hantu?

281 29 0
                                    

"...Aku dengar kalau pulang di jam segini itu bakal muncul..."

Halilintar niatnya mau meninju muka sok serius dari adik kembarnya yang luar biasa ini. Tapi pikirannya teralihkan dengan kondisi lingkungan mereka sekarang. Suasananya cukup tidak nyaman bagi Halilintar.

Tadinya mau pulang cepat. Tapi cecunguk di hadapannya merengek seperti bayi minta pulang bersama.

Halah, penipu ulung!

Dia itu cuma mau melancarkan isengnya setelah nonton film horor dengan teman sekelasnya dan menakuti Halilintar. Sudah dibilang kan, jangan melihat orang dari penampilan saja. Setampan-tampannya Halilintar dia itu punya kekurangan.

Selain maniak cabai dan punya trauma dengan suara ledakan, Halilintar itu kagetan. Jadi dia adalah salah satu makhluk bumi yang takut --maksudnya tidak bisa menikmati hal-hal mistis apalagi nonton film horor. No way! Gak mungkin.

Mungkin Halilintar nanti sewaktu punya pacar dia bakal milih film princess blink-blink daripada adu sensasi tegang dan sok gentle di depan kekasih. Sudahlah gagal gentle, kayaknya kekasihnya bakal mutusin dia juga.

"Singkirkan wajahmu sekarang atau kupatahkan tanganmu," ancam Halilintar.

Taufan berdecak sebal. Sepertinya pertahanan kakaknya sedang dalam mode maksimal. Iya sih, dia memang iseng mau menakuti Halilintar tapi sepertinya bakal susah dari biasanya.

"Cih, Hali gak seruu..."

"Jangan membuang waktuku dengan cerita tidak bergunamu itu. Sekarang sudah petang, Gempa bisa saja memotong jatah makan malam kita karena pulang terlambat," kata Halilintar.

"Woah, keren. Kalau di sekolah kayaknya Hali gak bakal ngomong sepanjang itu deh. Awh senengnya," ujar Taufan tidak nyambung. Halilintar mengepalkan tangannya berusaha sabar.

"Tapi emang ya, suasananya agak... Gak enak," kata Taufan mengusap tengkuknya. Halilintar mengiyakan hal itu. Kalau sampai Taufan yang biasa acuh tak acuh (padahal peka sekali dia itu) bilang begitu, berarti perasaan Halilintar benar.

"Ayo cepat pulang," ujar Halilintar. Taufan dengan senyum-senyum tidak jelas mengekori kakaknya.

Sampai di depan rumah mereka rasanya seperti di depan pemakaman saja. Tidak ada tanda kehidupan. Ini sudah jam enam sore tapi Gempa bahkan tidak menyalakan lampu depan. Kalaupun dia pergi pasti selalu laporan pada Halilintar atau Taufan layaknya prajurit lapor komandan. Tapi tidak ada hal seperti itu sampai mereka sampai depan rumah.

"Apa lampu depan rusak? Gempa jarang tidak menyalakannya," tanya Halilintar. Taufan mengangkat kedua bahunya.

"Sampai pagi tadi yang aku tahu lampu depan sehat walafiat. Ehmm... Gempa tadi miss call aku sih, tapi waktu kuhubungi lagi gak diangkat..." kata Taufan membuka pagar.

Tatapan Halilintar menelaah ke sekitar rumah. Perasaannya tidak enak kalau-kalau ada pencuri masuk ke dalam.

Taufan membuka pintu dengan mudah karena memang tidak dikunci. Halilintar sudah memberi pesan pada Gempa untuk tidak mengunci pintu depan hari ini karena Taufan lagi-lagi membuat masalah dengan menghilangkan kunci cadangan. Itu sebenarnya hanya pengalihan isu karena kunci Halilintar juga raib entah kemana.

"Etdah, sumpah ini rumah beneran Gempa udah pulang?!" karena Taufan yang jalan duluan dia membuat Halilintar mengernyit tak suka sebab berhenti begitu saja tanpa aba-aba.

Whussshh

Angin lembut menerpa keduanya. Baik Halilintar dan Taufan merinding bersamaan. Pintu padahal sudah ditutup oleh Halilintar. Tapi,

[Kumpulan] Trio OriWhere stories live. Discover now