11: opname

944 222 240
                                    

Notes: mau update cepet? Vote sama jangan lupa komen yang banyak doong, yang! Hihihi..


11.

"Ini bukan BPPV (vertigo -auth), prof..." Ujar seorang dokter kepada Darwin.

Setelah tadi hampir jatuh saat berusaha bangun, Bergas langsung memaksanya pergi ke dokter, ga hanya itu, Bergas juga menelepon Darwin dan meminta dokter yang bagus di rumah sakit tempat Darwin bekerja.

"Gejalanya kaya BPPV." Ujar Darwin.

"Iya, prof, tapi sepertinya lebih kearah darah rendah dan gula yang rendah... hasil dari darah juga menyatakan negative thypoid."

Airin menghela nafas lega saat hasil tipesnya negatif.

"Kemarin ketemu dokter siapa, Ai?" tanya Darwin.

"Siapa ya, pa...? Dokter umum di IGD."

"Oh kemarin ke IGD saja ya." Ujar si dokter rekomendasi papanya ini, "gapapa sih, hanya saja beberapa obat jadi kurang tepat sasaran ya."

"Kemarin bilangnya sudah ke dokter, ternyata ke IGD." Bergas bergumam.

"Ya kan ketemu dokter juga di IGD." Airin membela diri.

"Suaminya sayang banget ini sama bu Airin." Ujar si dokter sembari menulis resep, "dari tadi mukanya galak banget dan khawatir." Lanjutnya sambil membaca hasil lab Airin, "oh iya, Prof, ini kan ada demam, hasil darah lenhkap belum keluar tapi sepertinya ada virus, saya sih sarankan opname saja sekitar semalam untuk infus, saya coba masukan beberapa obat dan vitamin..." lalu ia menyebutkan nama-nama obat yang sepertinya disetujui oleh Darwin.

"Bagaimana, nak?" tanya Darwin pada Airin, ia paham betul bahwa opname atau tidak adalah hak pasien.

"Iya, opname aja." Sahut Bergas, "Airin kalo dirumah sendirian soalnya, saya kan kerja."

Airin ga menjawab, ia terlalu lemas untuk berdebat.



Infus terpasang, obat dan cairan bergizi masuk kedalam tubuhnya. Airin memejamkan mata setelah tadi suasana kamar cukup ramai, Darwin memastikan jenis obat yang masuk ke tubuh putrinya, mama Dewi dan papa Arton juga datang dan melalui ponsel Dewi ada sang ponakan yang sedikit posesif padanya, yaitu Aria, menjenguk Airin lewat video call.

Dan setelah semuanya pulang, hanya tinggal Airin dan Bergas.

"Mas pulang aja."

Bergas ga menjawab ia sibuk dengan ponselnya.

"Besok kan kerja, terus ga bawa baju kan?"

"Airin." Panggil Bergas tiba-tiba.

"Ya?"

"Kamu beneran gapapa aku tinggal?" tanyanya.

"Eeee... ya gapapa mas, kenapa memang?"

"Shera baru pulang dari Singapur malah sakit juga ini, barusan ngirim foto lagi diinfus, dia dirawat dirumah."

Airin terdiam, setelah beberapa hari merasakan kebaikan dan perhatian Bergas, Airin lupa kalau semua ini kan hanya settingan, "oh gitu, yaudah mas kesana aja."

Bergas mengambil jasnya, "kalo ada apa-apa—"

"Aku panggil dokter aja." Potong Airin sambil menunjuk tombol memanggil perawat.

"Besok pagi aku—"

"Besok kerja aja, karena pasti mama Dewi atau papaku kesini."

"Yaudah besok pulang kerja ak—"

"Mas langsung pulang saja atau jenguk Shera lagi, moga-moga besok siang aku sudah boleh pulang." Potongnya lagi lalu pura-pura menguap, "duuh obatnya bener-bener bikin ngantuk deh..."

CuldesacWhere stories live. Discover now