Femina Macello

703 61 7
                                    

Flora membuka matanya kepalanya terasa sangat pusing, ia mengedarkan pandangan. Asing, tempat yang minim penerangan, "Ini dimana?" Monolog Flora. Dia tersadar kedua tangannya diikat kebelakang, Flora berusaha melepaskan ikatan itu.

Terdengar langkah kaki menuruni tangga, "Kamu tidak bisa lari, nona." Terlihat seorang wanita menarik sudut bibirnya menatap Flora penuh kemenangan.

Flora sedikit mendongak terlihat wajah seorang wanita yang ia kenal. "Olla!" Tatapan Flora seperti menaruh kebencian yang begitu besar.

Olla mendekati Flora dia sedikit menunduk, dagu Flora diangkat. "Akhirnya aku bisa mendapatkan kamu, wajahmu sangat mulus. Sepertinya seluruh tubuhmu juga mulus." Olla mengelus pipi Flora tangannya mulai turun ke leher, ia mencekik wanita itu dengan satu tangannya.

Tubuh Flora menegang matanya melotot, "Aa-kkhh, lepas." Dengan susah payah Flora mengeluarkan suaranya.

Bukan melepaskan cekikkan itu, Olla tersenyum menikmati reaksi Flora, "Sepertinya sudah cukup, aku tidak mau jika kau mati lebih awal. Sayang jika aku menikmati tubuhmu tanpa melihat reaksi, di wajah secantik ini." Olla melepaskan tangannya dari leher Flora dia berjalan menjauh, duduk di atas sofa yang berhadapan dengan Flora.

Olla menyalakan televisi yang berada di kanan Flora, "Berita terkini, dikabarkan detektif junior swasta yang bernama Floria Anastasya telah menghilang. Kabarnya dia telah diculik oleh pembunuh berantai yang dijuluki Femina Macello -" Olla mematikan televisi dia tertawa lepas setelah mendengar berita.

"Lihat nona, namamu sudah masuk berita. Sekarang kau terkenal, itu kan yang kau mau?" Kepala Olla teleng menatap Flora dengan senyuman menyeringai.

Wajah Flora memerah, alis dan dahinya mengerut, kedua tangannya ikut mengepal. "Dasar bedebah, kau wanita jalang." Flora Berteriak. Plak, satu tamparan mendarat dipipi kiri Flora.

Napas Olla yang tak beraturan dan tubuhnya yang gemetar menatap tajam Flora. "Jangan pernah memanggilku dengan sebutan murahan seperti itu." Dengan lantang Olla berteriak.

"Apa yang kau mau dariku?" Flora meninggikan nada bicaranya.

Olla mendekati Flora lalu ia mencekik gadis itu. "Aku mau kamu, Floria Anastasya." Ia semakin kuat mencekik leher wanita itu membuat Flora perlahan kehilangan kesadaran.

_


Sudah hari kedua Flora berada di ruangan minim cahaya, sepertinya Flora sudah tau ia dimana. Ruang bawah tanah, tempat yang jarang orang Indonesia miliki pada umumnya.

Bisa saja tempat ini tak terjangkau oleh polisi, apalagi mereka tidak mengetahui bahwa pembunuh yang selama ini mereka cari adalah Veolla Angelina Abigail wanita yang terlihat ramah, baik, sopan, penyayang binatang, dan hatinya begitu lembut jika di depan umum, ia bisa saja menangis hanya karna melihat tanaman mati.

Berbanding terbalik jika dia sendirian apalagi sudah bersama korbannya, wanita itu berubah menjadi seperti monster. Dengan senang hati ia akan melenyapkan korbannya.

Olla menuruni tangga membawa nampan makanan, ia tersenyum melihat Flora yang sudah bangun dari tidurnya,"Hai nona, sudah bangun? Lihat apa yang aku bawakan untukmu." Olla menyodorkan nampan berisi makanan dan minuman.

Tubuh Flora tidak bisa bergerak, sepertinya wanita gila itu sudah memberinya sesuatu saat dia pingsan. Dia di baringkan di atas kasur yang sebelumnya Olla bawa dari atas.

"Astaga Olla, ternyata eksperimenku gagal, seharusnya obat itu hanya membuatmu tak bisa bergerak tapi efeknya berlebihan." Olla menepuk jidatnya, ia tertawa geli mendapati eksperimennya gagal lagi.

"Sepertinya aku tidak bisa memberimu makan dan minum, akan aku lihat perkembangannya. Semoga kamu bisa kembali berbicara, sayang." Olla tersenyum lalu ia mengecup kening Flora. Ia berjalan pergi meninggalkan Flora sendirian.

_

1 minggu berlalu namun polisi belum menemukan siapa pelaku dan di mana Flora berada. Sepertinya orang-orang menganggap Flora sudah dibunuh, dan mereka hanya perlu mencari jasadnya.
Sebelumnya Olla hanya membiarkan korbannya hidup selama 24 jam setelah di culik, tapi berbeda dengan Flora wanita itu masih hidup dan sehat, tidak ada luka ditubuhnya.

Olla duduk di atas kasur menghadap Flora yang posisinya duduk namun tidak bisa bergerak. "Kamu selalu cantik, gaun ini sangat cocok untukmu. Sayang, kita tidak bisa berdansa mengingat kondisimu." Olla mengerucutkan bibirnya menatap Flora.

"Kenapa kamu belum juga membunuhku, aku lebih baik mati daripada harus seperti ini terus menerus." Flora berteriak, ia sudah lelah jika harus menjalani hidup dengan kondisi tidak bisa bergerak.

Olla duduk di atas pangkuan Flora ia mendekatkan wajahnya, menatap wanita itu. "Sayang, jangan berbicara seperti itu. Aku cinta sama kamu, membunuhmu bukan pilihan yang tepat." Olla mengangkat kedua tangan Flora, ia menciumnya.

"Kita akan selalu bersama selamanya, menikah, dan memiliki anak. Aku bisa membayangkan betapa bahagianya kita menjalani hidup berdua." Sudut Olla terukir senyuman yang penuh arti.

Terlihat wajah Flora geli mendengar pernyataan itu keluar dari mulut seorang pembunuh. "Wanita gila, aku tidak akan sudi menikah dan memiliki anak bersamamu." Flora meludah tepat di wajah Olla. Wanita itu mengusap kasar wajahnya.

Olla mencekik Flora, wajahnya memerah dan tubuhnya gemetar. Ia beranjak dari kasur berjalan menuju meja, mengambil suntikan berisi cairan bewarna bening lalu menyuntikkan kepada Flora.

Olla mundur beberapa langkah saat sadar ia telah menyuntikkan racun kepada Flora. Ia seperti frustasi atas tindakan yang ia lakukan.

Flora mulai merasakan efek racun yang disuntikkan Olla, beruntung tubuhnya mati rasa efek dari racun itu hanya terasa pada area kepala Flora. Perlahan Flora mulai menutup matanya.

Olla yang melihat itu berusaha membangunkan Flora. "Sayang jangan mati sekarang, maaf seharusnya aku tidak menyuntikkan racun itu. Sayang, jangan pergi dulu aku mau bersama denganmu lebih lama." Olla menepuk pipi Flora, ia memeluk erat wanita yang sudah tidak bernyawa itu.

Olla melepaskan pelukannya, ia tertawa lepas. Lalu ia menampar dirinya sendiri yang masih tertawa. Olla mengambil suntikan yang lain, lalu ia menyuntikkan racun itu kepada dirinya sendiri.

_

"Polisi berhasil menemukan tempat persembunyian pelaku, saat sedang menggeledah rumah pelaku ditemukan ruang bawah tanah, saat di cek petugas kepolisian menemukan 2 orang jasad yang sudah membusuk. Diduga itu jasad dari Floria Anastasya, korban dan Veolla Angelina Abigail, sang pembunuh berantai yang selama ini dicari. Dari hasil forensik, kedua jasad mati karena racun, diduga Floria Anastasya dibunuh terlebih dulu lalu Veolla Angelina Abigail menyuntikkan racun sendiri"

Ini dia cerita yang membuat aku dilema😌

Gimana menurut kalian?

Mau aku buat versi cerita sendiri?

Kalau bahasa dan penulisnya masih kurang, mohon dimaafkan. Aku masih terus belajar 🙏

FLOLLA (One Shoot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang