08 AcroBATic

8 1 25
                                    

Aku yang sedang menggigit kripik gurih dikejutkan dengan kehadiran Conner Kent, kakakku yang jamet kembali menerobos masuk apartemen seenak jidatnya. Masalahnya, kalimat yang dia ucapkan pertama kali membuatku merinding sebadan-badan. "Darling, ayo latihan."

"Aku lagi dihukum, kan?"

Dia mengangguk, "Ayo latihan."

"Maksudnya, aku nggak bisa latihan terbang. Nggak boleh kelayapan, nanti Ayah marah lagi." Dan rencana menguasai hartanya gagal total.

"Di dalam rumah kok, kita akan latihan beladiri."

Aku melempar tatapan miris, sejauh ini yang aku tahu Superboy hanya menggunakan kekuatan manusia super bukannya bela diri seperti NightQueen. Apa dia orang lain yang sedang menyamar untuk mengerjai diriku?! atau klon dari Conner yang bisa bela diri?

"Kak ke sini deh." Aku menepuk sisi samping sofa yang aku duduki. "Aku ada sesuatu."

Dia bersemangat, tersenyum lebar dan menjatuhkan bokongnya ke sofa empuk.

"Aw," aku merintih.

Jariku seperti menabrak tiang listrik saat berusaha memukul kepalanya. Conner sontak tertawa terbahak-bahak sampai berguling-guling. Aku sebal, ku lempar bantal ke arahnya yang bisa dia hindari dengan mudah.

"Darling bodoh banget," dia mengejek.

Aku manyun, "Makasih, itu salah satu pesonaku."

Rasanya dia tertawa makin lebar, bahkan tidak berhenti saat ayah memasuki apartemen. Kepala botaknya mengalahkan bohlam lampu, sementara di belakang Kak Resti ikut pulang dan agak terkejut dan bertanya. "Kenapa dia, Bundo?"

"Malfungsi." sahutku cepat. Jariku menunjuk Conner sementara mataku menatap Lex, "Ayah, barang ini pasti bukan Conner. Dia tadi bilang mau mengajakku kelayapan."

Seketika Conner berhenti tertawa, dia membantah. "Aku bilang latihan beladiri, bukan latihan terbang."

"Halah, kamu kan kalau mukuli penjahat cuma pakai kekuatan super. Kalau kak Resti yang bilang baru aku percaya!"

Wanita yang aku sebut menunjuk dirinya sendiri dengan bingung. Aku mengabaikan, kemudian kembali fokus ke Conner yang melontarkan pembelaan. "Aku juga bisa beladiri."

"Kuda-kuda dasar Silat namanya apa?"

"Hah, Silat apa?"

"Tuh kan nggak tau!" Aku beralih menunjuk Lex, mataku memancing setajam silet. Tau dikerjai aku mengamuk seperti Godzilla, "Ayah jangan gantikan Conner dengan klon baru dong! walaupun dia Jamet aku tetep sayang dia dan nggak mau dia diganti sama klon yang suka ngeprank!"

Kali ini Kak Resti tidak bisa menahan tawanya, "Lucu banget, An."

"Kak Res diam dulu! Pokoknya aku-"

"Dia Conner asli," sela Lex. Dia menarik Conner yang duduk di lantai dan mendorong si setengah alien ke sofa. "Atas dasar apa kamu menuduhku membuat klon lain, mengurusi satu ini saja menyebalkan."

"Dia mau mengajariku bela diri, maksudku ayah, dia itu manusia super! Tanpa bela diri saja dia bisa langsung membuat orang biasa K.O."

Lagian aku malas belajar bela diri, ehem.

"Dia?" Lex menunjuk Conner, tatapannya syarat cemoohan. Sementara yang ditunjuk bersiul tanpa dosa ataupun pembelaan.

"Tuh kan! Ayah juga tidak percaya."

Aku hendak mencubit Conner lagi, tapi aku kali ini memilih melempar dia dengan bantal sofa yang membuat dia dengan mudah menangkap dan menjatuhkanku ke sofa. "Darling, aku asli tau."

Keluarga BencanaWhere stories live. Discover now