07 Television star

11 1 35
                                    

Aku seharusnya tidak berjanji waktu itu, tolong pukul aku agar bisa terbangun dari mimpi buruk. Seperti, kedua kakakku yang berebut menunjukkan desain kostum yang akan aku gunakan untuk debut sebagai side kick.

"Ayo An pilih ini, udah cocok warnanya merah hitam." Kak Resti memamerkan setelan ketat dominan hitam dengan aksen merah di dada dan paha. Tak lupa sebuah jaket bertudung dengan warna serupa. 87% mirip dengan kostum yang dia kenakan saat menjadi NightQueen.

"Ini aja Darling." Sementara Conner mengangkat jaket punk andalannya dengan ekstra duri. "Bisa melindungi dari penjahat."

"Terus gimana kalau pacar Ana tiba-tiba meluk?"

"Kayak punya pacar aja."

Aku memang jomblo, tapi jangan diperjelas lah. Lagipula kenapa sih aku bilang mau menjadi side-kick NightQueen selama satu bulan? maksudku, aku seharusnya mengatakan 1 menit sehingga kehebohan ini tidak terjadi.

Selain kostum nyeleneh, dua orang superhero setengah alien itu berdebat tentang nama yang akan aku gunakan.

"Sudah paling bagus Darling pakai nama Supergirl."

"Hei, Supergirl sudah ada yang pakai. Paling bagus Nightgirl."

"Bagus apanya, Kak, nanti Darling kayak wanita liar kalau pakai nama itu. Sudah pakai Super-super saja."

Dikira aku permen apa?

"Super Night sekalian," kataku cepat.

Keduanya sontak menoleh, "NGGAK!"

"Night dan Super jangan digabungkan. Kalau ada yang salah mengira kamu anaknya Nightwing dan Supergirl bagaimana?!" Si Bucin itu memprotes, bersungut-sungut mengingat orang yang dimaksud pernah hampir dijodohkan dengan Dick.

"Yang ada Darling terlihat seperti anak Kakak dan Dick. Jangan pakai nama mirip yang akan menimbulkan fitnah."

Aku tidak kuat lagi, jadi ku putuskan diam-diam berjalan ke arah pintu dan kabur dari mereka. Masalah lain muncul setelah aku turun dengan lift di hari yang sibuk. Staf yang lalu lalang tidak bisa dimintai tolong sehingga aku lebih memilih berjalan keluar sendiri.

Celingak-celinguk, aku memutuskan masuk ke sebuah toko baju hanya untuk membeli masker dan topi pantai yang kini aku kenakan. "Dangan ini Conner tidak akan menemukanku. Amigos!"

Aku akan menikmati dunia.

Niatnya sih begitu.

"Em, aku nggak ada di dalam bank loh tadi. Kenapa aku ikut diikat?" tanyaku ragu. Kaki dan tanganku terikat dengan posisiku yang sengaja dibuat duduk. Beberapa orang lain, termasuk staf Bank dijejerkan di tempat yang sama. "Aku mau ke kamar mandi."

"Berisik!" Pria besar berotot menyentak, wajahnya ditutupi topeng hitam cocok untuk menakuti anak-anak. Sebuah senapan berdiameter besar yang bisa kulihat menyala hijau dia genggam.

Teman lainnya menepuk pundaknya. "Langsung tembak Superman jika dia datang."

Aku ingin langsung suudzon jika ini perbuatan Luthor, tetapi dari gerak gerik, skala teror yang kecil dan melibatkan warga biasa aku rasa tidak ada kaitannya dengan pria itu. Diam-diam aku bersyukur, diam-diam juga memaki karena tidak bisa menggunakan nama Luthor agar cepat dibebaskan.

"SUPERMAN TOLONG KAMI!"

Aduh, seseorang yang belum disumpal mulutnya menjerit hingga perampok lain memukul tubuhnya sampai ambruk. "Jangan sampai dia datang."

Loh, bukannya mereka mau menembak Superman? kalau orangnya tidak datang ya rugi dong!

"JAGA-JAGA!"

Kaca pintu pecah berkeping-keping, Superman tiba dengan kecepatan super menabrak satu perampok. Detik kemudian bisa aku rasakan ikatan kencang di tanganku lepas. Perampok lain mengalihkan perhatian, pistol biasa ditembakkan bersama-sama sehingga Superman terbang rendah. Punggungnya yang kokoh kulihat tidak bergeming saat ditembak dengan peluru biasa.

Keluarga BencanaWhere stories live. Discover now