[83] DAMAI

561 20 5
                                    

Hari telah berlalu, kedua anak SMA itu sama-sama bangun pagi hari ini dan memiliki rencana masing-masing.

"Ra, mau ikut gak?" tanya Eras yang lagi mengeringkan rambutnya di depan cermin.

"Enggak," jawab Dara simple.

"Loh, belom juga gue bilang mau ke mana, udah ditolak aja," kata Eras.

"Soalnya gue udah janjian sama temen gue, emang lo mau ke mana?" Dara bertanya ke mana cowok itu ingin pergi.

"Markas, kangen sama anak-anak Carventous."

"Oke!"

"Lo sendiri mau ke mana?"

"Anu ... pokoknya terkait tugas sekolah gue deh, jadi mau kerkom," ucap Dara.

"Bukannya kalian udah mau libur? Minggu depan kan gue ujian, kelas kalian libur dong harusnya?"

"Nah, itu, libur-libur malah dikasih tugas seabrek!"

"Lo masih lama?" tanya Dara.

"Abis ini ganti baju, kenapa?" jawab Eras.

"Taxi online gue udah deket, gue duluan, ya?" pamit Dara.

"Oke, nanti kalau udah sampe PAP ke gue," kata cowok itu.

"Buat?"

"Gapapa, biar gue tau lo gak bohongin gue."

Dara reflek nyengir kuda sambil menggelendot pada Eras. "Bilang aja takut gue jalan bareng cowok lain, kan?"

"Dih, apaan si? Enggak tuh." Dia menyangkal tuduhan itu.

Cup!

"Oke, bye!" Dara memberi kecupan singkat di pipi cowok itu lalu meninggalkan kamar. Berhenti mengeringkan rambutnya, Eras salah tingkah di depan cermin. Fixs, gak cuci muka sampe besok kayaknya.

ㅡㅡㅡ

Amethyst Caffè
09.30 AM

Dua orang nampak sedang berbicara empat mata di cafe yang baru buka tersebut. Satu orang pria paruh baya dan satu lagi sekitaran anak SMA. Itu Dara dan Jeffry. Mereka jadi bertemu hari ini.

"Kamu mau ngomong apa, Dara?" tanya Jeffry lembut.

Jujur, Dara cukup takut untuk mengajak Jeffry berbicara empat mata begini. Namun mereka sudah terlanjur bertemu, Dara juga sudah memikirkan matang-matang sebelum pertemuan ini. Apalagi dia yang meminta, jangan sampai sia-sia.

"Sebelumnya maaf kalau Dara lancang, tapi Dara perlu bahas ini sama Papa," ucap Dara dengan sepenuh keberanian yang ia miliki.

"Tentang apa, Dara? Sepertinya serius sekali?"

"Dara tau kok, Papa maksa kak Eras untuk megang perusahaan Papa dan gantiin posisi Papa di perusahaan setelah lulus sekolah nanti. Gak cuma itu, mungkin 90% kehidupannya Papa yang atur."

Suasana berubah menjadi menegangkan. Jeffry menegakkan tubuhnya seraya merapihkan dasinya. "Langsung ke intinya saja, Dara, kamu mau bahas apa sampai meminta berbicara empat mata dengan saya?"

Dara memutar rekaman suara yang ia simpan di handphone-Nya. Rekaman yang berisi suara dari putra Jeffry sendiri. Diam-diam Dara merekamnya saat di perpustakaan kemarin, ia merekam seluruh perbincangan penting kemarin.

"Tolong berhenti maksain kehendak Papa sama kak Eras. Dia punya pilihannya sendiri," kata Dara.

"Kamu gak tau apa-apa tentang dia, Dara. Saya papanya, saya lebih tau tentang dia. Lagian nilai-nilai dia di sekolah saja tidak pernah ada yang bagus, sok-sok mau kuliah kedokteran. Itu sama saja dia mempermalukan diri sendiri. Saya berhak mengatur anak saya."

ARDERAS [END] Where stories live. Discover now