LAP 9

1.3K 191 46
                                    

"Lo bisa nggak, sih, berhenti seenaknya nerobos masuk?" Haruto memutar bola matanya, jengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo bisa nggak, sih, berhenti seenaknya nerobos masuk?" Haruto memutar bola matanya, jengah. Tatapannya terlihat dongkol memandang Sunghoon. "Kalau lo lupa, kita masih sebagai pesaing di sini." Lanjutnya, dengan Heeseung yang mengangguk setuju.

Tak begitu peduli dengan sambutan buruk mereka, "Jongseong di mana?" Sunghoon bahkan tidak bisa tidur semalaman hanya untuk menunggu hari ini.

"Come on," Heeseung mendorong asal mangkuk serealnya dan menyandar malas ke kepala bangku. "Sial, selera makan gue hilang, To." Ucapnya menyindir, memandang Haruto.

Haruto yang tengah menyandar di meja dapur dengan segelas kopi di tangannya, seketika terkekeh brengsek. Seakan paham dengan maksud temannya, "perlu gue usir yang udah bikin lo nggak selera makan?" Tanyanya mengejek, berbeda dengan ujung matanya yang sudah melirik ke arah pemuda lain yang masih berdiri di depan pintu dapur.

"Sure, gue bakal berterima kasih banget." Ujarnya dengan nada mencemooh, kali ini terang-terangan ikut memandang ke arah Sunghoon sudah dengan tatapan tak bersahabat.

"Gue nggak peduli sama masalah kalian. Sekarang gue perlu ketemu Jongseong." Tekannya berusaha agar tidak terbawa emosi. Masih ada hal yang lebih penting daripada harus meladeni ocehan sampah kedua pemuda ini.

Haruto melempar dengan asal gelas kosongnya ke wastafel, menimbulkan suara yang tak mengenakan.  "Gue nggak paham maksud lo deketin Jongseong buat apa," dia melangkah mendekati Sunghoon dengan tatapan mengancam. "Tapi yang gue tau. Semenjak lo ngusik kehidupan dia, dia selalu kena sial!" Giginya mengertak, tatapan Haruto begitu menusuk, dengan jarak wajah mereka yang dekat. "Jadi gue minta, pergi—"

"Jangan kelewatan, Haruto." Potong Sunghoon penuh penekanan, mengangkat dagunya angkuh. Dia sama sekali tidak terguncang. Tidak banyak orang bisa mendominasinya. Justru dia yang selalu mengintimidasi orang lain. "Kalian nggak tau apa-apa. Jadi lebih baik kalian diam, dan jangan mancing gue sekarang. Gue lagi nggak punya gairah buat ngeladenin kalian." Sarkasnya ironis.

Tangan Haruto terkepal kuat, emosinya yang memang sudah terkumpul sejak tadi kini siap meluap. Namun, sebelum ia sempat melayangkan sebuah pukulan, Heeseung lebih dulu menahannya. "Tahan, To. Jongseong belum jelasin apa-apa."

Heeseung beralih menatap Sunghoon yang masih dengan tatapan melawannya. "Gue nggak tau pasti Jongseong kenapa, dia hari ini agak beda. Dari pagi tadi dia nggak ada keluar. Nggak biasanya dia kayak gitu. Gue yakin masalahnya nggak biasa, dan gue harap, itu nggak ada hubungannya sama lo." Ucapnya memperingatkan.

Haruto menggeram kesal, menendang asal bak sampah mini yang ada di sudut ruangan, dan melangkah pergi dari sana.

Heeseung mendelikan dagunya ke arah pintu menuju ruangan belakang, "lantai atas, pintu paling ujung." Ucapnya sebelum melangkah pergi.

Setelah mengikuti arahan dari Heeseung, di sinilah Sunghoon sekarang. Beberapa kali ia mengetuk pintu bercat putih di hadapannya, namun tak kunjung mendapat respon.

Who's he? [ JayHoon ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang