampaikan pada ibu saat ayah dan wanita itu benar-benar selingkuh. Air mata Putri kembali menetes, menetes untuk ke sekian kalinya. Menuju ke dalam perumahan yang jauh dari keramaian, setelahnya berhenti dan keluar untuk masuk ke dalam rumah, seperti sepasang kekasih halal yang nyatanya sekadar simpanan.

Putri segera berhenti dan berjalan tergesa-gesa melabrak keduanya. Mereka layaknya seperti remaja yang baru berpacaran. Tepat di belakang punggung ayahnya Putri memanggilnya.

"Ayah!" teriak Putri diiringi isak tangis yang menyayat hati, siapa pun yang berada di posisinya akan merasakan hal yang sama. Semua terkejut, bahkan ayahnya saja sampai tak berani bersuara.

[NITIKARYA] Sepercik Luka Dari Ayah : Deby MaulidaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang