02- TEMAN BARU

1.2K 114 0
                                    

Adara memasuki kelasnya, setelah mendengar iming iming berangkat dengan ketua Eight Stars, Adara menjadi malas keluar kelas.

Hal inilah yang menjadi alasan kenapa dia tak mau berangkat bersama laki laki menyebalkan seperti Gibran.

Seorang gadis di depannya tiba tiba menoleh kebelakang. "Emm, hai. Kenalin gue Violetta, panggil Vio atau Letta aja ya." Ucap gadis itu dengan grogi.

Devi menarik senyuman tipis. "Hai juga, gue Adara. Senang kenalan sama lo,"

"Iya, lo mau kan jadi teman gue?"

Adara mengangguk kuat. "Mau dong. Emang kamu ga punya teman di kelas?"

Gadis dengan kunciran kuda itu mengangguk. "Tapi bukan yang dekat. Mereka semua cuma datang sama gue ketika butuh jawaban matematika." Keluh Vio.

Adara tersenyum. "Jangan di kasih lah, lo mau aja. Itu namanya di peralat. Besok besok gausah di kasih" jelas Adara.

Vio melihat tatapan tenang dari Adara, memang benar kata Gibran. Tatapan gadis ini begitu menenangkan. Berbeda dengan penampilannnya.

"Tapi, nanti gue ga di temani sama mereka"

"Lo ga bakal mati ga di temani sama mereka. Lawan dong, sekarang ada gue. Lo boleh cerita apapun keluh kesah lo sama gue. anggap aja kita sering bertemu sebelumnya."

Adara memang pendengar yang baik, dia tau bagaimana rasanya ketika ingin mencari tempat untuk bercerita, tetapi tidak punya. Memendam bukanlah hal yang bagus juga.

Tapi, selagi bisa mendam sendiri, kamu tak akan merepotkan orang. Orang orang juga ga harus tahu tentang kamu yang sebenarnya.

Jangan salah memilih kawan untuk bercerita, karena apa?? Bisa saja mereka di depan seperti malaikat yang baik tetapi di belakang, mengomentari dengan yang lain.

Kita tidak tahu bukan? Jadi, siapa pendengar terbaikmu?

"Oww, makasih bangett. Lo baik ternyata, gue kira lo orangnya kalem ayem, cuek dingin lah pokoknya." Kata Vio membalikkan kursinya menghadap kearah Adara.

"Emang iya ya??"

Vio mengangguk setuju. "Gue bahkan baru lihat senyuman lo, ya walaupun tipis amat."

"Aneh lo Vi."

Vio terkekeh. "Oh ya, betewe gue denger denger lo tadi berangkat sama Gibran ya?" Tanya Vio.

Seketika suasana menjadi tak nyaman. Wajah Adara yang mulai berubah menjadi ketus. "Cepet banget ya nyebarnya?"

"Apapun yang berurusan dengan Star Boys, pasti cepat tersebar. Kan di Sekolah ini lambenya lebar semua."

"Gue ga suka yang begini. Ribut banget." Kesal Adara memainkan kukunya.

"Enak ya di bonceng sama Pak Ketua??"

"Ketua apa? Ketua RT?"

"Bukan, woi lah. Si Gibran noh."

Adara berdecak sebal. "B aja, sama kayak lo di bonceng. Bedanya lo diajak ke akhirat sama dia." Adara mengingat persis bagaimana brutalnya Gibran membawa motor tadi.

Vio tertawa sambil memukul meja. "Sebegitu lajunya ya? Gilak sih, kalau gue mungkin udah pingsan di tempat."

"Lo suka sama dia?"

Vio menggeleng keras. "Engga lah, gue sukanya sama itu loh."

Vio mengecilkan volume suaranya agar hanya bisa di dengar oleh Adara sendiri. "Yang manis itu lohh, ketua ekskul musik. Si Irsyad! Manis banget gila. Pantasan gula di rumah gue habis, ternyata di buat kopi sama bapak gue!" Sungguh pujian yang di luar otak.

GiDara (END)Where stories live. Discover now