Pengen Peluk Cium

234 25 3
                                    

Pintu apartement terbuka.

"Nan," Racha yang duduk disofa berdiri melihat Nanon datang. Ohm keluar dari kamar mereka dan mendekati Nanon.

"Non," Nanon hanya melihat Ohm. Masih ada lebam dipipinya. Tapi dia mengalihkan pandangan dan berjalan menghampiri Racha.

"Ikut gue!" Nanon menarik racha menuju kamar gadis itu dan menutupnya. Ohm diam ditempat.

"Nan, gue bisa ceritain semuanya. Dan ini semua demi kalian Nan."

"Itu cha, itu yang bikin gue kesel. Kenapa lo sampe ngancurin masa depan lo buat gue hah? Lo bakalan ngandung sembilan bulan cha. Lo ga bisa nikmatin masa-masa lo karir lo masa sama temen-temen lo. Dan itu semua buat gue? Lo bisa ga sih jangan ikut campur urusan gue."

"Ini yang bikin gue ga mau bilang dulu sama lo sebelum hasilnya positif. Kalo gue kasi tau lo akan ngelarang gue nan. Emang gue lakuin semua buat lo. Tapi ini juga buat gue nan."

"Apa untungnya buat lo cha. Kalau karna gara-gara hutang lo sampe bikin lo mau jadi ibu pengganti buat gue sama Ohm, gue gak terima Cha."

"Nan, memang gue sayang sama lo. Gue memang mau lakukan apapun demi lo. Tapi nan, jujur gue gak pengen selamanya terikat sama lo. Tinggal sama lo. Ngurusin lo selamanya. Lo juga punya pacar. Gue gak mau tinggal sama lo terus liat lo mesra-mesraan di rumah. Kadang gue juga pengen Nan ngerasain jatuh cinta dan hidup sama pasangan gue. Tapi gue selalu mikirin lo."

"Ya lo tinggal hidup memisah dari gue Cha, bukan ngandung anak yang nantinya nggak sama lo."

"Gue pengen kuliah lagi Nan, tapi gue punya hutang menggunung sama ayah. Gue ga bisa jadi orang yang benar-benar bebas kalau hutang gue punya masih ada. Lo ngerti posisi gue kan nan?"

"Nggak. Lo artinya pengen ngejauh dari gue kan?"

"Iya. Gue pengen punya kehidupan sendiri, ap itu susah buat lo terima Nan?"

"Bukan gitu cha." Nanon mulai meneteskan air matanya. "Gue minta maaf kalau selama ini lo ga nyaman sama2 gue terus. Gue minta maaf kalau kehidupan gue ngekang kebebasan lo."

"Gue ga bilang gitu Nan. Gue seneng, sama-sama lo gue bahagia hidup diantara kalian. Tapi gue juga pengen cari kehidupan gue sendiri. Karir gue sendiri bukan sebagai bawahan lo. Kalau teman, gue selalu punya kalian nan."

"Tapi lo ngandung anak yang bakal pisah sama lo cha."

"Nan, kalau anak yang gue kandung ini bakal jadi anak lo, gue sangat merasa bersyukur. Yang harus lo tau, gue yang nyarankan program surrogatemother sama ayah. Dan ayah setuju asalkan gue nganggap kalian masih keluarga gue setelah ini semua."

Nanon menghapus air matanya yang masih mengalir. "Lo sayang kan sama Ohm? Lo pengen terus sama dia kan nan?" Tanya racha. Nanon mengangguk.

"Lo harusnya terima keinginan kita semua. Lo ga sendiri Nan, ada ayah, ibu, gue. Ada Ohm yang selalu sayang sama lo. Harusnya lo bersyukur kita punya cara biar kalian tetap sama-sama."

"Tapi Cha,,"

"Gue tau, hamil itu berat. Gue tau lo bakal kasian sama gue. Gue berharap kita jaga sama-sama anak ini. Sampai dia lahir. Dan gue harap lo mau nganggap dia kayak anak lo sendiri nan." Nanon memeluk Racha.

