Chapter 19: Still in The Hotel

14 0 0
                                    

Alexander

"Selamat pagi, istriku. Hari yang baik kau menelpon." Ucapku dengan sedikit mengantuk. Isabella sudah tidak ada di sampingku, dia sepertinya sudah meninggalkan hotel atau sedang di depan untuk sarapan.

"Kau mabuk lagi semalam? Kemana saja kau? Mengapa belum juga kembali. Apakah kau menginap di hotel dan membungkus seorang wanita, hmm?" Tanya Jane terdengar sinis.

"Mana mungkin ku lakukan itu, istriku. Aku tidak suka membungkus wanita meskipun istriku tidak bisa memuaskanku dengan sempurna." Aku menyingkap selimutku, beranjak dari ranjang dan memakai handuk untuk membersihkan diri.

"Kalau begitu, katakan dimana kau berada sekarang, Alexander. Mengapa kau tidak berada di villa semalam? Apa kau masih marah kepadaku?"

Aku tertawa kecil sembari duduk santai di sofa sebentar mendengar ocehannya, "Aku tidak marah, Jane. Kau akan hamil lagi nanti, kan? Kita pasti akan mencoba. Lain hari aku akan menyetubuhimu lebih brutal agar cairan kental putih milikku ini dapat membuahi sel telur milikmu, sayang." Ucapku sedikit merayu agar dia tak curiga.

"Kalau begitu dimana kau? Apakah kau bertemu dengan rekan bisnis lagi?" Tanyanya masih penasaran.

"Ya, semalam kita bertemu di klub terdekat. Dia mengajakku untuk mengunjungi salah satu hotelnya dan menunjukkan beberapa koleksi bangunan miliknya barangkali aku tertarik untuk investasi atau menjadi pemilik dari hotel ini sekalian. Dia menawariku menginap, aku tidak bisa menolaknya." Jawabku beralasan.

"Baiklah, semua orang saat ini sedang panik karena Isabella tidak ada di villa. Semua orang sedang mencarinya, apakah kau melihatnya?" Tanyanya kepadaku.

"Isabella menghilang? Kemana dia menghilang memangnya?" Tanyaku basa-basi.

"Aku tidak tau, para pengawal dan anggota keluarga lainnya mencarinya di lokasi terdekat. Termasuk di hotel barangkali kau melihatnya." Jelas Jane.

"Tidak, sayang. Aku tidak melihat Isabella dimanapun, aku terlalu mabuk dan menikmati menginap hingga pagi, aku tidak mengetahui apapun." Jawabku tenang.

"Baiklah, kalau begitu. Sampai jumpa nanti, segeralah kembali. Aku ingin bicara hal lain." Dia menutup telponnya. Aku memutar musik lalu, pergi ke pemandian. Aku sejenak berendam kemudian, menyiram diriku di bawah shower. Aku mendengar teriakan Isabella panik. Aku tidak tau darimana dia mengetahuinya karena dia tidak membawa ponselnya semalam.

"Shhh, sayang. Kau membuat batangku berdiri jika panik begitu. Tenanglah, mereka tidak akan datang jika kau tidak mengatakan siapa nama aslimu." Aku menutup mulutnya dengan dua jariku.

"Alexander, aku serius. Apa kau memesan kamar dengan nama aslimu?" Tanyanya kepadaku dengan raut sedikit amarah.

"Tidak, sayang. Aku tidak pernah memesan kamar dengan nama asliku. Jangan khawatir begitu, sayangku. Kita tidak melakukan ini sekali dua kali."

Dia mencium bibirku, "Aku pikir kau melupakannya, aku hampir mati mendengar kabar itu dari seorang pelayan."

Aku tertawa kecil, "Lain kali jangan khawatir, identitas palsu selalu ada di tanganku. Kau juga punya satu kan, namamu masih sama, kan?"

"Ya, tentu saja, Sea River. Hahahaha" Kami berdua tertawa, dia menggandengku menuju ke ruang depan untuk sarapan. Ternyata dia sudah memesankan sarapan untukku.

"Kau menyukainya?" Tanyanya kepadaku ketika aku mencicipi makanan yang dia pesan.

"Ini enak sekali, mereka memasak dengan baik. Kau hafal sekali makanan kesukaanku, sayang." Ucapku memujinya, dia paham benar apa yang ku sukai dan apa yang tidak ku sukai.

Forbidden DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang