Chapter 23: Afternoon Pleasure

18 0 0
                                    

Alexander

Dia membuatku sedikit geram karena menertawakan batangku yang sudah mulai mengeluarkan sedikit cairan putih transparan. Aku menarik tubuhnya, aku mencium bibirnya dengan cepat, lidahku terus menjelajah, tanganku terus meremas kedua payudaranya sementara, tangannya memainkan buah zakarku. Aku terus berciuman secara intens dengannya yang membuatku semakin merasa tegang. Aku mengangkat tubuhnya, dia duduk di atas pangkuanku dengan batangku yang sudah tegak berdiri dan mengeras. Aku memasukkan batangku ke dalam liang kewanitaannya, dia dengan gentle memutar pinggulnya.

Kami terus berciuman, tangannya melingkar di leherku, semakin lama tempo gerakannya lebih cepat dari sebelumnya. Dia menikmati sensasi berada di atas pangkuanku dengan batangku yang memenuhi liang kewanitaanya. Dia menatap ke atas langit sembari menutup matanya, terdengar desahannya yang lirih. Aku sedikit membantunya dengan meremas kedua payudaranya. Sesekali aku memainkan putingnya yang membuatnya mendesah lebih kencang.

Dia bergerak semakin cepat memutar pinggulnya, aku yang sudah sangat tegang dibuatnya ditambah mendengar desahannya yang kencang membuatku mengangkat pantatku untuk menghantam kewanitaannya lebih keras. Dia berpegangan erat melingkar di leherku, dia mendesah semakin kencang memenuhi telingaku.

"Ahhhh ahhhhrghh, Alexander!!!" Teriaknya ketika aku bergerak semakin cepat. Aku mengangkat tubuhnya, batangku masih menancap di liang kewanitaannya ketika aku berdiri mengangkatnya. Aku merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang berada di depan ranjang. Kedua pahanya terbuka lebar, aku dapat merasakan kewanitaannya sangat basah dengan jari-jariku yang menyentuhnya dengan lembut sebelum akhirnya batangku memenuhi liang kewanitaannya. Aku terus mendorong batangku masuk dengan tempo cepat. Tanpa rasa lelah pinggulku dengan semangat terus bergerak mendorong batangku untuk masuk lebih dalam.

"Arghhh ahhhh!!!!!!" Teriaknya mendesah, dia memegang setiap sisi sofa, mencengkramnya dengan kuat seiring dengan gerakanku yang begitu cepat.

"Ahhhh-ahhhh!!!" Teriaknya terus mendesah ketika aku memutar jariku di atas klitorisnya sembari terus menghantam kewanitaannya dengan tempo cepat.

Dia berteriak ketika sudah mencapai puncak, dia memintaku berhenti akan tetapi, aku terus berlanjut. Dia merasa sedikit kesakitan di antara desahannya yang kencang. Aku semakin tegang yang membuatku bergerak semakin cepat. Aku sangat berkeringat, Isabella masih semangat berteriak sampai aku mengeluarkan cairan kental putih di dalam rahimnya.

Napasnya terengah-engah, dia menutup matanya yang terlihat sangat lelah. Tubuh kami dipenuhi oleh keringat, aku memutuskan untuk mandi sebelum keluar dari kamarnya. Liburan kali ini memang sialan sekali, aku yang tadinya terbiasa memakai produk wewangian khusus lelaki kini, harus memakai produk wewangian semacam sabun, shampo dan produk lain yang aromanya sangat khas dengan perempuan. Bahkan kemasannya pun girlie friendly dengan warna-warna merah muda. Aku tetap menggunakan produk ini meskipun terasa sangat aneh. Walaupun aneh, aroma dari semua produk milik Isabella sangatlah wangi. Aku menyukainya.

Setelah selesai dengan hal wewangian, aku memakai seluruh pakaianku. Isabella sudah terlihat siap dengan handuknya, ku pikir dia kelelahan dan tertidur ternyata dia baik-baik saja. Dia bahkan dengan santai bermain ponselnya tanpa menghiraukan aku yang sedang berpakaian.

"Hmm," Aku sedikit berdeham untuk memancing perhatiannya. Dia mengangkat dagunya menatapku, "Aku sudah melihat setiap inci dari bagian tubuh itu, tidak perlu pamer." Ucapnya ketus ketika melihat tubuhku setengah telanjang tanpa celana.

"Aku tidak berniat pamer. Aku hanya heran dengan apa yang membuatmu fokus dengan ponselmu itu." Aku menarik risleting celanaku.

"Tanyakan saja secara langsung tanpa perlu basa-basi apalagi berdeham agar aku bisa melihat batangmu itu." Jawabnya ketus.

Forbidden DesireOù les histoires vivent. Découvrez maintenant