"Sekarang mending lo ketemu Ohm. Dia kemaren sedih, takut lo ninggalin dia. Dia ngerasa bersalah karna ga bisa ngomong lebih awal." Nanon mengangguk masih memeluk racha. Dia melepaskan pelukannya dan menyeka air mata dipipinya.

"Racha, makasih. Lo malaikat yang tuhan kirim buat gue."

"Udah nangisnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Udah nangisnya. Keluar yok!"

Mereka membuka pintu kamar. Ohm menunggu didepan pintu kamar Racha. Racha meninggalkan mereka berdua. Nanon menatap Ohm, menatap semua nya pada wajah kekasihnya. Lebam yang ia ciptakan sudah menjadi biru. Tangannya terangkan menyentuh wajah Ohm.

"Shh"

"Sakit?"

"Sakit" jawab ohm sambil melihatkan wajah sedihnya.

"Udah diobatin?" Ohm menggeleng. "Kekamar ayok!"

Setelah berada dikamar dan menutup pintu, Ohm mendekati Nanon yang sudah duduk di tempat tidur. Menepuk sisi sampingnya, meminta Ohm duduk disana sedangkan ia mengambil salep untuk meredakan lebam dipipi Ohm.

"Sayang pelan-pelan!"

"Salah sendiri ga mau cerita."

"Karna awalnya aku takut rencananya ga berjalan dengan baik. Bunda sama Papa masih gak setuju. Terus waktu udah jalan programnya kamu lagi gak mau diganggu."

"Siap bilang ga mau, kamu yang gak mau ngebujuk."

"Ohh itu lagi ngambek ceritanya?"

"Dasar ga peka."

"Yaa ngambek karna apa aku kan gak tau. Tiba-tiba ga mau deket. Jadi aku mikirnya kamu fokus skripsi."

"Gimana ga ngambek denger kabar pacar gue dijodohin sama kakak gue sendiri."

"Hah? Kabar dari mana itu?"

"Mantan lo!"

"Mantan mana? Yang mana?"

"Mentang-mentang punya banyak mantan."

"Siapa Non?"

"Prigkhing bilang dia denger lo dijodohin."

"Oohh, mungkin mereka bisa salah sangka sih Non, setau gue bunda hanya akan bilang dijodohin sama anak kolega papa. Dia ga bilang sama yang mana. Karna gue cowok ya mereka aja mikirnya sama Racha."

"Hm" Nanon mengangguk.

"Nanon, skripsinya udah selesai kan?"

"Iya,"

"Ngambeknya udah selesai kan."

"Hmm iya kali,"

"Ada lagi gak yang bikin kamu kesel."

"Hmm sekarang belum ada ga tau ntar. Kenapa sih?"

"Aku kangen." Ohm memegang kedua pipi nanon dengan tangannya. "Pengen peluk. Pengen cium."

Nanon merentangkan tangannya dan mengarahkan pipinya mendekat pada Ohm. Tak membuang kesempatan yang diberikan Nanon, Ohm mencium lembut pipi Nanon. Kedua lesung pipinya kini terlihat. Ohm kembali mencium kanan dan kiri. Ciuman kupu-kupu di bibirnya, ciuman sayang di keningnya, dan mendekap Nanon dengan erat.

 Ciuman kupu-kupu di bibirnya, ciuman sayang di keningnya, dan mendekap Nanon dengan erat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan mikir macam-macam tentang gue Non. Gue beneran cinta mati sama lo. Jangan ninggalin gue, jangan pindah hati keorang lain. Tetap sama gue." Ia bicara pada Nanon yang masih dalam dekapannya. Kepala Nanon bergerak. Tangan Nanon melingkar pada tubuh Ohm. Akhir-akhir ini ia tak tenang, tapi dalam dekapan Ohm ia merasa tenang. Semua sudah jelas. Langkah keduanya sudah ada titik terang. Hanya tinggal mencapainya, semoga mereka bisa.

Rainbow MistWhere stories live. Discover now