Bagian - 4

577 97 5
                                    

Joanna baru saja selesai menidurkan anak-anaknya saat asisten rumah tangganya memberitahu bahwa ibunya Bastian datang dan tengah menunggunya di ruang keluarga. Sebelum menemui sang tamu yang jarang sekali menyambangi kediamannya, Joanna melipir terlebih dahulu ke dapur, mengambil camilan dan membuat minuman untuk disuguhkan. Kebetulan, sejak menjadi ibu rumah tangga, hobi Joanna berkutat dengan tepung dan telur terealisasi. Semua kue kering dan basah yang berada di atas nampan ini adalah hasil olahannya sendiri.

"Mami sehat?" Tanya Joanna setelah menjabat dan mencium punggung tangan ibu mertuanya. Saat berhadapan dengan wanita paruh baya ini, secara otomatis Joanna langsung terbayang paras Bastian. Berbeda dengan Braga yang lebih mirip Ditiro Subagyo, ayah mertuanya, Bastian justru foto kopi dari ibunya. Paras rupawan, hidup mancung, kulit putih. "Tumben Mami nggak chat dulu kalau mau ke sini?"

"Kolesterol Mami baru saja tinggi, Jo. Sampai nggak bisa tidur dua hari. Badan juga pegel-pegel semua." Jawab si mertua, seraya memberitahu tentang kondisi kesehatannya.

"Wah, berarti nggak boleh dong makan ini?" Joanna merujuk pada macam-macam camilan yang baru saja dihidangkan di hadapan sang mertua. "Kalau gitu jangan dimakan. Terus, Mami dikasih apa dong? Oh, aku ada buah. Mami mau aku kupasin pir?" Tawarnya.

"Hih, apaan sih! Orang Mami mau cobain kue buatanmu. Sekarang Mami sudah sehat, Jo. Kolesterolnya minggu lalu, sekarang sih sudah balik normal lagi." Ibu mertuanya mencomot satu kue sus kering dengan isian cokelat, langsung dimasukkan ke mulutnya.

"Tapi nggak boleh banyak-banyak ya, Mi. Soalnya kan baru sembuh." Tegur Joanna khawatir.

Wanita paruh baya itu juga menyambar jus kacang hijau dan diteguknya hingga separuh. "Enak banget, Jo. Gimana ini cara bikinnya bisa enak banget? Kasih resepnya, nanti biar dipraktekin sama Mbak di rumah." Digerakkan gelas kaca itu dengan raut penasaran.

"Mami cukup minta aja ke aku, nanti aku buatin." Sahut Joanna. "Sudah, Mi, jangan banyak-banyak." Joanna mengambil alih benda pecah belah itu dan diletakkan kembali ke meja. "Kemarin Ibu juga ngeluh ke aku rambutnya rontok dan susah tidur. Ternyata kolesterolnya sampai tiga ratus. Asam uratnya juga di atas normal. Katanya habis makan usus goreng dua hari berturut-turut. Dikasih sama tetangga." Belum lama ini ibunya juga mengeluhkan hal yang sama dengan yang dirasakan mertuanya.

"Ya ampun, usus goreng?! Kalau Mami sih sudah lama banget nggak makan begituan, Jo. Kamu kan tahu sendiri Mami cukup selektif sama makanan."

"Makanya itu, Mi, kok Mami bisa kolesterol tinggi sementara makanan yang masuk selama ini cukup terjaga."

Ibu mertuanya mengendikkan bahu. "Terus gimana sekarang kondisi ibumu?" Tanyanya.

"Sekarang sudah sehat, Mi. Terakhir kali dicek sudah normal semua. Pola makan diatur banget. Sekarang mulai ikut aerobik lagi. Kalau pagi jalan-jalan keliling komplek sama Bapak." Jawab Joanna panjang.

"Baguslah! Mungkin Mami kurang gerak juga. Besok Mami akan coba ajak Papi jalan-jalan pagi deh. Pasti seru ya." Ibu mertuanya ini tipikal wanita seru dan asik saat diajak ngobrol. "Oiya, Jo, ada yang mau Mami omongin sama kamu." Tatapan ibu mertuanya berubah serius. Meski sudah mempersiapan diri, tetap saja Joanna merasa was-was.

Hening sejenak. Keduanya saling tatap.

"Mami minta maaf atas nama Bastian, Jo. Tolong kali ini maafkan dia. Kamu bisa minta apa pun pada Mami sebagai kompensasi atas kesalahan anak Mami. Selama Mami mampu, akan Mami kabulin. Kamu mau mobil baru? Tas baru? Atau kamu mau rumah? Mami baru aja kelar bikin. Untuk sementara kamu bisa pindah ke sana. Mami tahu, pasti kamu butuh ruang untuk menyendiri." Bisnis properti adalah salah satu dari sekian banyak bisnis yang dimiliki mertuanya. Tapi, Joanna tidak membutuhkan itu semua. Ia hanya ingin bercerai, dengan hak asuh anak berada di tangannya.

"Mami janji setelah ini akan ngedidik Bastian lebih keras lagi, Jo. Mami pastikan Bastian putus sama Anjani. Tolong, kasih Bastian kesempatan. Mami yakin dia hanya khilaf. Jangan langsung minta cerai ya, Jo. Tolong, pikirkan juga anak-anak kalian. Sekarang kamu juga lagi hamil. Kasih kesempatan Bastian jadi suami siaga dan bertanggung jawab." Saat menikah dengan anak mami, Joanna tidak memperkirakan hal semacam ini akan terjadi padanya. Setelah merasa tidak mampu melakukannya sendiri, sekarang Bastian menyodorkan ibunya untuk ikut membujuk.

"Laki-laki khilaf itu biasa, Jo. Sekali ketahuan, jangan terlalu dimasukin hati. Pengadilan agama akan kewalan kalau baru ketahuan sekali, langsung minta cerai. Setidaknya, kamu harus ngasih kesempatan. Sebagai ibu nggak boleh mementingkan perasaan sendiri. Kamu sudah ada anak, pikirkan juga psikis mereka. Masih lebih baik memiliki orang tua utuh ketimbang yang nggak."

Joanna tercekat. Merasa tidak ada satu pun orang di dunia ini yang paham betapa sakit berada di posisinya sekarang.

NYARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang