02 How to defeat Superman (1)

8 1 39
                                    

Secara singkat selama 4 tahun aku tidak memiliki nama, Conner memanggilku Darling dan Lex hanya berkunjung satu kali tiap tahun. Aku tidak keberatan, soalnya uangnya mengalir deras sehingga aku tidak kekurangan. Soal kasih sayang? HAHAHA punya kedua saudara yang mampir tiap beberapa hari sekali membuatku kembung kasih sayang.

Katakan saja Kak Resti yang mampir tiap malam dengan kostum nyentrik super ketat tapi beruntung dia yang alergi dingin mau menggunakan tambahan jaket di luar kostum ketatnya. Katanya sih dia mau memberantas kejahatan dan mengajakku ikut untuk mengisi waktu luang.

"Pasti seru, Bundo."

"Aku remaja jompo."

"Ayo lakukan sedikit acroBATic."

Tiap kali dia menawarkan hal itu aku menolak, aku tidak berbakat melakukan akrobatik yang dia maksud. Dan bila itu menggunakan kata acroBATic dengan BAT yang kapital pasti tidak jauh-jauh dari jatuh tersungkur ala pahlawan super berinisial Nightwing.

Dan apa yang lebih gila?

"Aw~ tiap Abang tersungkur aku jadi makin cinta."

Sementara itu bila Conner berkunjung akan ada sebuah keadaan dimana makananku dicuri, sampah berserakan dan seorang alien patah hati yang menangisi foto dua pemuda yang sedang bergandengan tangan. "Harusnya aku yang di sana TT."

"Kasihan ... mana masih muda lagi. Move on aja kak, banyak manusia dan alien di tata surya ini. Ya kalau mau sama kamu sih."

Conner menggeleng, "Darling, kita harus optimis. Kalau aku bisa sama dia nanti kamu kecipratan uang loh!"

"Cita-cita kok jadi sugar baby."

"Mana ada aku mau jadi sugar baby."

"Lah itu tadi apa?!"

"Cuma mau dinafkahi Timothy kok," sahutnya.

Aku memutar kedua bola mataku, sama saja, batinku. Walaupun empat tahun ini hubungan kami terlampau baik dengan sesekali mengamuk karena urusan perut tetapi aku tidak akan mendukung kakakku yang jamet itu bersama Timothy Drake. Big no! Hell no! My brother nggak boleh jadi homo!

"Pokoknya nggak bakal aku restuin."

"Nggak minta restumu, wleee."

"Dih."

Dan bila Lex Luthor datang, kami semua harus berkumpul di sebuah meja makan sebagai satu keluarga yang katanya cukup damai. Kak Resti pasti diam-diam memberi tatapan 'bombastis side eyes' dan Conner yang tidak peduli dengan cara melihat ponsel. Sementara aku?! Ya, tentu aku memandangi kepala botak ayahku yang menyaingi bohlam lampu apartemen.

Apa dari semua penelitian dan alat-alat canggihnya tidak ada yang bisa menumbuhkan rambut?!

"Kita di sini untuk membahas cara mengalahkan Superman." Lex Luthor memulai percakapan. Kak Resti tertarik, Conner melirik, aku menunggu adegan anarkis. "Siapa yang mau ikut dalam rencana ini?"

Tidak ada yang mau.

Conner mencibir, "Paling kalah lagi."

"Sudah lah Bundo, mari tobat dan berlatih acroBATic bersamaku," sahut kak Resti.

"Ayah sudah jompo, Kak." Aku menyahut dengan sedikit tertawa, "Coba bayangkan pria botak melakukan kayang."

"HAHAH MIMPI BURUK!" Conner melempar ponselnya ke sofa, perhatiannya sepenuhnya berpindah antara aku dan Luthor. "Kalau Lex lebih tinggi dia bisa memerankan karakter Slender Man waktu Helloween."

"Memang keluarga kita pernah merayakan Helloween?"

"Oh ..." Kak Resti berdiri, dia berjalan ke belakang punggung ayah dan mendaratkan beberapa pijatan kecil. "Kita rayakan Helloween saja, Bundo."

"Memang ayah akan setuju?" tanyaku. Pria workaholic plus tukang iri itu mana ada waktu untuk permainan anak kecil.

Sebelum Kak Resti menjawab, ayah kami lebih dulu angkat suara. "Bisa."

Aku terperangah, hampir menganga kalau saja suara gebrakan meja yang diakibatkan ulah Conner tidak segera menarik kesadaran. "INI BULAN FEBRUARI!"

"Memang Haloween harus selalu Oktober?"

"Teknisnya begitu."

"Kalian selalu berdandan sebagai pahlawan super tidak perlu bulan tertentu untuk memakai kostum, 'kan?"

Conner terdiam tetapi senyumnya mulai tersungging. "Aku akan menjadi zombie super."

"Jangan zombie ih," sahutku. Zombie Conner pasti jelek, satu-satunya zombie tampan hanya calon pacarku seorang.

"Harusnya kalian pakai kostum balet," sela Kak Resti.

Aku memelototi wanita yang kini tertawa di tempat duduknya. Dia memakan roti lapis lezat sambil sesekali melirik Luthor. Luthor sendiri mengerutkan kening, pikirannya sedang mengelana jauh memikirkan banyak ide brilian di tengah perdebatan aku dan Conner tentang kostum zombie sampai sebuah lampu bohlam imajiner muncul menyaingin kekinclongan kepala botaknya.

"Kalian harus menggunakan kostum Superman."

"Hah apa?"

"Buat kekacauan dan cemarkan nama keluarganya. Bila sudah begitu dia akan mendatangiku cepat atau lambat dan aku akan memasang perangkap."

"Ah malas," keluh Conner, kami menyelesaikan acara jambak-jambakan manja setelah dia menatap Luthor sinis. "Toh orang-orang sudah tau wajahku."

"Wajahku juga, Bundo."

Loh loh kok pada melihat ke arahku sih?

"Kamu yang pergi."

Tarik napas, tenang, tenang ... hembuskan perlahan. Sebagai anak baik dan calon penerima warisan aku tidak boleh menolak.

"Oke." Demi warisan dan menafkahi lelaki tukang palak di dunia ini. "Kapan aku harus pergi?"

"Sege-"

"NO!" Kak Resti menerjang dan memeluk tubuhku, dia memulai air mata paling dramatis yang pernah aku lihat. "Jangan tumbalkan adikku, biarkan aku saja yang berkorban."

"JANGAN SURUH DARLING MELAKUKAN KEJAHATAN! DIA BARU 4 TAHUN!"

Tapi pikiranku sudah dewasa kok.

"Iya tuh, An- eh maksudku anak ini belum tau tempat-tempat di kota. Kalau tersesat bagaimana?"

Kak Resti menggerutu, dia yang paling gencar memberikan pertanyaan kritis ke ayah yang dengan wajah masam dan kepala botaknya menyeruput segelas kopi sebelum akhirnya menjawab dengan sangat logis.

"Tinggal pasangi dia GPS."

"Kalau ada penjahat yang nyerang dia?!"

"Separuh DNA-nya berasal dari Wonder Woman, apa yang kamu takutkan?"

"DIA BELUM MAHIR!" Conner menyela. Dia menggebrak meja, meja yang kami tempati ambruk dan semua makanan terbuang sia-sia. "Nanti bagaimana jika penjahat menangkap Darling dan paling buruk dia diculik."

"Dia sudah dipasangi GPS."

"Jika GPS nya dibuang penculik?'

"Tinggal gunakan kemampuan pendengaran supermu, jangan jadi orang yang tidak berguna."

Ya ampun, aku mendengarkan perdebatan antara kedua lelaki berbeda prinsip dan pikiran. Menurutku Conner terlalu khawatir dan Lex terlalu santai untuk seukuran ayah yang akan mengorbankan buah hatinya ke sarang penjahat. Ah, lagian pula aku tidak keberatan bila diculik.

"Jangan berfikir aneh-aneh, An." Kak Res menasehati ku ketika kami tidak sengaja bertemu pandang.

"Tidak aneh-aneh, kok," bantahku cepat. Aku beralih ke sisi Conner, "Tenang kak, aku akan baik-baik saja. Jadi jangan khawatir saat aku melaksanakan tugas dari Ayah."

"Tapi Darling kalau kamu diculik?"

"Kan big bro-ku ini super keren dan bisa menolongku!"

Singkat kata aku diizinkan! All hai! Dunia aku datang! Aku akan menjadi anak favorit Luthor sehingga mendapatkan warisan dan akan menafkahi kesayanganku UwU.

"Jangan aneh-aneh, An." Suara kak Resti masih terngiang-ngiang.

"Nggak janji."

.
.

Besoknya aku terkena karma.

Keluarga BencanaWhere stories live. Discover now