17: Susu

663 60 47
                                    

Aku tertawa pelan saat merasakan Sunoo mengemut payudaraku dalam selimut yang menghangatkan tubuh kami berdua. Setelah bercinta lebih dari tiga jam, Sunoo tak kunjung puas memberikan manjaan dan godaan di sekujur tubuhku. Mulai dari mencium seluruh sisi wajahku secara berulang kali, meninggalkan banyak bekas kemerahan di leher dan dadaku, sampai mengemut kedua payudaraku secara bergantian.

Anak ini sangat menunjukkan ketertarikannya padaku menggunakan sikap yang manja dan aku sama sekali tak risih atas sikap Sunoo tersebut. Aku malah menyukainya. Aku suka saat lelaki yang aku cinta bersikap manja dan clingy padaku ketimbang lelaki yang bersikap dingin dan misterius.

Biasanya, aku akan marah besar saat seseorang meninggalkan bekas kemerahan di tempat yang terlihat seperti, leher bagian depan dan dadaku. Tapi untuk Sunoo, aku malah merasa bangga dan ingin sekali memamerkannya pada semua orang kalau aku milik Sunoo seorang. Persetan dengan anggota lain, aku bahagia bersama Sunoo di HARIUM.

"Nunu~" panggilku dengan suara yang pelan sambil berusaha melepaskan gigitan Sunoo di puting payudaraku. Entah mengapa terasa sangat geli apalagi saat lelaki itu beralih meremas bokongku pelan. Ya, kami sudah membersihkan diri bahkan mengganti sprei kasur ini namun masih belum mengenakan pakaian dalam selimut ini.

Rasanya, bermesraan dalam kondisi bertelanjang bulat dengan orang yang aku suka terasa sangat menyenangkan. Aku tak ingin melewatkan waktu berharga ini begitu saja.

Wajah Sunoo memerah dengan senyuman manis yang terukir indah di wajahnya saat ku bawa wajah lelaki itu menatap mataku. Aku kecup sekilas bibir tebal Sunoo sebelum bertanya "Kamu lapar ya? Kok seperti ingin memakan dada kakak?". Semakin memecah tawa Sunoo pelan, Sunoo pun mengubah posisi berbaring nya menjadi menindih ku kembali lalu menyingkirkan helaian surai yang menutupi wajahku.

"Aku terlalu kencang ya menggigitnya kak?" tanya Sunoo begitu polos. Berniat mencium bibirku lagi sebelum aku hentikan dengan mengigit pipi Sunoo pelan menggunakan bibirku. Semakin memecah tawa kami penuh kebahagiaan. Rasanya semakin lama aku menghabiskan waktu bersama Sunoo semakin banyak pula kupu-kupu yang berterbangan dalam perutku. Perasaan ini, sudah lama sekali aku tak merasakannya terus menerus.

Sunoo pun menjatuhkan tubuhnya lagi ke atas kasur sebelah kananku dan kini bergantian membawa tubuhku ke dalam pelukan hangatnya. Aku letakkan wajahku di depan dada Sunoo, dapat mendengar dengan jelas jantung lelaki itu yang berdegup kencang. Semakin membuatku bahagia hingga di batas yang tak bisa lagi aku ungkapkan menggunakan kata-kata.

Aku sangat bahagia!

"Aku sangat bahagia, kak!" ungkap Sunoo senada dengan perasaan yang aku rasakan. Memancing air mata menggenang di pelupuk mataku seiring bibirku yang bergetar tak terkendali. Semakin aku eratkan pelukanku di tubuh Sunoo sebelum pintu ruangan terbuka secara tiba-tiba.

"Nuna tak makan?" pertanyaan itu terlontar dari seorang lelaki bersurai hitam yang tak lain adalah Jake Sim. Aku renggangkan sedikit pelukan Sunoo lalu menjawab, "Emang ada makanan apa di luar?" tanyaku balik. Sementara Sunoo sama sekali tak bergerak untuk berbalik menatap Jake yang berdiri di depan pintu kamarku. Sunoo hanya terus memperhatikanku dengan senyuman yang perlahan lekang di wajahnya.

"Banyak, ada Jjampong juga. Makanan kesukaan nuna!" jawab Jake yang langsung menambah semangat dalam diriku. Sadar atas wajah Sunoo yang perlahan cemberut memancing diriku menggoda Sunoo di depan Jake. "Kalau mochi pink ada ga?" tanyaku, kini beralih menatap Sunoo di hadapanku.

"Tidak ada, tapi kalau nuna mau bisa kami pesankan!" jawab Jake yang langsung ku respon dengan, "Ah! Nuna lupa kalau mochi pinknya ada di depan nuna! Rasanya Strawberry kan? Soalnya manis sekali!" sambil mencubit gemas pipi tembam milik Sunoo. Refleks membuat Sunoo tertawa malu sementara Jake hanya bisa mendengus kesal sambil membanting pintu kamarku setelah ia keluar dari ruangan ini.

HARIUMWhere stories live. Discover now