7. Zain & Farhan

135 21 0
                                    

Senin yang cerah.

Upacara dengan pidato lama.

Dan Devan yang sudah mengeluh di bawah teriknya sinar matahari, bahkan Zain menyerah untuk menyembunyikan temannya itu di belakang badannya karena selalu ditegur oleh OSIS.

Pidato yang panjang itu berisi tentang kemenangan pertandingan Minggu lalu, tentu saja sudah hampir semua siswa kemenangan yang maju ke depan hanya untuk menerima hadiah kecil-kecilan.

"Habis ini gue mau mie ayam, lo traktir, Zain," ungkap Devan setengah sadar.

"Iya," balas Zain pendek, cowok itu melirik Devan lalu menepuk kepalanya ringan.

Hampir 46 menit mereka berdiri, akhirnya dibubarkan karena jam pertama akan segera dimulai. Zain menyeret Devan ke arah kelas, sedikit kasihan karena temannya itu terlihat lesu dan tidak bertenaga.

Devan sendiri selalu melihat hpnya, memantau kontak Azriel yang sudah menghilang dari kemarin. Terakhir dia berjumpa dengan Azriel adalah kemarin, itu pun sebagai cewek tomboy di taman komplek.

"Azriel gue ... dia ngilang tanpa kabar, gimana ini Zain," gumam Devan tidak bersemangat.

"Boti lo?" tanya Zain berkerut kening, cowok itu menepuk kepala Devan lagi dan bergumam. "Sesuka itu lo sama dia? Sedangkan banyak cewek di muka bumi ini."

Devan menoleh. "Lo bilang apa?"

"Nggak ada, Van."

Membiarkan Devan galau di mejanya, Zain malah berdiri dan berjalan menuju kantin. Cowok itu memesan lemon tea segar untuk temannya, hitung-hitung untuk menghibur walaupun tak ada faedahnya sama sekali.

Begitu melewati kelas lain, dia menyelonong masuk karena penduduk kelas itu tengah bergembira sambil melempar temannya ke atas.

"Wih, ada info apa, nih?" tanya Zain penasaran.

"Katanya ada pertandingan 2 Minggu lagi di SMA lain, Zain," balas Frisqi tersenyum miring.

"Lagi? SMA mana, Qi?" Zain duduk di sebelah Frisqi, tanpa sadar meminum lemon tea punya Devan.

"SMA Bluemoon."

Zain tersedak, terbatuk-batuk karena air keluar dari hidungnya. Pas sekali, cowok kesayangan milik Devan juga bersekolah di sana. Dari mana Zain tahu? Karena Devan sering kali bergumam tak jelas soal cowok boti itu bersekolah di Bluemoon.

"Chat gue nanti, Qi, kasih tau apa aja yang bakal dipertandingkan!" teriak Zain sambil berlari ke arah kelasnya.

"OKE, ZAIN!" balas Frisqi ikutan teriak.

Dengan langkah gedebuk, Zain berlari dengan penuh kekhawatiran. Dia cemas kalau Devan sampai tahu informasi tersebut. Kalau sampai tahu, Zain sudah bisa memastikan apa yang bakal terjadi nantinya.

"Zain! Gue dapat berita bahagia!" ucap Devan dengan penuh semangat.

Zain menganga, bahu cowok itu turun lemas mendengarnya. "Berita ... apa, Van?"

"SMA Starlight vs SMA Bluemoon!"

✨✨✨

SMA Bluemoon akan menjadi tuan rumah dalam pertandingan 2 Minggu ke depan. Warga sekolah sangat berbahagia akan hal itu, karena musuh bebuyutan SMA mereka akan jadi lawan mereka selama hampir 1 Minggu nanti.

Azriel sendiri hanya diam mematung di sudut kelas, dibilang tak ada teman, dia memang tidak punya teman sekelas. Cowok itu punya teman beda kelas, itu pun rekan voli.

"El, ada voli di list pertandingan persahabatan," ucap Farhan tiba-tiba duduk di depan Azriel.

"Lalu?" Azriel bertanya sambil menaikkan alis.

"Gue udah daftarin semua pemain yang pernah main di Starlight," ucap Farhan enteng.

Azriel membeku, menoleh patah-patah dengan takut. "K-kenapa gue juga, Han? Gue takut! Takut sama SMA Starlight!"

"Apa pula takut, apa alasan lo sampai takut sama SMA Starlight?" Farhan menopang dagu, menatap lurus Azriel heran. "Atau ... lo takut sama lawannya?"

Cowok manis itu menggeleng kuat, bukan mereka yang dia takuti. Tapi, salah satu siswa Starlight dengan jabatan kapten basket dengan motor gedenya itu yang membuat Azriel takut. Kalau bisa, selama pertandingan Azriel akan menghilang di sudut sekolah, seolah-olah dia bukan warga Bluemoon.

"Gue takut sama Devan," ungkap Azriel menunduk.

"Hah?! Si kapten basket cantik itu? Yang suka tebar pesona sama cewek-cewek Bluemoon?! Kok bisa lo takut, El?!" Farhan menggebrak meja menggebu-gebu. Karena, dia tak suka sama Devan yang selalu tebar pesona sama cewek SMA mereka.

"Gue pengen banget nyegat tuh cowok di perempatan," lanjut Farhan dengan wajah kesal.

Azriel melotot. "J-jangan, Han! Gue mohon jangan! Dia orang baik, Farhan!"

"Baik apaan kalo suka gatel sama cewek SMA kita? Gue tabok, ya, muncung lo itu," geram Farhan tak habis-habis.

Masalahnya Devan baik pada semua orang, itu yang Azriel tangkap dari kehadiran cowok itu. Bukan hanya para cewek, Devan juga baik pada cowok sepertinya. Terlalu baik sampai diajak main malam Minggu.

"Pokoknya jangan! K-kalau sampai lo nyegat Devan, gue nggak bakal ikut tanding nanti," ucap Azriel sedikit mengancam.

Farhan menganga, lalu melotot dengan penuh amarah. "Lo ngancem gue sialan?! Wah, besar juga nyali lo sampai belain tuh cowok cantik, lo mau gue bully, hah?!"

Sontak Azriel menggeleng cepat, dia menunduk dalam, takut ditatap Farhan dalam mode mengamuk. Apa yang diucapkan Farhan bukanlah main-main, karena cowok itu selalu memegang ucapannya.

"Anak baik, lo harus nurut apa yang ketua lo bilang," bisik Farhan dengan senyum miring.

Setelah mengucapkan itu, Farhan meninggalkan Azriel seorang diri di kelas. Cowok manis itu menatap kepergian Farhan dengan sorot mata takut, bahunya lemas seketika, merasa tak berdaya melawan orang lain.

Kling!

Azriel menatap hpnya, ada satu pesan dari seseorang yang dia kenal.

Devan : Azriel, lo kalo ada masalah bilang sama gue. Kan, kemarin gue bilang soal nomor lo ini ...

Azriel menelungkupkan kepalanya di atas meja, matanya tertutup, berusaha mengabaikan pesan dari Devan yang seakan-akan tahu dirinya ada masalah.

"Gue ... harus jauh dari lo, Van, gue takut kejadian malming kemarin keulang lagi. Gue cowok normal."

****


Asrama Starlight

Selena merenggut. "SIAPA BILANG LO NGGAK NORMAL AZRIEL?! GUE NORMAL, LO JUGA NORMAL! LO AJA YANG KAGAK TAU GUE ITU CEWEK."

Arikeyy dan Lilis saling berpangku tangan, menatap Selena yang tantrum tak jelas. "Selametin adek lo, Lis, tantrum itu."

"Ogah."

I'm (not) a BoyWhere stories live. Discover now