Part 2

347 27 0
                                    

Kali ini, secara diam-diam tentunya, [Name] keluar dari desa yang disebut oleh Ryuuzi Hyuuga atau kakak laki-lakinya.

Di tengah perjalanan, [Name] mengutarakan isi kepalanya. Ia bertanya, "nii-sama disiksa tetua itu karena apa? Apa karena hal yang serupa denganku?"

Ryuuzi menganggukkan kepalanya. "Sama seperti dirimu, aku disiksa karena masalah sepele. Si bangsawan tua itu tidak suka dengan keberadaan kita."

Ryuuzi mendongakkan kepalanya. "Yah, itu bukan hal yang baru dalam klan kita. Jangan pikirkan itu terlalu lanjut."

[Name] menganggukkan kepalanya. Gadis itu setuju. Dilihat dari manapun, tetua itu adalah sosok yang berpengaruh. Kata bangsawan yang diucapkan Ryuuzi meyakinkannya bahwa kemungkinan kasus ini diusut sangatlah kecil. [Name] tidak berharap lebih.

[Name] menatap wajah Ryuuzi, lelaki yang terlihat lebih tua daripada dirinya. Dengan iseng, ia bertanya, "nii-sama tinggi sekali. Kenapa nii-sama berbeda denganku?"

Itu pertanyaan iseng sekaligus menggali informasi. Dari pertanyaan sebelumnya, kepribadian Ryuuzi terlihat jujur. Tidak ada niat manipulasi di dalamnya. Sekali-kali, rasanya tidak mengapa [Name] yang berniat manipulasi dengan pertanyaan sepele. Toh, tidak merugikan Ryuuzi juga!

Ryuuzi terkekeh. "Yah, kita memiliki gen tinggi dari si tua itu. Karena aku lebih tua dua tahun darimu, aku bisa lebih tinggi darimu. Santai saja, kalau kau berusia dua belas atau tiga belas sepertiku, mungkin kau akan setara dengan tinggiku sekarang."

[Name] menganggukkan kepalanya. Ia mengerti. Sekilas informasi telah masuk di dalam kepalanya.

[Name] berasal dari klan Hyuuga. Anak tidak sah dari ketua klan, Hiashi Hyuuga dengan sosok penari yang dibenci Hiashi Hyuuga. Menurut Ryuuzi, Hiashi memiliki putri sah lebih muda darinya. Yah, itu bukan hal yang aneh jika menyingkirkan anak tidak sah sepertinya ketika ia memiliki anak yang sah apalagi dengan adat dan prinsip kental klan. Itu hal yang realistis untuknya meskipun tidak bisa diwajarkan.

Suara deheman dari Ryuuzi menyita perhatiannya. "Apa malam ini seindah yang kau bicarakan kemarin?"

[Name] mengernyitkan dahinya. Namun, ia berusaha menjawab sebisanya. "Langit menampilkan awan mendung, Ryuu-nii. Prediksiku salah. Maaf."

"Tidak apa. Tidak perlu merasa bersalah, imouto."

Lalu, dengan tiba-tiba, Ryuuzi memegang pundak [Name]. Menghadap ke arah [Name] dengan raut wajah serius. "Mulai saat ini, nii-sama akan mengajarkan semua ilmu yang nii-sama ketahui. Agar kau bisa melindungi dirimu. Mengerti, [Name]?"

[Name] mengangguk. Bagaimanapun, ia tidak begitu mengetahui ilmu dan seluk beluk dunia ini. Namun, [Name] ingat bahwa Aria pernah menyebutkan nama hyuuga dan Konoha di masa lalu.

✧-'-✧

Sesuai ucapan kakaknya, [Name] mulai mempelajari ilmu ninjutsu, taijutsu, ataupun doujutsu. [Name] mulai mahir dan meningkatkan kemampuan tanpa mengetahui bahwa penyakit Ryuuzi kembali hadir.

[Name] tinggal di desa kecil lingkup desa hujan atau amegakure. Keduanya hidup di sebuah gubuk tidak berpenghuni yang baru saja mereka temukan.

[Name] tersenyum kecut ketika menemui Ryuuzi yang sedang duduk di dalam rumah. Dalam hati, [Name] merapal maaf. Ia memberanikan diri untuk duduk di samping Ryuuzi.

"[Name]?"

"Aku di sini, nii-sama."

"Bagaimana?"

"Maaf. Aku gagal lagi."

Ryuuzi terkekeh. Ia mengusak rambut adiknya. "Tidak apa. Mungkin esok hari kita akan mendapatkan pekerjaan. Bersemangatlah!"

[COMPLETED] The Wasted One [Sasuke X Reader]Where stories live. Discover now