Suffer in Silence

298 38 64
                                    

Di tengah ruang kamar penyekapan itu, Theo duduk di lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah ruang kamar penyekapan itu, Theo duduk di lantai. Tatapannya menyorot horor pada ayahnya yang masih dalam posisi semula. Duduk dengan kepala yang terjatuh lunglai di meja.

Theo tidak bisa lagi menangis. Tubuhnya terasa lumpuh. Dia tidak tau harus apa. Tangannya terangkat pada secarik kertas yang tadi dia temukan di meja.






Ayahnya meninggal, ralat, bunuh diri dengan cara meracuni dirinya sendiri. Entah menggunakan apa. Theo hanya menemukan serbuk putih yang tersebar di meja dan mulut ayahnya.

Seorang ahli kimia seperti ayahnya. Tidak butuh senjata macam pisau, untuk membunuh dirinya sendiri.




Theo, anakku..
Maafkan ayah,

Ayah pergi, agar Theo bisa pergi juga dari kandang Rothstein.

Maafkan ayah, yang tidak pernah bisa melihat penampilan Theo secara langsung..

Theo menutup mulutnya, dia takut isak tangisnya terdengar dari luar kamar.





Tapi Ayah tau, jagoan ayah selalu hebat.

Jangan fikirkan ayah,
Jasad hanya kendaraan, ayah kekal dalam memori Theo.

Ada kunci gerbang utama yang ayah curi diam-diam, tiap kali mereka datang

Theo benar, mereka hanya punya otot tanpa otak.





Theo mendengus, isak dan tawanya ingin lolos dari bibirnya. Tangan Theo mengangkat kunci kecil yang dia temukan di saku ayahnya.

Ropestein,
Adalah awal dan tujuan akhir untuk ayah..





Dulu, saat Theo masih kecil. Theo selalu menyalahkan ayahnya. jika saja ayahnya tidak pernah membuat Ropestein, ibu pasti masih ada.

Itu yang selalu Theo katakan. Tapi seiring bertumbuh dewasa. Theo menyadari, ayahnya hanya membuat Ropestein, tidak beda dengan orang yang membuat pisau.

Kesialan ayahnya hanya bertemu Rothstein.





Bara,
Dia membutuhkanmu, begitupun juga kamu

Theo menarik nafasnya dalam dan panjang, saat nama Bara disebut. Dia yakin ayahnya menyembunyikan sesuatu.

Tangan gemetar Theo menarik lidah kaku ayahnya. Mata Theo membesar pada kartu memori kecil yang berada dibawah lidah ayahnya, tepat di dekat lingual frenulum.






Sudah cukup mengikuti, waktunya melawan.

Itu yang harus Theo lakukan untuk melawan Ropestein dan Rothstein.





Kematian memang satu-satunya jalan keluar dari Rothstein. Theo menggigit kuat bibirnya, hingga dia merasakan anyir darah. Tangannya terkepal kuat.

"Maaf, ayah," bisiknya.

Bara Bayu Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang