06 Unexpected

9 1 28
                                    

Aku baru saja bangun kesiangan saat Kak Resti bilang Lex mengunjungi apartemen. Sehingga, aku dengan lunglai mandi dan mengganti pakaian yang hanya memerlukan waktu sepuluh menit. Terimakasih kepada kaos milik Conner dan celana santai Kak Resti yang aku curi beberapa waktu lalu.

Kakiku mulai menaiki anak tangga dimana Lex sudah menunggu, ditengah perjalanan Conner menyerobot antrian. "Yang terakhir sampai jadi batu krypton pink."

Kak Resti geleng-geleng maklum, sudah terbiasa sendari dulu. Bila Conner tercipta dalam bentuk bayi, niscaya Kak Res yang akan menjadi ibunya. Merawatnya, menerima tendangan super kuat, atau mendengar sendawa mirip gemuruh. "Ayo, An."

Dia mempercepat langkahnya, dan aku membuntuti layaknya ekor kucing di belakang. Begitu kami sampai yang aku dapati adalah menabrak punggung Kak Resti.

"Kenapa? ada apa?"

Belum sempat kekhawatiranku dijawab, suara unik membuatku kaget. "Anak-anak tersayangku."

Dan begitu aku mengintip dari balik punggung Kak Resti, Lex Luthor telah tersenyum di hadapan kami. Pria botak yang senantiasa tak acuh merangkul pundak Conner seperti ibu beruang. Aku mencubit diri sendiri begitupun Kak Resti. Pemandangan aneh agak menyeramkan membuat kami membatin, ada apa dengan Luthor?

"Ayah," panggilku.

Dia menawarkan pelukan hangat. Aku ragu-ragu menarik Kak Resti ikut mendekat, sembari memejamkan mata aku hampiri pria penyumbang DNA-ku dan menerima pelukannya. Rasanya tidak buruk tetapi sesak karena Lex memeluk kami bertiga secara bersamaan.

Aku kira dia sudah tobat, ternyata, "Tolong lindungi aku dari Batman."

Dan begitulah aku dan Kak Resti terjebak di mobil yang sedang melaju lambat kemudian mengerem mendadak. Pria berotot besar di kursi kemudi tidak berani bergerak sebab sesuatu menabrak bagian depan mobil.

"Jalan," perintah Luthor. Wajahnya yang arogan berapi-api menatap ke depan. "Gilas saja sekalian."

Sayangnya, suara berat dan kostum kelelawar yang korban kenakan di depan membuat sopir ketakutan untuk melaju. Aku berdehem, mencoba mencairkan suasana yang amat tegang.

"Percuma kalau Ayah menabrak Batman sekarang, kalau dia tidak mati dia akan menghantuimu nanti malam, loh."

"Betul tuh, Bundo." Kak Resti tertawa, dia hampir menawariku snack apabila tidak mendapatkan pandangan sinis dari Luthor. "Mau juga?"

"Jangan main-main, tugas kalian hari ini adalah mengawalku dan klien. Resti, kamu sudah membuat ilusi yang mengubah wajahku?"

Kak Resti mengangguk, "Aku juga sudah menanamkan sugesti pada Batman saat dia tertabrak tadi, kamu pasti akan aman malam ini. Asal tidak berbuat macam-macam."

Aku menyimak percakapan mereka, diam-diam bertepuk tangan dengan kekuatan Kak Resti. Membuat ilusi itu keren, aku bisa pergi kemana-mana dan tidak akan ketahuan karena ada ilusi aku sedang rebahan santuy di dalam rumah.

"Ngomong-ngomong kita tidak menolong Batman?" Kak Resti memastikan, dia menunjuk ke arah depan. Walaupun begitu dia tidak akan tega menyuruh sopir yang ketakutan sehingga dia yang mengambil inisiatif. "Toh menolong calon ayah mertua bukanlah ide buruk."

Wanita itu membuka pintu mobil sebelum Lex sempat mencegah.

"Anak siapa sih?" tanya Lex dongkol.

Aku tersenyum, "Anak Ayah."

"Ck. Anakku tidak boleh ada yang bersama keluarga pria kelelawar itu. Apalagi Resti, tidak akan restui. Dia harus mempermalukan Superman dulu bila ingin direstui, ah benar, aku akan menjadikan itu syarat sebelum kalian menikah." Lex mengoceh, baru kali ini aku melihat dia menggebu-gebu. Biasanya hanya wajah kusut dengan tatapan datar tiap kali berkunjung.

Dia seharusnya tau identitas lain Kak Resti sebagai NightQueen dan menyadari hubungan putrinya itu dengan si Robin pertama.

"Kalau Ayah menetapkan hal seperti itu mungkin aku dan kakak-kakakku akan melajang seumur hidup."

Aku masih memperhatikan dia yang hanya fokus ke arah depan, tidak menoleh atau merubah ekspresi datar di wajahnya yang sedikit memiliki keriput.

"Aku mampu membiayai kalian seumur hidup."

Aw. Aku terkesan dalam beberapa hal: Kekayaan Lex Luthor dan ketersediaan dia merawat kami.

Kalau saja dia tidak iri atas pencapaian Superman mungkinkah dia bisa menjadi salah satu pahlawan di metropolis? dan di dalam komik asli tidak terlalu berambisi pada senjata ciptaannya dan bisa berhubungan lebih baik dengan Conner.

"Jika Kak Resti dan Conner menikah, aku yang akan menggantikan mereka merawat Ayah."

Dia menoleh ke arahku, bibirnya terbuka tetapi kemudian tertutup rapat lagi.

Sebuah benturan tiba-tiba membuat mobil yang kami tumpangi bergoyang diikuti suara tembakan dan bau mesiu, aku berpegangan pada jok depan sehingga kening mulus-ku tidak membentur benda keras. Begitu guncangan selesai aku dapati Kak Res mengetuk jendela mobil. Dia memberikan jempol ketika membuka pintu.

Mataku otomatis mengarah padanya.

"Aman, Kak?"

"Aman." Wanita cantik itu memasukkan senapan kembali ke tas kecil yang dia bawa. "Batman dan Red Hood akan mengurus sisanya."

"Dimana?"

Kak Resti menyadari rasa penasaranku dan menunjuk luar jendela, aku buru-buru bergeser ke kaca jendela di samping Kak Resti hanya untuk mendapatkan kehampaan malam hari.

"Atap gedung. Dia sniper."

"Apa kerennya manusia bertudung itu?" Lex bertanya. Mungkin karena baru sekarang aku menunjukkan ketertarikan selain bersikap baik kepadanya membuat dia sedikit tersaingi.

"Ganteng," jawabku dan Kak Resti kompak. Aku ingin menambahi 'dan dadanya wangy-wangy' kalau saja tidak dibungkam Kak Resti.

"Aku bisa menyewa laki-laki yang lebih tampan."

Apa hubungannya?

Lex memerintah sopir untuk menjalankan mobil. Kami kembali bergerak ke hotel yang Lex sewa untuk beberapa hari dia akan menetap. Selama perjalanan Kak Resti mendapatkan panggilan yang aku yakin berasal dari Dick Grayson. Aku yang bosan dan tidak betah duduk terlalu lama menyenderkan kepalaku bahu Lex yang nyaris terkejut seperti anak kucing. Namun, aku membalas keterkejutannya dengan senyum paling lebar berharap dia memaklumi.

Dan benar, dia tidak menyuruhku duduk tegak sampai mobil kami berhenti di lobi hotel.

Kabar baiknya, kami tidak didatangi Batman.

Keluarga BencanaWhere stories live. Discover now