Kita Putus

156 20 7
                                    

Suara mobil masuk ke pekarangan rumah ibu. Ohm berlari menuju teras rumah. Tapi yang ia lihat bukan yang ia tunggu. Mobil yang datang berbeda dengan milik Nanon yang selama ini digunakan. Seorang wanita keluar dari mobil. Ia berdiri memandangi Ohm.

"Bun?" Dengan wajah sedih bunda masuk ke dalam rumah ibu. Ibu keluar dari dapur dan menemukan saudarinya yang telah duduk di sofa ruang tamu. Ohm dengan pelan duduk bersamanya dan ibu juga duduk tanpa suara.

"Bunda sendiri kesini?" Ohm mulai bertanya tapi bundanya hanya melihat pada Ohm dan matanya berkaca. Sedih menyakiti hati sang bunda seperti ini, padahal selama ini Ohm merasa sangat beruntung dengan kedua orang tua angkatnya.

"Suamimu ikut?" Tanya ibu dan dijawab gelengan oleh bunda. Diam beberapa menit.

"Ohm, ohm mau ninggalin bunda?" Tanyanya lirih pada Ohm. Ohm yang mendengar langsung menggelengkan kepala sangat cepat.

"Nggak bunda."

"Terus kenapa kamu pergi dari rumah?"

"Ohm cuma butuh mikir bunda."

"Ohm, apa yang kamu pikirkan, jawabannya udah pasti kan. Kamu bilang gak ninggalin bunda."

"Tapii,,"

"Ohm. Pulang kerumah yok sama bunda."

"Bunda,"

"Ohm, bunda mohon. Kamu jangan pergi dari rumah seperti ini. Bunda takut kamu gak pulang." Bundanya duduk dibawah sofa dan menggenggam tangan Ohm. Ohm kini menangis, pedih melihat bundanya memohon padanya seperti itu.

Apa susahnya memilih bunda? Apa susahnya ikut kemauan orang tuanya. Jika mereka ingin anaknya berhubungan dengan lawan jenis, Ohm sudah memiliki pacar perempuan sebelumnya, bahkan sudah banyak mantannya. Tinggal pergi cari mantannya atau mencari yang lain. Apa susahnya karna memang awalnya Ohm menyukai perempuan.

Tapi bayangan Nanon berada disetiap pertanyaannya. Semakin mengenal Nanon semakin ia tau bahwa perasaan yang ia punya bukan cinta sementara. Keinginan untuk selalu bersama, selalu dekat dan ingin menyentuhnya   membuat dia tak ingin berpisah.

"Bunda, Ohm sayang pacar Ohm. Aku cinta sama dia. Haruskah ohm relakan perasaan Ohm padanya bun? Tapi Ohm tau, yang sakit bukan hanya dia. Tapi Ohm juga sakit." Bundanya menangis.

"Apa yang kamu harapkan dari hubungan itu Ohm? Kamu tau Ohm, bunda sama papa gak bisa punya anak. Kami tau rasanya. Lalu apa yang kamu harapkan dari pacaran sesama jenis? Laki-laki tak bisa melahirkan Ohm. Dia ga akan kasi kamu anak, dia gak akan bikin kamu bahagia ohm."

"Memang salah Ohm yang menyukai laki-laki. Ohm minta maaf sama bunda. Tapi selama ini Ohm selalu bahagia dengan dia." Semakin tinggi suara tangis bunda dan Ohm juga menangis.

"Kamu ninggalin bunda karna satu laki-laki ohm? Dia yang ngebuat kamu jauh dari bunda."

"Bunda, bukan gituu.. aku gak ninggalin bunda."

"Ohh ya? Nyatanya kamu disini, memilih dia didepan bunda." Ohm baru sadar ternyata hatinya memilih Nanon. Iya, sadar padahal dia sudah bingung. Mungkin meninggalkan bunda dan papa adalah jalan terbaik baginya.

"Kalau kamu gak mau pulang ke rumah, liat aja. Siapapun gak akan ketemu bunda. Bunda gak akan keluar kamar kayak yang kamu lakuin tiga hari kemaren."

Mungkin papa akan membantunya atau membujuk bunda. Gak apa. 

"Bunda ga akan sentuh makanan apapun sebelum kamu pulang."

"Bunda, tolong. Jangan gitu."

"Ohm, bisa kan kamu pulang? Bunda gak bisa tanpa kamu Ohm."

Rainbow MistWhere stories live. Discover now