4 The House

200 38 8
                                    

Hey Guys...!!! Welcome back to my story...!!!

Gimana kabarnya?? Ada yang nungguin Alan dan ceweknya?

Penampakan rumahnya kira-kira mirip kayang yg di story instagram author ya. Kalian bisa lihat di sana

Jadi kemaren hari minggu author gak sempet up karna ada bberapa kendala. Tapi hari ini author up biar gak ketinggalan ceritanya 😊

Sebelum baca jangan lupa VOTE ya biar gak kelupaan. Sekarang kita masuk aja. Hope you guys enjoy it, let's check this out.

Enjoy and happy reading.

*
*
*

Alan menatap Will dengan wajah datarnya. Ia bingung bagaimana menjelaskan situasinya kepada pria itu.

"Oh Will, begini, bisakah kau memberikan keringanan untukku? Aku akan membayarnya bulan depan," tanya Alan setelah berpikir singkat.

"Alan, kau sudah menunggak 3 bulan, dan sekarang masih meminta tambahan waktu? Aku sudah harus membayar pajak bulan ini," tolak Will.

"Begini Will, sebenarnya aku baru saja kehilangan pekerjaanku, aku tidak memiliki uang saat ini. Tapi aku janji akan membayarnya segera setelah mendapatkan pekerjaan baru," ujar Alan menjelaskan situasinya.

"Benarkah? Kenapa kau sampai kehilangan pekerjaan? Apa kau bekerja dengan lalai?" tanya Will curiga.

"Bukan. Itu hanya masalah pribadi," jawab Alan mengingat Clark yang menyebalkan.

"Seharusnya kau bisa bekerja dengan professional dan meninggalkan masalah pribadi saat sedang bekerja Alan. Sekarang kau bahkan kehilangan pekerjaan. Sementara uang sewamu belum kau bayar." Ujar Will mulai mengomel.

"Ya, aku juga tidak menginginkan itu," balas Alan mulai malas.

"Aku juga memiliki hidupku sendiri Alan, ada hal-hal yang harus kubayar dengan sewa para penyewaku. Aku tidak bisa membantumu lagi kali ini," ujar Will menggeleng.

"Apa maksudmu Will?" tanya Alan mulai serius.

"Maafkan aku Will. Tapi kau harus keluar dari sini. Tidak ada yang menjamin kau akan segera mendapat pekerjaan secepatnya, sementara aku tidak bisa lagi menunggu. Satu-satunya jalan adalah kau keluar dari sini dan aku akan menyewakan kamar ini kepada orang baru," jawab Will mengangkat bahunya.

"Will, bagaimana kau bisa melakukan itu padaku? Aku baru saja terkena musibah," protes Alan.

"Maafkan aku Alan, tapi hidup harus terus berjalan. Aku tidak bisa lagi menunggumu," balas Will.

"Will, aku janji akan melunasinya setelah mendapat pekerjaan baru," ujar Alan lagi masih berusaha.

"Kau tidak perlu membayar tunggakan sewamu. Anggap saja itu bantuan terakhirku. Selanjutnya kuharap kau sudah mengosongkan kamar ini siang nanti," ujar Will tak tergoyahkan oleh bujukan Alan.

"Will," panggil Alan lagi speechless.

"Maafkan aku Alan, kuharap kau beruntung," ujar Will sembari menepuk bahu Alan dan berlalu dari situ.

"Sialan," umpat Alan ketika Will sudah pergi dari hadapannya. Kesialan apa lagi ini? Kini dirinya bahkan diusir dari tempat tinggalnya.

***

Setelah membereskan semua barangnya yang ternyata tidak banyak, Alan benar-benar meninggalkan kamar yang telah ditempatinya selama beberapa tahun belakangan ini. Will sama sekali tidak memberikan keringanan kepadanya dan memintanya pergi dari kamar itu.

The Red LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang