BAB 38 Alergi apa?

3.9K 14 0
                                    

Tok

Tok

Tok

Gina terbangun karena mendengar ada suara ketukan pintu dari luar. Gina paling tidak bisa mendengar suara berisik sedikitpun, langsung saja bangun dari tidurnya.

"Sayang ada yang ngantuk pintu." Ujar Gina sambil menggoyang lengan suaminya yang melingkar di tubuhnya.

Iya malas sekali yang mau bangun dari tidurnya. Apalagi tubuhnya benar-benar terasa lelah bahkan rasanya seperti digebuki orang sekampung saat ini.

Jadilah ia memilih untuk menggoyangkan lengan suaminya. Namun apakah Rifki bangun? Tentu saja tidak. Rifki justru malah semakin mengenak-enakkan posisi tidurnya dan memeluk pinggang istrinya semakin erat.

"Enghh." Rifki yang paling sulit dibangunin jika sudah tertidur hanya bisa mengerang saja.

Jangan dikira hanya tubuh Gina saja yang kelelahan. Melainkan tubuh Rifki juga merasa lelah dan lututnya juga terasa lemas.

Ting nong

Ting nong

Ting nong

Entahlah Siapa di luar sana sepertinya tidak sabar sekali yang mau masuk. Jika pun tamu apakah tidak bisa menunggu sedikit lebih lama lagi?

Akhirnya Gina bangun dari tidurnya dan menyingkirkan lengan suaminya yang sedang melingkar di tubuhnya.

Rifki yang merasakan pergerakan istrinya akan bangun dari posisi tidurnya, semakin ia mengeratkan lagi pelukan di pinggang istrinya.

"Minggir ah kalau nggak mau bukain pintu."ujar Gina sambil menepuk dengan cukup keras lengan suaminya.

Mendengar suara yang sebal dari istrinya. Rifki sudah tidak bisa mengganggu ketenangan singa perempuan itu. Akhirnya benar-benar melepaskan lilitan tangannya di pinggang Gina.

Gina langsung memakai baju yang suaminya lempar dengan asal. Gina juga membenarkan tatanan rambutnya supaya tidak terlihat jika mereka berdua baru saja ambil jatah siangnya.

Rifki benar-benar merasa sebal dan juga penasaran. Sebel karena ada tamu yang mengganggu tidur mereka. Dan penasaran dengan siapa tamu yang datang ke rumahnya.

"Akhhh. Siapa sih?" Ujar Rifki sambil bangun dari tidurnya dan mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan.

Membiarkan istrinya membuka pintu sendiri juga takut orang jahat yang datang ke rumahnya yang berakhir menculik istrinya.

Tapi dirinya sungguh malas sekali. Akhirnya Rifki juga bangun dari tidurnya dan menyusul istrinya yang sudah berada di lantai bawah.

---

Gina membuka kunci pintu dan ketika pintu tersebut ditarik muncullah seorang wanita dengan menggendong bayi laki-laki di sana.

"Maaf mbak tidak terima sumbangan."ujar Gina dengan wajah yang datar dan hati yang dongkol.

"Ye Maimunah lu kira gue badan penarikan amal apa?" Tanya Bella dengan heboh sehingga suaranya yang meninggi membuat putranya terkejut dengan suaranya.

"Ya sudah ayo masuk."ajak Gina dengan membuka pintu lebar-lebar supaya Bella masuk rumahnya.

Ketika menatap di Bellakang tubuh Bella ada Dion, Gina hanya bisa menganggukkan kepalanya saja sambil tersenyum ramah. Dion yang cuek juga hanya bisa tersenyum sekilas saja kepada Gina.

"Eh lu Dion?" Tanya Rifki yang ketika baru saja masuk di ruang tamu melihat ada Dion juga masuk dari pintu utama di rumahnya.

"Sorry ganggu waktu istirahat kalian." Ujar Dion yang tiba-tiba merasa tidak enak karena terlihat Rifki sedang acak-acakan sekali.

Bahkan jika melihat ke arah leher Rifki dipenuhi dengan tanda merah di sana. Keduanya sama-sama tidak sadar jika di lehernya dipenuhi dengan tanda merah, tidak hanya di lehernya. Melainkan di seluruh dadanya juga dapat terlihat oleh seorang yang memandangnya.

Dion baru saja membuktikan jika memang Rifki dan Gina benar-benar panas dan memanglah lebih parah dari dirinya dan Bella.

"Nggak ada, gue malah senang lu ke sini." Ujar Rifki sambil tersenyum kecut duduk di kursi tamu.

Gina langsung masuk ke dalam dapurnya untuk membuatkan minum dari sepasang suami istri tersebut.

Ketika Gina baru saja keluar dengan membawa nampan berisi tiga cangkir teh. Ketika Dina baru saja menundukkan tubuhnya ketika memindahkan secangkir teh tersebut ke meja tamu.

Tiba-tiba rambut Gina tersingkap dan Rifki bisa melihat dengan jelas banyak sekali tanda merah di leher istrinya karena perbuatannya

Tentu saja Rifki langsung terbelalak terkejut. Dirinya benar-benar tidak menyangka jika akhirnya akan semerah itu di leher istrinya.

Lalu bagaimana dengan lehernya? Mendadak Rifki kepikiran dengan Bagaimana kondisinya. Iya masih bisa teringat betul bagaimana istrinya tadi sangat nakal kepadanya.

'aduh pasti memerah juga nih' batin Rifki dengan menggigit bagian dalam bibirnya.

"Silakan dinikmati." Ujar Gina sambil menegakkan lagi tubuhnya.

Ketika baru saja Gina menegakkan tubuhnya ia langsung berjalan menuju dapurnya lagi untuk menaruh nampan yang dia pakai untuk mengangkat tiga cangkir tersebut bersama piring lepeknya.

"Eh kalian tunggu di sini dulu ya." Oke Rifki yang tanpa menunggu persetujuan dari mereka berdua langsung berlari menuju ke arah istrinya yang saat ini ada di dapur.

---

"Sayang sayang, coba kamu lihat leher aku. Kelihatan nggak?" Ujar Rifki menghentikan langkah istrinya yang baru saja masuk ke dapur.

Gina segara membalikkan tubuhnya. Dan melihat kondisi suaminya yang berada di belakangnya.

Namun ketika Gina membalikkan badan sungguh dirinya benar-benar terkejut. Karena melihat di seluruh leher suami dan dadanya benar-benar dipenuhi dengan cupang yang berwarna merah dan sangat banyak sekali

"Astaga sayang kenapa memerah semua. Kamu alergi?" Tanya Gina dengan polosnya.

Rifki menajamkan pendengarannya, dan mengingat-ingat lagi ucapan istrinya yang mengira dirinya alergi.

Apaan coba alergi? Yang ada malah Rifki alergi mulut istrinya yang sudah berani membuat banyak tanda merah di lehernya.

Belum lagi tadi Gina menyampaikannya dengan rasa terkejut sehingga membuat suaranya semakin terdengar jelas di telinga.

"Ehh sssttt." Rifki mengangkat jari telunjuknya supaya Gina bisa berhenti untuk berbicara dengan nada suara yang lantang.

"Kok alergi sih?" Lanjut Rifki bertanya kepada istrinya dengan nada suara yang sangat rendah. Khawatir suaranya akan didengar oleh Bella dan Dion.

"Terus apaan itu merah-merah di leher dan dada kamu." Tanya Gina yang masih saja belum sadar jika tanda-tanda memerah di leher suaminya ini adalah karena ulah dan perbuatannya yang sudah bermain kasar di siang bolong.

"Ini gara-gara ulah kamu."hujan Rifki sambil menunjukkan leher dadanya yang dipenuhi dengan tanda memerah.

Gina juga terkejut sambil menutup mulutnya Yang menganga karena tidak percaya. Ternyata mulut mungilnya juga memiliki sisi ganas juga.

Sampai-sampai berhasil membuat karya cipta yang sangat indah di leher dan dada Rifki. Gina merasa malu dan bangga di saat bersamaan.

Gina merasa malu karena pastilah Bella dan Dion tadi melihat ke arah leher dan dadanya. Namun Ia juga merasa bangga karena bisa berhasil membuat karya seni yang seindah itu.

"Udah nggak usah kebanyakan menghalau, Ayo cepetan berpikir mau dikasih apa ini?" Tanya Rifki dengan benar-benar heboh kepada istrinya.

Bahkan saking paniknya Rifki sambil menggoyangkan tubuh Gina yang sedang memegang nampan.

Selalu saja begini hot Daddy tersebut. Suka menyebalkan sekali. Dan kali ini Gina yang diperintah untuk berpikir.

Di saat dirinya sedang tidak mood untuk menemui siapapun namun oleh sahabatnya disamperin ke rumahnya. Tanpa ngabarin lagi.

****

BERSAMBUNG

Gairah Hot Daddy 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang