Chapter 4

18 7 2
                                    

Pagi yang suram bagi radit dan kawan kawan karena harus menghadapi pelajaran yang paling mereka benci, matematika. Pak Latif yang merupakan seorang guru matematika sedang menjelaskan materi didepan, Raga, david, reyhan dan farraz sedang memelototi papan tulis didepannya yang dipenuhi dengan angka, berharap itu semua akan masuk kedalam otak mereka. Namun tidak demikian dengan radit, sedari tadi ia hanya melamun sembari memainkan pulpennya, tidak memperhatikan guru sama sekali, raga yang menyadari kelakuan ketuanya itu pun menjadi sedikit bingung kemudian menegur radit "sstt.. ditt.." bisik raga yang duduk disebelah radit.

Namun radit tak menggubrisnya sama sekali dan tetap fokus dengan kegiatannya yaitu melamun sembari memainkan pulpennya "ditt.. raditt.." bisik rangga lagi.

Namun masih tak ada jawaban dari radit "woyy.. radit.." bisik rangga sedikit keras tapi tidak terlalu keras.

Radit pun tersadar dari lamunannya "hmm.. apaan." Tanya radit linglung.

"Lu ngapa anjir, dari tadi bengong mulu, mikirin calon bini lu." celetuk raga, tentu saja raga berbisik ia tidak mau dimarahi oleh guru matematika yang terkenal dengan guru paling killer itu.

"Ha? kagak." jawab radit.

"Yang bener lu dit, kok gue ga percaya ya, oh apalagi lu tadi malem dah ketemu ama calon bini lu kan, pasti lu terbayang bayang tuh," cerocos raga yang membuat radit mendengus kesal kemudian melempar pulpen yang sedari tadi ia mainkan kepada raga.

Raga pun meringis ketika pulpen radit menghantam keningnya, "Pakk!! radit ga merhatiin nih pak.." Teriak raga pada pak latif, sontak membuat radit semakin naik pitam dengan kelakuan teman biadabnya ini.

"Raditt!! maju ke depan, kerjakan soal ini!" Ujar pak latif kepada radit.

Radit pun terpaksa maju kedepan "Sial mana gue gatau lagi jawabnya gimana" gumam radit sembari melirik ke arah raga, sementara yang dilirik hanya cengengesan dengan muka tak berdosanya "Awas lu ga.." gumam radit kesal.

~•~

KRINGG KRINGG

Bel istirahat pun berbunyi banyak murid yang berhamburan keluar dari kelasnya.

"Runaaaaaaa!! Zeeee!!" teriak runa dengan suara cemprengnya menghampiri meja aruna.

Aruna dan zee reflek menutup kedua telinganya ketika mendengar teriakan keramat dari sahabatnya.

"Gausah teriak teriak kali mal.." ujar zee sembari menghampiri aruna dan mala yg sedang berada dimeja aruna.

Sementara mala hanya cengengesan "Kenapa mal." tanya aruna.

"Kantin yokkk!!" ajak mala

"Bentar, aku beresin dulu bukunya." Ucap aruna kemudian memasukkan buku-bukunya kedalam tasnya.

"Cepettt naa.. nanti mejanya penuh." ujar mala.

"Iya iya mal, ini udah kok ga sabaran banget." ujar aruna.

"Tau nih, kek bocah aja." ucap zee.

"Nanti kalo mejanya penuh jangan nyalahin lo ya." ucap mala.

"Lantai kan ada." ucap zee.

"Lah emang-"

"Udah udah ayo, malah debat ntar beneran ga kebagian lagi." ucap aruna memotong perkataan mala.

"Okee." ucap mala dan zee bersamaan.

~•~

Mereka pun pergi ke kantin bersama. Saat mereka sampai dikantin mala buru-buru mencari meja kosong namun hampir semua meja penuh, hingga mala menemukan dua meja kosong, satu diantaranya adalah meja para most wanted SMA Cakrawala, tidak pernah ada yang menempati meja tersebut, dan meja kosong satunya tepat bersebalahan dengan meja dari para most wanted tersebut.

RADINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang